PENDAHULUAN. lebih efesien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara profesional terus-menerus mencapai tujuan sesuai dengan. dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Depdiknas, 2008: 4).

PENDAHULUAN km, dan gugusan pulau sebanyak tentu saja berpotensi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

PENTINGNYA REVITALISASI KELOMPOK SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain ketersediaan sumber dana,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakangMasalah Ahmad Dali Majid,2014

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS HASANUDDIN ( IKA GEO-UH ) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga

Rencana Strategis (RENSTRA)

A. Pengertian 1. Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) merupakan program umum bagi suatu organisasi Ikatan Pemuda Peduli Kesehatan Jawa Barat yang

meningkatkan dan menindaklanjuti hasil penelitian ini. Oleh karena itu,

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

KEPALA DESA PASIR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN PERATURAN DESA PASIR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga atau perusahaan tumbuh dan berkembang seiring dengan

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Hubungan iklim komunikasi organisasi dengan motivasi kerja penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kabupaten Sragen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober8-9 Oktober 2015 ISBN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

PERATURAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

PERATURAN DESA SEPAHAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan kehidupannya, manusia tidak akan bisa hidup sendiri. Manusia

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

DRAFT GARIS GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO) MUSYAWARAH BESAR XI KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN POLITIK DI ORGANISASI FRONT MAHASISWA NASIONAL CABANG BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Dr. Ir. Momon Rusmono, MS NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

POSDAYA BERSERI DUSUN I

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pelaksana utama pembangunan pertanian terdiri dari warga masyarakat,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

PENDAHULUAN Latar Belakang

diharapkan) yang diberi skor 3 hingga pemyataan negatif (Jawaban yang tidak diharapkan) yang diberi skor 1 seperti pada Tabel 1.

IbM PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN MASYARAKAT DESA JARING HALUS MELALUI PROGRAM GAZI (Warga Sadar Gizi)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN

BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU. kemandirian dan kreativitas sekolah. Oleh sebab itu, SMPN RSBI sebagai

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

No wirausaha tangguh. Berbagai negara telah menerapkan program pemberdayaan wirausaha muda misalnya semacam business incubator yang mampu meny

BAB VI PENUTUP. Sekolah pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) Norhidayah Pundu, 2) Upaya. kepala sekolah dalam mendorong kemandirian madrasah 3).

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) KELUARGA MAHASISWA MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA PEMBUKAAN

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini kelompok tani masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000). Pendekatan kelompok dipandang lebih efesien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas (Margono, 2001). Dengan demikian kelompok tani memiliki kedudukan strategis dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani. Untuk mencapai petani yang berkualitas tersebut, maka menjadi suatu keharusan bahwa kelompok tani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan anggotaanggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dengan kata lain kelompok tersebut harus aktif melibatkan para anggotanya. Sastraadmadja (1993) menjelaskan bahwa melalui pengintensifan aktivitas-aktiviatas kelompok tani hendaknya dijadikan sebagai media partisipasi didalam mengambil suatu keputusan mengenai kegiatan pembangunan pertanian. Salah satu faktor penting untuk terwujudnya kelompok tani yang efektif adalah berjalannya kepemimpinan dari pengurus kelompok yang berperan dalam mengurusi kerja kelompok. Pengurus kelompok dapat dipandang sebagai agen primer untuk tercapainya dinamika kelompok, karena peran strategisnya dalam mempengaruhi atau menggerakan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai

tujuan kelompok. Sesuai yang dijelaskan Suhardiyano (1992) agar kelompok tani dapat berkembang dengan wajar, maka diarahkan agar perkembangan kelompok dapat berlangsung secara dinamis dan diarahkan agar kelompok tani juga mempersiapkan kader-kader pengurus kelompok yang akan menjadi penerus dari generasi pengurus yang sekarang demi kesinambungan eksistensi kelompok tani di masa yang akan datang. Dalam kelompok selalu ada pemimpin yang dapat menampilkan berbagai peranan, khususnya dalam menggerakan anggota agar melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan kelompok. Pengurus kelompok tani merupakan pemimpin dalam kelompok memiliki peran yang penting dalam pengintensifan kegiatan kelompok. Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakaraban dan penerimaan anggota terhadap peran pemimpinnya. Keberlangsungan organisasi maupun kelompok bergantung pada kemampuan manajemen untuk menerima, mengirimkan dan menindaklanjuti informasi. Proses komunikasi menghubungakan orang-orang dalam kelompok baik dari pemimpin ke anggota maupun sebaliknya. Musyawarah dalam kelompok tani merupakan proses komunikasi timbal balik yang melibatkan seluruh anggota kelompok. Dalam kelompok tani, komunikasi organisasi yang terjadi adalah musyawarah kelompok. Tiap-tiap unsur kelompok mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat demi mencapai tujuan kelompok. Sedang kewajiban yang harus dipenuhi tiap pengurus adalah berkewajiban mengadakan musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan permasalahan kegiatan kelompok secara aktif, positif dan terpadu.

Musyawarah atau pertemuan kelompok adalah kegiatan yang mencirikan tumbuh kembangnya kelompok tani, dimana pertemuan antar anggota kelompok ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkala demi memupuk kebersamaan para anggotanya. Kelompok tani sebagai wadah anggota kelompok untuk berkembang, berinteraksi dengan para anggotanya dan mengambil keputusan dalam proses musyawarah merupakan suatu yang paling nyata dijumpai di masyarakat sosial. Kelompok tani sebagai wahana kerjasama hendaknya memiliki kemampuan merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota. Dengan demikian perlu adanya evaluasi anggota kelompok tani terhadap tugas pengurus dalam perannya merencanakan pertemuan kelompok atau mengelola musyawarah kelompok agar berjalan dengan aktif dan terpadu. Sebagaimana dikatakan Mardikanto (1993) evaluasi sebagai suatu kegiatan, sebenarnya merupakan proses untuk mengetahui atau memahami dan memberikan penilaian terhadap suatu keaadaan tertentu, melalui kegiatan pengumpulan data atau fakta dengan ukuran serta cara pengukuran tertentu yang telah diterapkan. Di samping ketertarikan untuk mengevaluasi bagaimana petani anggota kelompok tani menilai peran pengurus dalam mengelola pertemuan kelompok, terdapat ketertarikan untuk membandingkan jawaban-jawaban dari anggota kelompok tani di dua daerah atau kecamatan yang memiliki populasi yang berbeda dalam jumlah kelompok tani. Fenomena banyaknya jumlah kelompok tani di Kabupaten Langkat menjadi sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian di daerah ini. Data dari Dinas Pertanian Langkat (2008)

menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat memiliki jumlah kelompok tani sejumlah 1772 kelompok tani yang tersebar di 20 kecamatan dan 17 BPP (Badan Penyuluh Pertanian). Sejumlah kelompok tani yang tersebar di 20 kecamatan di Kabupaten Langkat tersebut dikelompokkan dengan cara-cara tersendiri yaitu masing-masing berdasarkan laju berdiri, jumlah anggota, daerah jangkauan dan lainnya. Apakah perbedaan jumlah populasi kelompok tani di suatu daerah dengan daerah yang lain mempunyai evaluasi yang berbeda. Adanya daerah dengan banyak kelompok tani (KTB) berbeda dengan daerah Kelompok Tani Sedikit (KTS) adalah satu kerangka pikiran yang penulis ingin teliti lebih dalam. Evaluasi ini terbatas terhadap penilaian anggota terhadap pelaksanan banyak tugas pengurus kelompok tani yang mencakup POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controling) yang dapat dinilai oleh anggota kelompok tani adalah pelaksanaan musyawarah kelompok tani. Dari latar belakang inilah maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana perkembangan kelompok tani 5 tahun terakhir di daerah penelitian (kecamatan yang memiliki jumlah kelompok tani besar dan kecamatan yang memiliki jumlah kelompok tani sedikit)?

2. Bagaimana karakteristik petani anggota kelompok tani (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan) di daerah penelitian? 3. Bagaimana penilaian petani anggota kelompok tani terhadap peran pengurus kelompok tani dalam musyawarah kelompok di daerah penelitian? 4. Apakah ada hubungan antara karakteristik (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan luas lahan) petani anggota kelompok tani terhadap peran pengurus kelompok dalam musyawarah kelompok tani di daerah penelitian? 5. Bagaimana perbedaan penilaian anggota kelompok tani di dua daerah penelitian? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan kelompok tani di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui karakteristik petani anggota kelompok tani di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui penilaian petani anggota kelompok tani terhadap peranaan pengurus kelompok dalam musyawarah kelompok tani di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik petani anggota kelompok tani dengan penilaian terhadap peran pengurus dalam musyawarah kelompok.

5. Untuk mengetahui perbedaan antara penilaian anggota kelompok tani di dua daerah penelitian Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Utara, Medan, dan diharapkan pula dapat berguna untuk pihak-pihak akademik yang berkepentingan untuk mengadakan penelitian tentang kelompok tani, serta sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainya dalam mengambil kebijakan atas pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pentingnya kepengurusan dalam kelompok tani.