BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karenanya pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Namun demikian, disadari bahwa perwujudan ketahanan pangan perlu memperhatikan sistem hierarki mulai dari tingkat global, nasional, regional, wilayah, rumah tangga dan individu (Simatupang, 2006). Lebih jauh, Rachman dan Ariani (2007) menyebutkan bahwa tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah merupakan syarat keharusan dari terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja tidak cukup, syarat kecukupan yang harus dipenuhi adalah terpenuhinya kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga/individu. Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, 1
2 apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Pemanfaatan pekarangan tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012). Menurut Afrinis, N (2009), pemanfaatan pekarangan dapat mendukung penyediaan aneka ragam pangan di tingkat rumah tangga, sehingga terwujud pola konsumsi pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional dapat tercapai jika dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu merupakan salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan khususnya yang dimulai dari rumah tangga. Rahayu dan Prawiroatmodjo (2005) menyatakan bahwa pekarangan, sebagai salah satu bentuk usahatani belum mendapat perhatian, meskipun secara sadar telah dirasakan manfaatnya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumber daya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Oleh karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan
3 untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sejalan dengan kenyataan ini Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL) yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsep KRPL ini dimulai sejak tahun 2011. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah. (Kementerian Pertanian, 2011). Tujuan pengembangan Model KRPL adalah: (1) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari, (2) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, (3) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, dan (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan
4 hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Berdasar tujuan tersebut, sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). Kota Binjai termasuk wilayah penerima manfaat model kawasan rumah pangan lestari (KRPL) yang diselenggarakan oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Binjai Utara merupakan kecamatan yang dipilih oleh Dinas Pertanian Kota Binjai untuk menerapkan Program ini. Tabel berikut akan menunjukkan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga menurut Kecamatan di Kota Binjai : Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan, 2013 Kecamatan Penduduk (jiwa) Rumah Tangga Rata-rata Anggota Rumah Tangga Binjai Selatan 49.986 11.514 4,34 Binjai Kota 30.780 7.318 4,20 Binjai Timur 55.086 12.996 4,23 Binjai Utara 72.127 17.011 4,24 Binjai Barat 44.284 10.180 4,35 Binjai 252.263 59.019 4,27 Sumber : BPS Kota Binjai Dari tabel terlihat bahwa Kecamatan Binjai Utara merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga terbesar di kota Binjai. Program KRPL dimulai pada bulan Mei Tahun 2015 dengan melibatkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang bertugas di Kecamatan Binjai Utara dan kelompok tani yang bernama Kelompok Wanita Tani Makmur yang merupakan
5 satu satunya kelompok tani yang menerapkan Program KRPL. Kegiatan ini sudah berlangsung dan terus berkelanjutan hingga sekarang di setiap anggota kelompok wanita tani makmur. Kegiatan awal Program dilakukan dengan membangun tempat penanaman bibit sayur - sayuran seperti sawi, bayam, kacang panjang, kangkung, terong, kucai, daun bawang dan gambas di pekarangan rumah setiap anggota kelompok tani dengan menerapkan sistem tanam vertikultur dari bahan kayu, dan penggunaan polybag untuk penanaman di bawahnya. Selain itu kegiatan lainnya adalah membangun kebun pembibitan yang terletak tidak jauh dari pekarangan rumah setiap anggota dengan memanfaatkan lahan dari Kepala Lingkungan tempat tinggal anggota Kelompok Wanita Tani Makmur. Keberhasilan petani dalam meningkatkan hasil produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan lahan pekarangan melalui Program KRPL tersebut juga tidak terlepas dari peran pendampingan penyuluh pertanian lapangan. Peran penyuluh dalam proses adopsi inovasi untuk membantu, mendorong, berbagi dan memfasilitasi petani dalam adopsi inovasi. Dimana penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi tentang teknologi dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan
6 cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan. Meningkatnya pengetahuan petani mencerminkan proses transfer teknologi pemanfaatan lahan pekarangan. Diharapkan pengembangan berbagai inovasi teknologi yang terkait dengan pemanfaatan lahan pekarangan dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Penelitian dilakukan untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi petani terhadap Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Jati Utomo yang berada di Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai sebagai wilayah terpilih penerapan Program KRPL. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL yang terjadi di daerah penelitian, karena Program KRPL diharapkan dapat terus berkelanjutan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga petani dan bisa meningkatkan pendapatan petani untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat ditarik beberapa identifikasi masalah yaitu : 1. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di daerah penelitian? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang dilaksanakan oleh petani di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di daerah penelitian? 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam mengembangkan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) agar tetap berjalan dan terus berkelanjutan.
8 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.