BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sehingga kinerja keuangan menjadi hal yang penting untuk dicapai oleh setiap perusahaan. Kinerja keuangan menurut Rudianto (2013:189) yaitu : Hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan. Menurut Wibowo (2014:7), Kinerja berasal dari pengertian performance. Menurut Fahmi (2012:239), Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Berdasarkan beberapa definisi oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan hasil kerja atau prestasi kerja suatu perusahaan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan perusahaan atas aktivitas yang telah dilakukan. 2.1.2 Tujuan dan Manfaat Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dalam suatu perusahaan sangatlah penting untuk diukur dan dinilai karena dengan adanya pengukuran serta penilaian kinerja keuangan maka perusahaan dapat mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan oleh manajemen perusahaan. Menurut Munawir (2012:31), pengukuran kinerja keuangan mempunyai tujuan sebagai berikut : 10
11 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaa untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Manfaat dari penilaian dan pengukuran dan penilaian kinerja keuangan, menurut Mulyadi (2007:416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajamen untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer, dan pemberhentian 3. Mengientifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluas program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan tertentu membutuhkan informasi yang mendukung kepentingan masing-masing pihak tersebut yang dihasilkan oleh akuntansi berup laporan laporan keuangan utama perusahaaan beserta informasi lainnya. Berikut ini merupakan pihak-pihak yang memanfaatkan informasi atas kinerja keuangan perusahaan menurut Rudianto (2013:216) yaitu : 1. Pemerintah mengharapkan suatu perusahaan untuk membayar pajak sesuai ketentuan perundangan sehingga memperoleh penghasilan dari pajak. 2. Pemasok bahan baku perusahaan menginginkan agar perusahaan membayar pembeliannya tepat waktu. 3. Pihak bank membutuhkan jaminan akan kemampuan perusahaan untuk mengembalikan dana yang dipinjamnya berdasarkan suku bunga pinjaman yang disyaratkan. 4. Konsumen mengharapkan mutu produk yang baik serta kemudahan memperoleh berbagai layanan yang berkaitan dengan produk itu sendiri. 5. Masyarakat sekitar mengharapkan perusahaan memberikan lapangan
12 pekerjaan dan pabrik yang beroperasi secara ramah lingkungan (environmentally concern). 6. Investor ingin menanamkan modalnya dalam bentuk saham perusahaan tentu akan mempertimbangkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba serta kemampuannya memberikan pengembalian (returns) sesuai tingkat yang diharapkan. 2.1.3 Kinerja Keuangan Berbasis Nilai Tambah Kinerja keuangan berbasis nilai tambah diperkenalkan oleh Stern & Stewart (Brigham & Houston, 2010:111) dan bertujuan untuk mengatasi adanya keterbatasan dari analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode akuntansi dan untuk memperoleh jawaban terhadap metode penilaian yang lebih baik. Dengan adanya pengukuran analisis kinerja berbasis nilai tambah diharapkan dapat mendukung laporan keuangan dan kinerja perusahaan yang realistis. Dengan didukungnya laporan keuangan dan kinerja perusahaan yang realistis diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat dengan mudah mengambil keputusan baik untuk berinvestasi maupun perencanaan peningkatan kinerja keuangan. 2.2 Economic Value Added (EVA) 2.2.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan dengan menghitung laba ekonomis yang telah dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menghitung nilai EVA, diharapkan perusahaan dapat melihat suatu gambaran mengenai peningkatan atau penurunan nilai laba ekonomis yang sebenarnya tercipta dari kinerja keuangan perusahaan, sehingga pihak investor akan tertarik atau tidak untuk berinvestasi di suatu perusahaan. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Stern Stewart & Co tahun 1993. EVA menurut Rudianto (2013:217) yaitu: EVA merupakan pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai yang merefleksikan jumlah absolut dari nilai kekayaan pemegang saham yang dihasilkan, baik bertambah maupun berkurang setiap tahunnya. EVA merupakan alat yang berguna untuk memilih investasi keuangan yang paling menjanjikan dan sekaligus sebagai alat yang cocok untuk mengendaikan operasi perusahaan.
13 Sedangkan menurut Husnan dan Pudijastuti (2012 : 68), EVA menunjukkkan ukuran yang baik sejuh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2010:51), Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added adalah suatu metode untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan mengukur nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan dengan melihat suatu gambaran mengenai peningkatan atau penurunan nilai laba ekonomis perusahaan. 2.2.2 Biaya Modal Definisi biaya modal (cost of capital) dapat dilihat dari sudut pandang investor maupun sudut pandang perusahaan. Ditinjau dari sudut pandang investor, biaya modal adalah biaya pengorbanan (opportunity cost) dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. Ditinjau dari sudut pandang perusahaan, biaya modal adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan. Menurut Rudianto (2013:227) Biaya modal (cost of capital) adalah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan atas penggunaan dana untuk investasi yang dilakukan perusahaan, baik dana yang berasal dari utang maupun dari pemegang saham. Sedangkan menurut Kamaludin dan Indriani (2012:287) Biaya modal adalah tingkat pengembalian bagi suatu proyek dalam keputusan untuk mempertahankan nilai pasar dan memperoleh dana. Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2008:201), yaitu : Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari utang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Menurut Margaretha (2015:96) menyatakan bahwa : Salah satu kunci fungsi keuangan dalam sebuah perusahaan adalah melakukan investasi dan memperoleh aset. Hal ini penting sekali bagi keberhasilan jangka panjang perusahaan yang menginvestasikan
14 pendapatan pada tingkat pengembalian yang cukup, yang disebut biaya modal. Tingkat laba dibutuhkan untuk membuat investor puas, karena itu biaya modal adalah tingkat rata-rata pengembalian sesungguhnya yang mencerminkan tingkat laba yang dikehendaki oleh investor dalam perusahaan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya modal adalah tingkat pengembalian yang mencerminkan laba yang diharapkan oleh pihak pemegang saham perusahaan untuk mempertahankan nilai dan memperoleh dana baik yang yang berasal dari utang, saham, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi. 2.2.3 Perhitungan Economic Value Added (EVA) Cara untuk mengukur Economic Value Added menurut Rudianto (2013:218) adalah dengan meggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : NOPAT Capital Charges EVA = NOPAT Capital Charges = Net Operating Profit After Taxes = Invested x Cost Of Capital NOPAT (Laba operasi bersih setelah pajak) dapat diketahui dalam laporan laba rugi yang tersedia pada laporan keuangan tahunan perusahaan, sedangkan Capital Charges (Biaya Modal) dapat diketahui di laporan posisi keuangan perusahaan di sisi passiva yang tersedia dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Langkah langkah untuk mengukur Economic Value Added (EVA) dengan menggunakan rumus menurut Tunggal (2008:28) sebagai berikut : 1. Menghitung Net Operating After Tax (Laba Bersih Setelah Pajak) NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash bookeeping entries seperti biaya penyusutan. Rumus : NOPAT = Laba (Rugi) Usaha - Pajak
15 2. Menghitung Invested Capital Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non interest bearing liabilities) seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan dan sebagainya. Rumus : Invested Capital = Total Utang & Ekuitas Utang Jangka Pendek 3. Menghitung Capital Charges (Biaya Modal) Capital Charges dapat diketahui di laporan posisi keuangan perusahaan di sisi passiva yang tersedia dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Rumus : Capital Charges = WACC x Invested Capital 4. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC (biaya modal rata-rata tertimbang). Rumus : WACC = {(D x Rd) x (1 Tax) + (E x Re)} Keterangan : D = Tingkat Modal Rd = Cost Of Debt Tax = Tingkat Pajak E = Tingkat Modal dari Ekuitas Re = Cost Of Equity Untuk menghitung WACC suatu perusahaan dapat menggunakan perhitungan yaitu sebagai berikut : a. Tingkat Modal = b. Cost of Debt = c. Tingkat Pajak = d. Tingkat Modal dari Ekuitas = e. Cost of Equity = 5. Menghitung Economic Value Added (EVA) Rumus : EVA = NOPAT Capital Charges
16 2.2.4 Manfaat Economic Value Added (EVA) Manfaat EVA menurut Rudianto (2013:223) yaitu : 1. Pengukur kinerja keuangan yang langsung berhubungan secara teoritis dan empiris pada penciptaan kekayaan pemegang saham, di mana pengelolaan agar EVA lebih tinggi akan berakibat pada harga saham yang lebih tinggi pula. 2. Pengukuran kinerja yang memberikan solusi tepat, dalam artian EVA selalu meyakinkan para pemegang saham, yang membuatnya menjadi satusatunya matriks kemajuan berkelanjutan yang andal. 3. Suatu kerangka yang mendasarkan sistem baru yang komprehensif untuk manajemen keuangan perusahaan yang membimbing semua keputusan, dari anggaran operasional tahunan sampai penganggaran modal, perencanaan strategik, akuisisi dan divestasi. 4. Metode yang mudah sekaligus efektif untuk diajarkan bahkan pada pekerja yang kurang berpengalaman. 5. Metode ini merupakan pilihan utama dalam sistem kompensasi yang unik di mana terdapat ukuran kinerja perusahaan yang benar-benar menyatukan kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham, dan menyebabkan manajer berpikir serta bertindak sebagai pemilik. 6. Suatu kerangka yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan dan pencapaiannya pada investor, dan investor dapat menggunakan EVA untuk mengidentifikasi perusahaan mana yang mempunyai prospek kinerja lebih baik lagi di masa mendatang. 7. Lebih penting lagi, EVA merupakan suatu sistem internal corporate governance yang memotivasi semua manajer dan pegawai untuk bekerja sama lebih erat dan penuh antusias demi menghasilkan kinerja terbaik yang mungkin bisa dicapai. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari EVA adalah tidak hanya untuk kepentingan manajer dalam mengelola manajemen keuangan perusahaan tetapi juga untuk menciptakan kekayaan pemegang saham serta dapat mengidentifikasi perusahaan mana yang mempunyai prospek kinerja lebih baik lagi di masa mendatang. 2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA) Pengukuran dengan menggunakan EVA juga memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai penilai laporan keuangan. Menurut Rudianto (2013: 224) EVA memiliki beberapa kelebihan yaitu:
17 1. EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham di mana EVA digunakan sebagai ukuran operasi dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor, 2. EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dana/modal, mengeksposur pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi, 3. EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasi sehari-hari. Tetapi di samping beberapa keunggulan tersebut, EVA juga memiliki beberapa kelemahan yang belum dapat ditutupi menurut Rudianto (2013: 224) kelemahan EVA, antara lain: 1. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya modal sendiri dalam perusahaan go public biasanya mengalami kesulitan ketika melakukan perhitungan sahamnya. 2. Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja, sedangkan untuk mengukur kinerja perusahaan secara optimum, perusahaan harus diukur berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa EVA memiliki kelebihan yaitu menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham dalam hal penciptaan nilai tambah perusahaan. EVA juga memiliki kelemahan dalam hal menentukan biaya modal pada perusahaan go public dan EVA hanya mengukur faktor kuantitif saja dalam pengukuran kinerja keuangan. 2.2.6 Ukuran Kinerja Economic Value Added (EVA) Hasil penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan ukuran EVA menurut Rudianto (2013:222) dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori yang berbeda, yaitu : 1. Nilai EVA > 0 atau EVA Bernilai Positif Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. 2. Nilai EVA = 0 Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam titik impas. Perusahaan pula tidak mengalami kemunduruan maupun kemajuan secara ekonomi.
18 3. Nilai EVA < 0 atau EVA Bernilai Negatif Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis bagi perusahaan, yaitu laba yang dihasilkan tidak memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham perusahaan (investor). 2.3 Market Value Added (MVA) 2.3.1 Pengertian Market Value Added (MVA) Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Selain itu, tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan yang dialokasikan secara efisien dan memberi manfaat ekonomi. Kekayaan pemegang saham dimaksimalkan dengan memaksimalkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan melebihi modal yang disetor pemegang saham. Kekayaan pemegang saham akan dimaksimalkan dengan meminimalkan perbedaan antara nilai pasar dari saham peusahaan dan jumlah modal ekuitas yang telah diberikan oleh pemegang saham. Market Value Added digunakan untuk mengukur kinerja pasar suatu perusahaan. Metode ini dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan atas modal yang dimiliki investor karena melibatkan harga saham sebagai komponen utamanya. Menurut Kamaludin dan Indriani (2012:60), Market Value Added adalah pengurangan antara nilai pasar ekuitas dengan modal ekuitas yang dinvestasikan. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:70), Market Value Added merupakan untuk melihat kemakmuran pemegang saham yang dapat dimaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2010: 50), Market Value Added adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Market Value Added adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah ekuitas yang di invetasikan investor (modal sendiri) yang diserahkan kepada perusahaan.
19 2.3.2 Perhitungan Market Value Added (MVA) Berikut cara menghitung Market Value Added (MVA) menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:70) adalah : MVA = Nilai pasar saham Modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham MVA = (Jumlah saham beredar) (Harga saham) Total modal sendiri Sedangkan rumus untuk mencari Market Value Added (MVA) menurut Brigham dan Houston (2010:50 ) adalah sebagai berikut : MVA = (Saham beredar)(harga saham) Total ekuitas saham biasa Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga, seperti utang, upah yang akan jatuh tempo dan pajak yang akan jatuh tempo. 2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Market Value Added (MVA) Pengukuran dengan menggunakan MVA juga memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai penilai laporan keuangan. Keunggulan dari MVA sebagai penilai laporan keuangan menurut Agustin (2014) merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend maupun norma industri sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah menilai kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahan dari pengukuran kinerja keuangan dengan MVA menurut Agustin (2014) adalah sebagai berikut : 1. MVA merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang saham sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat divisi 2. MVA adalah suatu periode tertentu tidak memberikan solusi peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham 3. MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Pengukuran MVA gagal memperhitungkan uang kas pada masa lalu kepada pemegang saham. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran MVA memiliki keunggulan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu merupakan ukuran tunggal yang tidak membutuhkan analisis trend tertentu. MVA juga memiliki kelemahan yaitu mengabaikan biaya modal yang diinvestasikan dan hanya mengukur
20 kekayaan periodik pemegang saham sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat divisi. 2.3.4 Ukuran Kinerja Market Value Added (MVA) Hasil penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan ukuran MVA yang dikemukakan oleh Bakar (2010) adalah sebagai berikut : a. MVA > 0 Hal ini menunjukkan manajemen telah berhasil memberikan nilai tambah melalui pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar atas saham yang diterbitkan atau perusahaan mampu menjual saham di pasar dengan harga premium. b. MVA = 0 Hal ini menunjukkan manajemen tidak berhasil memberikan nilai tambah maupun pengurangan melalui pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar atas saham karena harga saham di pasar saham dengan nilai buku. c. MVA < 0 Hal ini menunjukkan manajemen tidak mampu memberikan nilai tambah maupun pengurangan nelalui pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar atas saham yang diterbitkan atau harga saham di pasar di bawah nilai buku.