RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2018 TPIP Inflasi Tetap Terkendali, Meski Harga Pangan dan Energi Naik INFLASI IHK Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2018 tetap terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2018. Inflasi IHK pada Februari 2018 mencapai 0,17% (mtm), menurun dibandingkan bulan lalu sebesar 0,62% (mtm), namun lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi IHK bulan Februari empat tahun terakhir sebesar 0,01% (mtm) (Tabel 1). Menurunnya inflasi IHK bersumber dari inflasi inti dan inflasi volatile food, di tengah kenaikan inflasi administered prices (Grafik 1). Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan bulan Februari, inflasi IHK telah mencapai 0,79% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,18% (yoy), melambat dari bulan lalu sebesar 3,25% (yoy) (Grafik 2). Tabel 1. Disagregasi Inflasi Februari 2018 Grafik 1. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan Grafik 2. Disagregasi Inflasi Secara spasial, berbagai daerah mencatatkan inflasi rendah atau bahkan deflasi. Inflasi yang rendah tercatat di kawasan Jawa yaitu sebesar 0,31%. Inflasi dimaksud terjadi hampir di semua provinsi di Jawa, kecuali di DI Yogyakarta yang mengalami deflasi. Sementara itu, inflasi wilayah KTI secara agregat tercatat 0,24%. Secara berurutan dari yang terendah adalah Kalimantan (0,12%), Sulawesi (0,14%), Balinusra (0,42%), dan Mapua (0,63%). Di sisi lain, kawasan Sumatera justru mencatatkan deflasi sebesar 0,35%. Deflasi tersebut disumbang oleh deflasi yang terjadi di hampir 1
seluruh provinsi di Sumatera, kecuali Lampung yang mengalami inflasi. Secara provinsi, inflasi tertinggi terjadi di Papua (1,01%), sementara deflasi terdalam terjadi di Sumatera Utara (-0,89%). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi di seluruh daerah terjaga di dalam rentang sasaran 3,5%±1% (Gambar 1). Inflasi Nasional: 3,18% (yoy) Sumber: BPS, diolah Gambar 1. Peta Inflasi Daerah, Februari 2018 (% yoy) Ke depan, inflasi tahun 2018 diperkirakan kembali berada pada sasaran inflasi, yaitu 3,5%±1%. Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi perlu terus diperkuat, terutama terkait dengan risiko meningkatnya inflasi kelompok pangan dan penyesuaian harga beberapa komoditas di kelompok administered prices. INFLASI INTI Terkendalinya inflasi IHK didukung oleh tetap rendahnya inflasi inti. Inflasi inti tercatat sebesar 0,26% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu sebesar 0,31% (mtm), dan dari rata-rata inflasi inti bulan Februari empat tahun terakhir sebesar 0,35% (mtm) (Tabel 1). Melambatnya inflasi inti pada bulan ini terutama disumbang oleh kelompok non traded, sementara inflasi kelompok traded tercatat stabil (Grafik 3). Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,58% (yoy), melambat dari bulan lalu sebesar 2,69% (yoy). Perkembangan tersebut tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi. Grafik 3. Disagregasi Inflasi Core Grafik 4. Harga Komoditas Global, Nilai Tukar dan Inflasi Core Traded Inflasi inti traded terutama disumbang dari kelompok non makanan. Inflasi inti traded bulan ini 2
stabil dari 0,27% (mtm) menjadi 0,26% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi core traded adalah emas perhiasan seiring dengan peningkatan harga emas global dan air conditioner (AC) (Tabel 2). Peningkatan inflasi searah dengan meningkatnya harga komoditas global sebesar 0,53% (mtm) dan depresiasi nilai tukar Rupiah sebesar 1,60% (Grafik 4). Tabel 2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Inti Februari 2018 Melambatnya inflasi inti non traded terutama terjadi pada kelompok jasa. Inflasi inti non traded pada bulan ini menurun dari 0,34% (mtm) menjadi 0,26% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi non traded adalah kelompok upah yang meningkat sesuai pola musimannya namun dengan level lebih rendah dari bulan lalu yaitu upah pembantu rumah tangga dan upah tukang bukan mandor (Grafik 5 dan Grafik 6). Selain itu komoditas makanan seperti soto, dan teh manis juga mengalami inflasi. Grafik 5. Inflasi Pembantu Rumah Tangga Grafik 6. Inflasi Upah Tukang Bukan Mandor Tekanan permintaan domestik terindikasi masih terbatas. Indikator demand sensitive to inflation masih melambat sejak awal tahun 2017, sementara indikator core flexible price terlihat meningkat sejak September 2017 (Grafik 7). 1 Tekanan permintaan yang masih terbatas ini tercermin dari pertumbuhan M2 dan kredit konsumsi yang masih relatif rendah meskipun dalam tren yang meningkat sejak tahun 2017. Pertumbuhan M2 meningkat dari 8,29% (yoy) menjadi 8,40% di bulan Januari 2018, sedangkan pertumbuhan kredit konsumsi menurun dari 11,04% ke 10,53% (Grafik 8). 1 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. Indikator core flexible price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang fluktuatif. Komoditas flexible price memberikan informasi terkait kondisi perekonomian terkini. 3
Grafik 7. Demand Sensitive to Inflation dan Core Flexible Price Grafik 8. M2 dan Kredit Konsumsi Sementara itu, ekspektasi inflasi terindikasi stabil dan terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi. Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2018 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei Consensus Forecast (CF) bulan Februari 2018 sebesar 3,70% (average, yoy), sedikit meningkat dari hasil survei pada bulan Januari 2018 sebesar 3,60% (average, yoy). Ekspektasi inflasi yang ditunjukkan oleh indikator core sticky price 2 di bulan Februari 2018 masih menurun sesuai dengan trennya sejak tahun lalu (Grafik 9). Sementara itu di sektor riil, ekspektasi inflasi 3 dan 6 bulan ke depan dari pedagang eceran dan konsumen terlihat meningkat mengantisipasi kenaikan permintaan hingga pertengahan tahun 2018 (Grafik 10 dan Grafik 11). Grafik 9. Ekspektasi Inflasi Concensus Forecast dan CPI dan Core Sticky Price Grafik 10. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran Grafik 11. Ekspektasi Inflasi Konsumen 2 Indikator core sticky price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang stabil atau cenderung tidak mengalami perubahan harga yang tidak signifikan. Komoditas sticky price lebih memberikan informasi terkait dengan ekspektasi inflasi sehingga dapat menjadi proxy ekspektasi inflasi ke depan. Mayoritas komoditas sticky price merupakan komoditas dari sektor manufaktur dan komoditas jasa. 4
INFLASI VOLATILE FOOD Kenaikan inflasi volatile food pada bulan Februari 2018 masih disebabkan oleh kenaikan inflasi beras. Kelompok volatile food (VF) mencatat inflasi sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 2,58% (mtm). Angka realisasi ini berbeda dari rata-rata bulan Februari empat tahun terakhir yang mengalami deflasi sebesar 0,60% (mtm) (Tabel 1). Inflasi VF bulan ini terutama bersumber dari kontribusi inflasi beras, bawang putih dan bawang merah, sedangkan komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras tercatat mengalami deflasi (Tabel 3). Dengan perkembangan tersebut, kelompok VF secara tahunan mencatat inflasi sebesar 3,10% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 2,62% (yoy). No. Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Februari 2018 Komoditas Inflasi/Deflasi (% mtm) Sumbangan (%) Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi INFLASI 1 BERAS 1.19 0.05 Papua Barat (3,77%), Kalimantan Utara (3,19%), dan Sulawesi Tengah (3,04%) 2 BAWANG PUTIH 19.46 0.04 Jawa Tengah (47,78%), Jawa Timur (32,25%), dan DI Yogyakarta (31,98%) 3 BAWANG MERAH 3.61 0.02 Bali (15,51%), Jawa Barat (13,87%), dan Jawa Tengah (12,61%) 4 PEPAYA 3.44 0.01 Kalimantan Timur (17,93%), DKI Jakarta (9,53%), dan Jawa Timur (6,69%) 5 CABAI RAWIT 3.64 0.01 NTB (31,89%), Kalimantan Barat (22,76%), dan Papua (18,57%) 6 SEMANGKA 6.25 0.01 Kalimantan Selatan (37,08%), DKI Jakarta (14,74%), dan Kalimantan Timur (11,73%) 7 ANGGUR 4.66 0.01 NAD (11,77%), Kepulauan Riau (10,19%), dan DKI Jakarta (8,18%) 8 LAYANG/BENGGOL 5.11 0.01 Maluku (27,16%), Sumatera Utara (6,54%), dan Jawa Tengah (3,37%) 9 MIE KERING INSTANT 1.41 0.01 Gorontalo (8,36%), Bengkulu (6,10%), dan Sumatera Utara (5,25%) DEFLASI 1 DAGING AYAM RAS -3.24-0.04 Jambi (-17,23%), NTT (-13,80%), dan Riau (-11,35%) 2 TELUR AYAM RAS -5.22-0.04 Sulawesi Utara (-12,71%), Papua Barat (-8,95%), dan Jawa Timur (-8,42%) 3 CABAI MERAH -2.14-0.01 Papua Barat (-25,06%), Sumatera Utara (-21,83%), dan NAD (-15,86%) 4 BAYAM -4.42-0.01 Kalimantan Utara (-42,66%), Kepulauan Riau (-29,99%), dan Jambi (-38,36%) 5 SAWI HIJAU -8.77-0.01 Bangka Belitung (-40,04%), Kepulauan Riau (-33,69%), dan Jambi (-25,39%) 6 KACANG PANJANG -5.37-0.01 Maluku (-32,51%), NAD (-19,70%), dan Kepulauan Riau (-19,56%) 7 KENTANG -2.53-0.01 NTT (-13,49%), Kalimantan Tengah (-9,73%), dan Riau (-8,53%) 8 WORTEL -5.06-0.01 Sumatera Barat (-19,17%), Bali (-18,76%), dan Kalimantan Utara (-16,60%) Inflasi beras masih terus meningkat dan di atas rata-rata historisnya. Komoditas beras kembali mengalami inflasi di bulan Februari 2018 yaitu mencapai 1,19% (mtm), menurun dibandingkan bulan lalu sebesar 6,06% (mtm), namun masih di atas rata-rata historis Februari 2012-2017 (0,89%, mtm) (Grafik 12). Perlambatan inflasi beras sejalan dengan penurunan harga gabah di tingkat petani dan perlambatan inflasi beras di tingkat penggilingan. Operasi Pasar yang dilakukan Bulog sebesar 81.143 ton belum cukup menahan masih naiknya harga beras. Dengan perkembangan tersebut, inflasi beras mencapai 10,93% (yoy) (Grafik 12) dan harga beras rata-rata mencapai Rp12.399/kg (Grafik 13). 5
Grafik 12. Inflasi Beras Bulanan dan Tahunan Grafik 13. Inflasi dan Harga Beras Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang putih dan bawang merah. Harga bawang putih dan bawang merah masing-masing meningkat 19,46% (mtm) dan 3,61% (mtm) ke level Rp30.506/kg dan Rp25.077/kg (Grafik 14 dan Grafik 15). Kenaikan harga bawang merah didorong oleh gangguan pasokan komoditas tersebut seiring dengan curah hujan yang tinggi di awal tahun 2018. Pasokan bawang putih dan bawang merah di pasar Kramat Jati terpantau mengalami penurunan sebesar 1,79% (mtm) dan 0,21% (mtm) pada bulan Februari 2018. Harga cabai rawit juga masih mengalami inflasi di bulan ini, melanjutkan tren kenaikan sejak bulan November 2017. Harga cabai rawit meningkat 3,64% (mtm) ke level Rp42.943/kg (Grafik 16). Kenaikan harga cabai rawit juga didorong oleh gangguan pasokan komoditas tersebut seiring dengan curah hujan yang tinggi di awal tahun 2018. Pasokan cabai rawit di pasar Kramat Jati terpantau mengalami penurunan sebesar 0,82% (mtm) pada bulan Februari 2018. Sementara itu, harga komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami deflasi masing-masing sebesar 3,24% (mtm) dan 5,22% (mtm) (Grafik 17 dan Grafik 18). Turunnya harga daging ayam ras dan telur ayam ras sesuai dengan pola seasonalnya yang turun di Februari hingga April pasca berlalunya permintaan libur akhir tahun dan hari raya Imlek 2018. Grafik 14. Inflasi dan Harga Bawang Putih Grafik 15. Inflasi dan Harga Bawang Merah 6
Grafik 16. Inflasi dan Harga Cabai Rawit Grafik 17. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras Grafik 18. Inflasi dan Harga Telur Ayam Ras Grafik 19. Harga Minyak Dunia dan Bensin INFLASI ADMINISTERED PRICE Kelompok administered prices (AP) kembali mencatat inflasi pasca koreksi awal tahun. Inflasi kelompok AP mencapai 0,07% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 0,15% (mtm). Inflasi komoditas AP pada bulan Februari 2018 tersebut berbeda dari historis kelompok AP bulan Februari pada empat tahun terakhir yang mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm) (Tabel 1). Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh bensin, tarif listrik, rokok kretek, dan rokok kretek filter (Tabel 4). Kenaikan harga bensin pada Februari 2018 disebabkan penyesuaian harga bahan bakar khusus (BBK) pada tanggal 24 Februari 2018. Harga Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex masing-masing mengalami kenaikan sebesar Rp300/liter, Rp500/liter, Rp600/liter, dan Rp750/liter (Grafik 19). Kenaikan harga BBK tersebut terjadi seiring dengan kenaikan harga minyak dunia (Minas) yang mencapai USD 63,41/barel. Sementara itu, kenaikan tarif listrik terjadi di Kepulauan Riau yang bukan bersumber dari PLN. Tarif listrik PLN diputuskan tetap selama Januari-Maret 2018. 3 Kenaikan harga aneka rokok didorong oleh kenaikan cukai rokok yang mencapai 10,04%/tahun mulai 1 Januari 2018. Dengan perkembangan tersebut, komponen AP mencatat inflasi sebesar 5,29% (yoy), sedikit melambat dari bulan sebelumnya sebesar 5,82% (yoy). 3 Siaran pers PLN tanggal 28 Desember 2017 7
No. Tabel 4. Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Price Februari 2018 Komoditas Inflasi/Deflasi (% mtm) Sumbangan (%) Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi INFLASI 1 BENSIN 0.74 0.02 Jawa Tengah (0,96%), Jawa Barat (0,88%), dan Bali (0,87%) 2 TARIP LISTRIK 0.23 0.01 Kepulauan Riau (6,85%), Papua Barat (0,04%), dan Bangka Belitung (0,02%) 3 ROKOK KRETEK FILTER 0.39 0.01 NTT (2,55%), Kepulauan Riau (1,22%), dan Sulawesi Tenggara (1,16%) 4 ROKOK KRETEK 0.51 0.01 Kalimantan Timur (2,67%), NTT (2,36%), dan Kalimantan Utara (1,43%) DEFLASI 1 ANGKUTAN UDARA -2.85-0.03 Papua Barat (-26,00%), DI Yogyakarta (-14,01%), dan Sumatera Selatan (-12,42%) 2 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA -0.34-0.01 Sulawesi Selatan (-2,61%), Jawa Barat (-1,38%), dan Riau (-1,25%) Jakarta, 1 Maret 2018 8