BAB I PENDAHULUAN. (terjemahan bebas dari Keller & Aaker dalam Czellar, 2002:97). Aaker dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan kemajuan teknologi meningkatkan daya kreativitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

I. PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis semakin lama terasa semakin ketat dalam memperebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Shampoo merupakan salah satu kategori produk dengan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industri pada saat ini semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, persaingan di berbagai industri semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. pembahasan tesis ini akan di fokuskan ke dalam kategori Personal Care, dimana

I. PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah menyebabkan adanya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tantangan bisnis ke depan akan semakin berat ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat. Pengaruh Ekuitas Merek terhadap Loyalitas Pelanggan shampo merek

BAB I PENDAHULUAN. Pasar yang modern berkembang dalam lingkungan yang penuh gejolak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan populasi manusia yang semakin meningkat telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan dalam mempengaruhi publik untuk memilih produk. Banyak

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung. alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menciptakan keunggulan bersaing untuk mempertahankan produknya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

Bab 1. Pendahuluan. Persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, salah satu kategori

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga penampilan merupakan hal yang sangat penting bagi wanita hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi pemasaran, berbagai jenis informasi, teknologi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan suatu bangsa mengindikasikan telah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang berfokus pada arah era globalisasi, persaingan

Pengaruh perceived quality, perceived fit, perceived difficulty pada sikap konsumen terhadap brand extension (studi pada PT Aksara Solopos)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Berawal dari kebutuhan manusia yang beraneka ragam, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. daripada biaya untuk mempertahankan pelanggan (Peter dan Olson, 2000).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. toiletries adalah industri yang memproduksi produk produk konsumen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dsb. Oleh karena itu para perusahaan berlomba-lomba membuat produk. Wafer merupakan makanan ringan atau snack yang dapat dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. sejenis yang beredar di pasaran. Karena itu arti sebuah merek (brand) menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. maka akan semakin kuat persaingan yang terjadi. Untuk mampu bersaing dalam pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi yang semakin kompleks dan

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dihubungi di manapun berada menyebabkan telepon selular menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas (customer knowledge) membuat perusahaan-perusahaan saling

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen karena dipengaruhi oleh daya beli, begitu juga dengan dunia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis berusaha untuk bersaing secara kompetitif dengan menghadirkan produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Tidak terkecuali di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan situasi pasar saat ini telah berubah dengan sangat cepatnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan internasional merupakan faktor utama keberhasilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK HASIL BRAND EXTENSION

BAB I PENDAHULUAN. Perbaikan ekonomi Indonesia pasca reformasi pada satu dasawarsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan biaya menambah pelanggan baru (Chang et al., 2012:24) Produk bersaing atas merek memudahkan pembeli mengidentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. keputusan tentang merek, merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

KATA PENGANTAR PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KESETIAAN. memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk meningkatkan kualitas produk masing-masing. Perubahan konsep

BAB I PENDAHULUAN. konsumen tidak beralih pada perusahaan pesaing. Aktivitas pemasaran ini

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menyebabkan terjadinya perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan penjualan produk yang beraneka macam tersebut dan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin kompetensi yang mereka miliki. Agar dapat memenangkan persaingan,

LIKA WIDAYANTI B

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan konsumen memiliki banyak pilihan produk yang dapat digunakan untuk

LOYALITAS PELANGGAN SHAMPOO LIFEBOUY DI CAREFOUR RUNGKUT SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. maupun pasar global. Agar perusahaan dapat bertahan dan memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

I. PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi telah mendorong terjadinya exposure besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengembangan merek perusahaan yang kuat. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dengan memanfaatkan globalisasi serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB I PENDAHULUAN. untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market share).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap produk makanan siap saji atau instant

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, baik perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan berbagai sektor industri untuk merebutkan pangsa pasar,

I. PENDAHULUAN. Citra merek (Brand Image) mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan iklim persaingan yang ketat saat ini telah membuat perusahaan berupaya keras untuk tetap bertahan dan menjaga pangsa pasar yang telah mereka miliki. Ketatnya persaingan tersebut tercermin dari semakin banyaknya ragam dan kategori produk yang telah diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan ataupun produsen-produsen. Alasan lainnya adalah saat ini konsumen semakin menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Maka, pemilihan strategi yang tepat menjadi sangatlah penting dan menjadi kunci utama agar perusahaan tidak kehilangan pangsa pasar mereka, baik strategi untuk menciptakan suatu merek baru ataupun mengembangkan suatu merek yang memang telah ada dan sudah tidak asing lagi di benak konsumen. Brand extension (perlusan merek) merupakan penggunaan merek yang sudah mapan untuk memasuki kategori produk baru atau kelas produk baru. (terjemahan bebas dari Keller & Aaker dalam Czellar, 2002:97). Aaker dan Keller (1997) mengemukakan salah satu manfaat strategi brand extension adalah meningkatkan tingkat efisiensi dan meminimalkan biaya distribusi serta promosi perusahaan. Karena seperti diketahui bahwa peluncuran sebuah nama baru ke beberapa pasar konsumen membutuhkan suatu investasi yang besar. 1 Universitas Kristen Maranatha

Namun dalam sebuah investasi tidak ada tingkatan pengeluaran yang dapat menjamin seberapa besar keberhasilan tersebut akan didapat. Sebaliknya, penggunaan suatu merek yang telah mapan bisa mengurangi investasi peluncuran dan dapat meningkatkan probabilitas keberhasilan. Salah satu contoh adalah Black&Decker yang telah menghabiskan lebih dari $ 100 juta dalam rangka mengubah Esso menjadi Exxon. Biaya-biaya tersebut sebagai besar digunakan untuk spot-spot iklan 15 detik, untuk memantapkan mereknya pada produk alat rumah tangga GE yang telah dipasarkannya sejak tahun 1982. Kapferer (1994) menambahkan bahwa strategi brand extension ini tidak hanya bermanfaat untuk sekedar hanya menekan biaya, tetapi sekaligus juga meningkatkan kemungkinan keberhasilan produk di pasar. Penggunaan merek yang sudah dikenal untuk suatu produk baru dengan sendirinya akan menimbulkan pengenalan nama dan mengurangi tugas komunikasi sehingga memudahkan tugas manajemen untuk mengasosiakan merek itu dengan kelas produk baru. Hal ini tentu dapat dengan mudah kita pahami karena konsumen memang akan lebih mudah untuk mempercayai produk dengan merek yang telah dikenal sebelumnya. Mortimer (2003) juga menyatakan bahwa suatu produk dengan merek yang telah dikenal sebelumnya tidak lagi hanya dilihat sebagai fungsi produk semata, namun juga dilihat dari nilai emosional secara keseluruhan. Ada beberapa faktor yang dapat dikatakan berpengaruh akan terciptanya kesuksesan suatu brand extension sebagai suatu pengembangan produk baru. Hem (2001) mengatakan bahwa ada empat faktor dari suatu kesuksesan brand 2 Universitas Kristen Maranatha

extension, yaitu similarity, reputation, perceived risk dan innovativeness. Studi empiris tentang brand extension antara lain dilakukan oleh Hem, Leslie dan Iversen (2002), dengan mengambil objek produk-produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods), durable goods (produk-produk tahan lama dengan tingkat pemakaian lebih dari satu kali) dan sektor jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perluasan produk dengan kategori tingkat kemiripan (similarity) terhadap produk sebelumnya yang tinggi relatif lebih mudah dapat diterima pasar. Selain itu, reputasi merek asal (reputation) juga turut serta mempengaruhi kesuksesan strategi perluasan merek. Perceived risk tentang kategori perluasan merek dan innovativeness yang dimiliki oleh konsumen merupakan faktor lain yang turut mempengaruhi kunci sukses strategi perluasan merek. Namun, dengan adanya faktor-faktor kesuksesan tersebut bukan berarti perluasan merek juga sudah dipastikan sukses dapat menarik konsumen untuk mempunyai niat dan keinginan untuk memilih suatu produk. Pada akhirnya, ada beberapa hal yang mempengaruhi konsumen merefleksikan pernyataan mental mereka secara tidak sesuai dengan rencana awal untuk memilih produk tertentu. Klink&Smith (2001) mengatakan bahwa kesuksesan yang terjadi dalam sebuah strategi brand extension sangat tergantung dari bagaimana konsumen mengevaluasi merek tersebut. Perbedaan karaktersitik konsumen, sikap konsumen dalam menerima pesan yang diberikan oleh perusahaan dan pencarian serta evaluasi merek alternatif yang pada akhirnya akan menentukan intensi membeli konsumen (bagaimana niat atau keinginan konsumen untuk 3 Universitas Kristen Maranatha

membeli suatu produk). Inilah yang akan menjadi sebuah kendala terbesar bagi perusahaan dalam penerapan strategi brand extension (Barata;2007). Hal yang sama peneliti lihat dalam kasus sampo Lifebuoy. Sampo Lifebuoy dapat dikatakan telah sukses memasuki pasar baru dengan kategori sampo. Pada akhir tahun 2001, PT. Unilever meluncurkan produk baru dengan memakai merek yang sama (Lifebuoy) namun untuk kategori produk yang berbeda, yaitu sampo. Pemakaian strategi brand extension pada merek Lifebuoy pada kategori sampo sebenarnya merupakan jalan pintas bagi PT. Unilever untuk dapat menembus pasar sampo yang lebih dulu sudah dimasuki oleh Rejoice, Pantene dan Head&Shoulders (produksi Procter and Gamble) serta bersaing dengan produk PT. Unilever sendiri seperti Sunslik dan Clear. Setelah satu tahun berjalan, Swa bekerja sama dengan Frontier (tahun 2002) mengadakan survei dan mendapatkan hasil (Tabel 1) bahwa sampo Lifebuoy berada di urutan kelima melewati Clear, Rejoice dan Emeron yang sebelumnya merupakan pemain lama dalam pasar sampo dengan perolehan QSS sebesar 3,94 (kepuasan kualitas), VSS sebesar 3,70 (kepuasan nilai), PBS sebesar 52% (persepsi terbaik) dan TTS sebesar 0,07 (total nilai kepuasan). Walaupun sampo Lifebuoy tidak berada diurutan pertama, tetapi sebagai merek dengan kategori baru, strategi brand extension yang dilakukan oleh PT. Unilever dapat dikatakan sukses karena di awal kemunculannya sebagai pemain baru dalam kategori sampo, sampo Lifebuoy langsung berada pada Top Five atau lima besar terbaik kategori sampo pada tahun 2002 seperti yang dinyatakan dalam tabel 1.1. Tentu untuk ukuran sebuah produk baru dalam 4 Universitas Kristen Maranatha

periode tahun pertama, langkah PT. Unilever untuk melakukan sebuah strategi brand extension ini dapat dinyatakan berhasil serta patut diperhitungkan. Tabel 1.1: Kategori Produk Sampo tahun 2002 MEREK QSS VSS PBS TSS Nature 4.05 3.45 69.0 % 0.26 Pentene 4.00 3.65 66.5 % 0.25 Head & Shoulders 4.01 3.59 60.0 % 0.22 Sunsilk 3.95 3.76 63.1 % 0.19 Lifebuoy 3.94 3.70 52.0 % 0.07 Clear 3.91 3.69 60.3 % 0.05 Rejoice 3.90 3.62 55.4 % -0.06 Emeron 3.77 3.83 32.7 % -0.34 Sumber: Swa, 2002 Keterangan: QSS VSS PBS TSS = Quality Satisfaction Score = Value Satisfaction Score = Perceived Best Score = Total Satisfaction Score 5 Universitas Kristen Maranatha

Pada tahun 2003, kembali didapatkan hasil survei yang dilakukan oleh MARS-SWA. Data tersebut menunjukkan bahwa angka TOM sampo Lifebuoy tetap berada dan termasuk dalam salah satu dari lima persentase terbesar TOM (Top of Mind) konsumen. Tabel 1.2: TOM (Top of Mind) Produk Sampo tahun 2003 MEREK TOM Sunsilk Clear Pantene Lifebuoy Rejoice 37,4 % 23,7 % 19,0 % 6,9 % 4,7 % Sumber: Swa, 2003 Posisi sampo Lifebuoy yang tetap masuk ke dalam lima besar, ternyata terus berlanjut sampai di tahun 2009. Di tahun itu, MARS dan majalah SWA (Majalah SWA NO.16/XXV/27 Juli 5 Agustus 2009) kembali mengadakan sebuah survei mengenai brand value sebuah produk, dalam hal ini yaitu produk sampo. Tabel berikut adalah data mengenai beberapa merek sampo yang beredar di Indonesia dalam kurun waktu 2007 2009. 6 Universitas Kristen Maranatha

Tabel 1.3: Brand Value Produk Sampo tahun 2007-2009 MEREK BRAND VALUE 2007 BRAND VALUE 2008 BRAND VALUE 2009 Sunsilk 32,3 27,5 60,7 Pantene 23,1 16,3 58,7 Clear 31,9 23,1 55,6 Lifebuoy 18,1 12,8 53,4 Rejoice 15,9 6,4 51,3 Sumber: Swa, 2009 Tabel 1.3 menampilkan mengenai brand value (kinerja merek) dari beberapa merek sampo yang sudah dikenal oleh konsumen Indonesia. Nilai merek (brand value) merupakan hasil menyeluruh dari popularitas merek (TOM/brand awareness), popularitas iklan, tingkat penerimaan kualitas merek (perceived quality), tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan (satisfaction and loyality index), pangsa pasar (market share), serta kemampuan sebuah merek dalam menambah konsumen di masa yang akan datang (gain index). Tetapi kesuksesan suatu strategi brand extension yang didukung oleh keempat faktor yaitu similarity, reputation, perceived risk dan innovativeness seperti pada sampo Lifebuoy, tidak selalu berlaku positif dan berbanding searah 7 Universitas Kristen Maranatha

terhadap reaksi konsumen dalam intensi membeli konsumen pada produk tertentu. Minor (2002) mengatakan bahwa intensi membeli berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, membeli, membuang, dan menggunakan produk. Sebenarnya secara tidak sadar saat ini perusahaan dan konsumen telah terhubung dalam satu komponen antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, perusahaan berusaha untuk mempengaruhi konsumen dengan keinginan untuk membeli suatu produk dan keinginan konsumen untuk membeli pada akhinya akan mempengaruhi pula perusahaan dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan akan strategi pemasaran yang dilakukan. Nicosia (1976) mengatakan bahwa konsumen secara jelas akan melewati beberapa tahap terlebih dahulu yang pada akhirnya akan bermuara pada satu tahap bernama intensi membeli. Proses tersebut bermula dari sikap konsumen berdasarkan pesan-pesan yang diberikan oleh perusahaan lalu pencarian dan evaluasi terhadap produk atau merek alternatif, keinginan membeli dan umpan balik. Dari keseluruhan proses tersebut dapat dilihat bahwa hasil akhir yang bermuara pada intensi membeli tidak akan selalu sama pada setiap individu atau konsumen. Tergantung bagaimana cara konsumen menangkap pesan yang diberikan oleh perusahaan dan bagaimana konsumen mengolah serta mengambil tindakan dalam proses pembelian suatu produk. Kondisi ini pun yang terjadi pada sampo Lifebuoy. PT. Unilever dapat dikatakan sukses menggunakan strategi brand extension pada merek Lifebuoy. Tetapi apakah faktor-faktor kesuksesan brand 8 Universitas Kristen Maranatha

extension pada merek Lifebuoy (yaitu sampo Lifebuoy) juga akan berpengaruh terhadap intensi membeli konsumen? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penerimaan, pengolahan informasi serta keinginan konsumen untuk memiliki atau menggunakan suatu produk akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu judul dari skripsi peneliti adalah Pengaruh Faktor-Faktor Kesuksesan Brand Exstension Terhadap Intensi Membeli Konsumen Pada Sampo Lifebuoy. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka permasalahan yang peneliti angkat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh antara similarity terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy? Apakah terdapat pengaruh antara reputation terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy? Apakah terdapat pengaruh antara perceived risk terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy? Apakah terdapat pengaruh antara innovativeness terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy? 9 Universitas Kristen Maranatha

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui adanya pengaruh antara similarity terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy. Untuk mengetahui adanya pengaruh antara reputation terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy. Untuk mengetahui adanya pengaruh antara perceived risk terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy. Untuk mengetahui adanya pengaruh antara innovativeness terhadap intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Bagi perusahaan Membantu memberikan informasi kepada perusahaan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan sebuah brand extension. Membantu memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai ada atau tidak dan sejauh mana pengaruh antara faktor-faktor kesuksesan brand extension dengan intensi membeli kosumen. 10 Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Bidang akademik Memberikan informasi dan pengetahuan dari hasil riset ini mengenai brand extension dan intensi membeli konsumen. Yaitu faktor-faktor kesuksesan brand extension terhadap intensi membeli kosumen. Penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor kesuksesan brand extension dengan intensi membeli kosumen pada sampo Lifebuoy. 11 Universitas Kristen Maranatha