BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.) suku Asteraceae banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di Nigeria (Ibrahim, et al., 2004). Di Cina daun Afrika telah dikenal sejak dahulu oleh masyarakat sebagai tanaman obat yang sangat mujarab yang digunakan di lingkungan kekaisaran sebagai obat untuk berbagai penyakit. Di Jawa tanaman ini dikenal dengan nama daun pahit dan di Padang dikenal dengan nama daun insulin. Tanaman ini mudah tumbuh pada daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi (Anonim, 2010). Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.) mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan steroid/triterpenoid yang berperan sebagai antibakteri. Ekstrak daun Afrika memiliki aktivitas antibakteri yang mampu membunuh bakteri Gram positif dan Gram negatif. Penelitian terhadap aktivitas antibakteri ekstrak daun Afrika yang dilakukan oleh Sharma dan Smita (2010) menunjukkan hasil yang positif terhadap bakteri Staphylococcus aureus,streptococcus mutans, dan Lactobacillus acidophilus. Karies gigi atau dikenal dengan gigi berlubang adalah salah satu penyakit pada jaringan keras gigi yang sudah dikenal umum oleh masyarakat, paling banyak ditemui di dalam rongga mulut, dapat mengenai semua populasi tanpa memandang umur, jenis kelamin, ras, ataupun keadaan sosial ekonomi, dan merupakan penyebab utama hilangnya gigi (Parmar, dkk., 2007). Karies merupakan keadaan akibat dari larutnya mineral-mineral pembangun struktur gigi oleh paparan asam organik hasil fermentasi karbohidrat yang dilakukan oleh 1
bakteri patogen dalam rongga mulut. Salah satu bakteri yang mampu memfermentasi gula menjadi asam laktat adalah Streptococcus mutans dan ph mulut menjadi asam. Penurunan ph mulut di bawah 5,5 akan menyebabkan terjadinya demineralisasi email (Roeslan, 2002). Ada banyak cara untuk mencegah karies gigi, salah satunya penggunaan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur dengan antiseptik yaitu menurunkan jumlah koloni bakteri patogen dalam rongga mulut, mengurangi terjadinya plak, dan karies gigi (Sumono dan Wulan, 2009). Berbagai jenis obat kumur telah beredar di masyarakat, salah satu yang banyak digunakan yaitu obat kumur dengan kandungan Povidone-Iodine 1% (Primalia, dkk., 2009). Dilaporkan bahwa tingkat absorpsi yodium dari Povidone-Iodine 1% tidak baik untuk penggunaan jangka panjang dalam rongga mulut, karena dapat menyebabkan masalah sensitivitas yodium (Kumar, dkk., 2011). Upaya preventif lainnya yang dilakukan secara mekanis misalnya dengan menyikat gigi pada waktu yang tepat dengan cara yang benar, sedangkan cara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi larutan fluor, penggunaan bahan antiseptik misalnya chlorhexidine atau dapat juga menggunakan ekstrak tumbuhtumbuhan sebagai obat kumur yang mengandung antiseptik (Shahani dan Reddy, 2011). Namun mempunyai beberpa efek samping yang merugikan yaitu menimbulkan pewarnaan (staining) pada gigi, pada lidah juga dapat menganggu rasa kecap setelah pemakaian meskipun tidak bersifat permanen (Peterson, 2011). Obat kumur adalah larutan yang biasanya mengandung bahan penyegar nafas, astringen, demulsen, antibakteri untuk menyegarkan dan membersihkan saluran pernafasan, yang pemakaiannya dengan berkumur (Backer, 1990). Formulasi obat kumur selain bahan aktif yang umum digunakan sebagai 2
antibakteri juga digunakan bahan tambahan lain seperti surfaktan dan korigensia (Mitsui, 1997; Jas, 2007). Berbagai efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian bahan kimia dalam obat kumur cukup banyak dan signifikan, sehingga diperlukan alternatif lain sebagai bahan baku pembuatan obat kumur dengan efek samping seminimal mungkin, ekonomis, dan berkhasiat. Alternatif yang memenuhi syarat tersebut adalah tanaman obat atau tanaman yang berasal dari alam yang berkhasiat sebagai obat dalam penyembuhan dan pencegahan suatu penyakit (Flora, 2008; Victor, dkk., 2013). Penggunaan tanaman obat yang digunakan pada penelitian ini adalah daun Afrika yang akan ditentukan daya antibakteri dari ekstrak etanol daun Afrika berdasarkan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) yaitu konsentrasi terkecil yang mampu menghambat bakteri yang diinokulasikan dengan terbentuknya zona bening di sekitar pencadang kertas, kemudian dijadikan bentuk obat kumur dan ditentukan kembali daya antibakterinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Penggunaan bakteri Staphylococcus aureus dikarenakan bakteri tersebut menyebabkan berbagai jenis peradangan pada rongga mulut, seperti pembengkakan kelenjar liur disertai nyeri, infeksi bakteri pada jaringan di sekitar amandel, dan infeksi jaringan periodontal (Fathi, 2010). Sedangkan bakteri Streptococcus mutans, merupakan flora normal yang ada pada rongga mulut seperti gusi, lidah dan saliva yang sering menimbulkan plak dan karies gigi, dan juga terdapat pada saluran nasofaring, saluran genitalia wanita dan kulit (Talaro dan Arthur, 1999; Tortora, dkk., 2004). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 3
a. Apakah ekstrak etanol daun Afrika dapat diformulasikan menjadi obat kumur? b. Apakah obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika mempunyai nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans? c. Apakah ekstrak etanol daun Afrika dan obat kumur ekstrak etanol daun Afrika mempunyai aktivitas antibakteri yang sama? 1.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Ekstrak etanol daun Afrika dapat diformulasikan menjadi obat kumur. b. Sediaan obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika mempunyai nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. c. Ekstrak etanol daun Afrika dan obat kumur ekstrak etanol daun Afrika mempunyai aktivitas antibakteri yang sama. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk: a. Meneliti ekstrak etanol daun Afrika yang diformulasikan menjadi obat kumur. 4
b. Meneliti nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. c. Meneliti aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun Afrika dan obat kumur ekstrak etanol daun Afrika. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan mampu memberi informasi yang berguna bagi pengembangan tanaman obat yang berkhasiat sebagai antibakteri dan menambah ilmu pengetahuan mengenai pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional di masyarakat, khususnya daun Afrika dan dapat mengetahui kegunaan daun Afrika yang dapat dikembangkan menjadi obat kumur dalam penggunaannya untuk mencegah karies gigi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. 5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Secara skematis kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1. Latar Belakang Penyelesaian Variabel bebas Variabel terikat Parameter Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.) mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan steroid/triterpe noid yang berperan sebagai antibakteri. Ekstrak daun Afrika telah terbukti mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureusdan Streptococcus mutans Pembuatan obat kumur dari ekstrak etanol daun Afrika Konsentrasi ekstrak etanol daun Afrika Pemeriksaan stabilitas Pemerikasaan ph Uji mikrobiologi - bentuk - warna - bau ph Diameter daerah hambatan (mm) Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian 6