4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Temporal Klorofil-a Upwelling secara umum ditandai oleh turunnya SPL dan meningkatnya konsentrasi klorofil-a. Berikut ini disajikan grafik SPL dan konsentrasi klorofil-a mingguan terhadap waktu selama 11 tahun tersaji pada Gambar 5. Lebih lengkap grafik SPL dan konsentrasi klorofil-a per tahun dari 1998 hingga 2008 tersaji pada Lampiran 1. Gambar 5. Variasi rata-rata mingguan konsentrasi klorofil-a dan SPL selama 11 tahun di Laut Banda. Berdasarkan grafik pada Gambar 5, SPL mulai menurun pada 16 April (minggu ke-15), namum penurunan SPL yang terjadi tidak di ikuti oleh meningkatnya konsentrasi klorofil-a, hal ini disebabkan fitoplankton membutuhkan waktu untuk tumbuh. Konsentrasi klorofil-a mulai mengalami peningkatan pada 14 Mei (minggu ke-17). SPL akan terus menurun diikuti dengan meningkatnya konsentrasi klorofil-a hingga puncak pada 6 Agustus hingga 20 Agustus (minggu ke-28 hingga minggu ke-29), selanjutnya SPL akan kembali menghangat diikuti menurunnya konsentrasi klorofil-a. Berdasarkan 17
variasi SPL dan konsentrasi klorofil-a (Gambar 5), diduga periode terjadinya 18 upwelling pada 16 April hingga 12 Nopember, namun harus dilakukan pengecekan dengan SPL dan angin pada Bab 4.2. Minggu 15 Awal penyuburan Minggu 29 Puncak penyuburan Minggu 39 Akhir penyuburan Gambar 6. Peta kontur sebaran spasial klorofil-a di Laut Banda. Berdasarkan hasil visualisasi sebaran klorofil-a pada Gambar 6, mewakili minggu ke-15 (awal penyuburan), minggu ke-29 (puncak penyuburan) dan
19 minggu ke9 (akhir penyuburan) berdasarkan satelit SeaWiFS didapatkan hasil bahwa konsentrasi klorofil-a cenderung konstan/tidak berfluktuasi pada minggu minggu awal (yaitu pada bulan Januari), yang sebagian besar menunjukkan angka 0.4 mg/m 3 hingga 2 mg/m 3 dan kondisi ini berlangsung hingga minggu ke-15 (awal musim timur). Konsentrasi klorofil-a mulai mengalami peningkatan yang signifikan pada minggu ke-19 yaitu pada 25 Mei hingga pada puncak kesuburan yaitu pada minggu ke-28 hingga 31 yaitu pada 5 Agustus hingga 5 September yang memiliki nilai maksimum konsentrasi klorofil-a berkisar 2 mg/m 3, kemudian konsentrasi klorofil-a akan menurun hingga akhir tahun. Peta kontur konsentrasi klorofil-a mingguan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Menurut Nontji (2005), air naik hanya terjadi pada musim timur, dimulai sekitar bulan Mei sampai kira-kira bulan September. Pada saat musim timur angin mendorong keluar air permukaan Laut Banda dengan laju yang jauh lebih besar dari pada yang dapat diimbangi oleh air permukaan sekitarnya, maka air bawah naik untuk mengisi kekosongan di permukaan. Air upwelling bersumber dari lapisan bawah dari kedalaman berkisar antara 125 300 m yang menyusup dari Samudra Pasifik (Gambar 7). Laut Banda dapat dikategorikan perairan dalam, dengan titik terdalam mencapai 6500 meter di bawah permukaan laut (Gambar 8).
A B C 20 Gambar 7. Sirkulasi air pada lapisan: (A) 100-200 m; (B) 1000-1500 m; (C) Lebih dari 2000 m. (Wyrtki, 1961) Meter 0 00-1000 -1500-2000 -2500 000 500 000 500 000 500 000 Gambar 8. Peta batimetri perairan Laut Banda 500 Pengukuran kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang dilakuan Wouthuyzen (2002) menunjukkan bahwa kelimpahan tertinggi tidak terjadi pada saat upwelling, melainkan pada musim peralihan II, yaitu bulan Nopember. Walaupun upwelling membawa kadar zat hara yang lebih tinggi dari perairan dalam, namun tidak langsung menyuburkan perairan di musim timur, namun
perairan akan mulai subur pada musim peralihan II, yaitu September hingga 21 Oktober (Wouthuyzen, 2002) 4.2 Analisa Variasi Konsentrasi Klorofil Varian/ragam suatu data menunjukkan seberapa besar terjadinya pergolakan/ perubahan suatu data, dalam hal ini yang dimaksud adalah data konsentrasi klorofil-a. Semakin tinggi nilai varian maka pada daerah tersebut sering terjadi fluktuasi konsentrasi klorofil-a setiap tahunnya, namun jika nilai varian rendah maka tidak terjadi perubahan yang nyata pada daerah tersebut, artinya konsentrasi klorofil-a pada tempat itu tetap sama setiap tahunnya. Nilai variasi atau pergolakan yang diukur berdasarkan data mingguan satelit SeaWiFS tersaji pada Gambar 9. Peta sebaran variasi klorofil-a mingguan secara lengkap, tersaji pada Lampiran 3. Nilai varian di Laut Banda memiliki kecenderungan nilai varian yang kecil pada minggu-minggu awal, dan ini berlangsung hingga awal musim timur sekitar minggu ke-18. Pada minggu ke-19 fluktuasi konsentrasi klorofil-a yang tinggi terdapat pada pesisir Pulau Seram. Hal ini dapat dikarenakan pesisir pantai merupakan wilayah yang mendapatkan masukan run off dari daratan, sehingga mempengaruhi kesuburan wilayah pesisir pantai (Nonjti, 2005), dan ini juga dapat berpengaruh terhadap konsentrasi klorofil-a yang terdapat pada pesisir pantai.
22 Minggu 15 Awal penyuburan Minggu 29 Puncak penyuburan Minggu 39 Akhir penyuburan Gambar 9. Sebaran variasi klorofil-a di Laut Banda Pada minggu-minggu selanjutnya variasi yang besar tetap di dominasi pada wilayah perairan pesisir Pulau Seram dan Pulau Buru. Menurut Wouthuyzen (2002), kesuburan pada wilayah sekitar pesisir pantai Pulau Buru dan Pulau Seram sangat di dominasi oleh masukan zat hara yang tinggi, sumbangan dari hutan mangrove dan hutan darat yang lebat masuk melalui sungai.
4.3 Distribusi Suhu serta Kecepatan dan Arah Angin 23 Suhu permukaan laut di perairan nusantara umumnya berkisar antara 26 29 O C (Syah, 2009), namun pada daerah yang terjadi upwelling seperti Laut Banda suhu dapat turun sampai sekitar 25 O C (Nontji, 2005). Sebaran suhu permukaan yang tampak oleh pengamatan satelit NOAA menunjukkan bahwa pada awal minggu suhu permukaan Laut Banda memiliki suhu hangat berkisar antara 28 30 O C dan ini berlangsung konstan hingga awal musim timur, yaitu sekitar minggu ke-15 (pertengahan bulan April). Pada minggu ke-16 suhu terus menurun sampai minggu ke3 (pertengahan bulan Agustus) dengan suhu minimal perairan 26 O C. Minggu ke5 suhu perairan masih dingin, namum suhu mulai berangsur meningkat hingga minggu ke5 (pertengahan Nopember), dan terus meningkat hingga akhir tahun. Berdasarkan pengukuran data yang dilakukan satelit NOAA, didapatkan peta kontur suhu permukaan perairan yang mewakili kondisi awal penyuburan, puncak penyuburan dan akhir penyuburan seperti tersaji pada Gambar 10. Peta sebaran SPL serta arah dan kecepatan angin mingguan, secara lengkap disajikan pada Lampiran 4.
24 Minggu 15 Awal penyuburan Minggu 33 Puncak penyuburan Minggu 45 Akhir penyuburan Gambar 10. Sebaran SPL serta arah dan kecepatan angin di Laut Banda. Berdasarkan peramalan arah dan kecepatan angin juga dapat terlihat bahwa arah angin mempunyai pengaruh yang besar dalam pergerakan arus permukaan dan pergerakan sebaran SPL. Menurut Wouthuyzen (2002) dan Sediadi (2004), upwelling di Laut Banda terjadi pada musim timur, faktor utama penyebab upwelling di Laut Banda adalah angin selatan dan angin tenggara yang berhembus cukup kencang dan lama selama musim timur. Dapat dilihat pada
25 Gambar 10 bahwa pada musim timur angin tenggara berhembus cukup kencang dengan kecepatan 2.0 m/s hingga 2.8 m/s sehingga mengakibatkan pergerakan arus menuju wilayah barat (Gambar 11). Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa penurunan suhu di Laut Banda kemungkinan bukan peristiwa upwelling, ini dikarenakan lapisan termoklin tidak mengalami pengangkatan pada saat-saat yang diduga sebagai upwelling, yaitu pada musim timur dan peralihan II. Gambar 13 menunjukkan peningkatan salintas permukaan perairan pada musim timur jika dibandingkan dengan awal tahun. SPL yang rendah,salinitas, dan konsentrasi klorofil-a dari Laut Arafuru terangkut menuju Laut Banda akibat adanya angin tenggara, sehingga mengakibatkan Laut Banda mengalami penurunan SPL, peningkatan salinitas permukaan, dan peningkatan konsentrasi klorofil-a. Gambar 11. Arus permukaan pada musim timur (bulan Agustus) (Wyrtki, 1961)
26-20 0 0 0 0-100 -120-140 -160-180 -200-220 -240-260 -280 00 20 40 60 80 00 Grafik Sebaran Menegak Suhu 0 5 10 15 20 25 30 35 Gambar 12. Grafik sebaran suhu terhadap kedalaman (NODC, 2011). Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 11-20 0 0 0 0-100 -120-140 -160-180 -200-220 -240-260 -280 00 20 40 60 80 00 Grafik Sebaran Menegak Salinitas 33.2 33.4 33.6 33.8 34 34.2 34.4 34.6 34.8 35 35.2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 11 Gambar 13. Grafik sebaran salinitas terhadap kedalaman (NODC, 2011).