PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI MERAH DAN HITAM PADA BEBERAPA SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN SUMBER NITROGEN Wikka Sasvita, Chairani Hanum* dan T. Sabrina Program Studi Magister Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan *Email: hanum_chairani@yahoo.com ABSTRAK Teknik budidaya dan pemupukan merupakan alternatif dalam peningkatan pertumbuhan dan hasil padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan hasil padi merah dan hitam terhadap pengaruh sistem tanam jajar legowo dan sumber nitrogen. Penelitian dilaksanakan di Cengkeh Turi, Binjai dari bulan Februari - Juni 2017, menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama adalah sistem tanam yakni tunggal merah, tunggal hitam, sejajar, lorong, dan pagar. Faktor kedua adalah sumber nitrogen yang terdiri dari 3 taraf yaitu 100% urea, 100% Azolla, dan 50% urea + 50% Azolla. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan sumber nitrogen meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai dan bobot gabah per plot. Kata kunci : padi, legowo, nitrogen, Azolla, bobot gabah PENDAHULUAN Padi merah dan hitam di Indonesia kurang mendapat perhatian, khususnya di daerah Sumatera Utara dikarenakan hasil padi ini masih rendah. Minat masyarakat untuk konsumsi beras merah dan hitam masih rendah karena kurangnya kesadaran atas kesehatan dan pemahaman mengenai budidaya padi merah dan hitam. Varietas padi merah Inpari 24 Gabusan dan padi hitam Cibeusi memiliki potensi hasil yang tinggi dan memiliki adaptasi yang baik untuk ditanam pada sawah dataran rendah sampai sedang. Secara morfologi varietas padi merah Inpari 24 Gabusan memiliki warna gabah kuning dan warna beras merah (Balitbangtan, 2016). Sedangkan padi hitam Cibeusi memiliki warna gabah kehitaman. Budidaya padi merah dan hitam perlu memperhatikan teknik budidaya dan pemeliharaan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil. Penanaman dengan sistem tanam jajar legowo yang digunakan adalah penanaman satu jenis padi dan menggabungkan dua jenis padi di dalam satu lahan percobaan antara lain tunggal merah, tunggal hitam, sejajar, lorong dan pagar. Sistem tanam tunggal merah yaitu hanya padi merah saja yang ditanam dalam plot, begitu juga dengan sistem tanam tunggal hitam, hanya padi hitam saja yang ditanam dalam plot. Sistem tanam sejajar yaitu menempatkan padi merah dan hitam pada posisi sejajar. Sistem tanam lorong yaitu padi merah dan hitam ditanam dalam posisi berlorong. Sedangkan sistem tanam pagar yaitu padi merah ditanam sebagai tanaman pagar mengelilingi padi hitam. Sistem tanam ini diterapkan dengan tujuan untuk memanfaatkan sumber daya secara optimal, meningkatkan hasil dan menghindari resiko kegagalan. Cara tanam jajar legowo merupakan salah satu teknologi penanaman padi berupa rekayasa teknik tanam dengan menempatkan semua baris tanaman berada dipinggir barisan, sehingga tanaman memperoleh cahaya matahari dan sirkulasi udara lebih baik dibanding dengan sistem tanam konvensional (Balitbangtan, 2013). Nitrogen diperlukan dalam jumlah tertentu untuk membangun sel-sel baru. Pembentukan protein dan asam nukleat terhambat jika nitrogen kurang didalam jaringan tanaman. Selanjutnya akan menghambat bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman. Disamping itu, pada tanaman padi kecukupan nitrogen menstimulasi pertambahan anakan dan produksi padi. Upaya peningkatan produksi padi merah dan hitam memerlukan teknik budidaya dan pemeliharaan yang lebih baik. Beberapa sistem tanam jajar legowo antara lain tunggal merah, 93
tunggal hitam, sejajar, lorong dan pagar serta pemberian unsur hara nitrogen berpeluang meningkatkan hasil gabah karena selain populasinya lebih tinggi dibandingkan cara tanam tegel, orientasi pertanamannya juga lebih baik dalam pemanfaatan radiasi surya. Rendahnya hasil padi merah dan hitam di Sumatera Utara merupakan kendala untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam mengatasi masalah ini, usaha peningkatan hasil yang mencakup intensifikasi mutlak dilakuan. Temuan teknik budidaya dan pemupukan nitrogen yang sesuai kebutuhan tanaman merupakan salah satu alternatif peningkatan pertumbuhan dan hasil padi. Tujuan dari adanya program penerapan teknologi ini yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi yang ditanam. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan untuk mendapat teknologi budidaya padi yang efisien dan efektif untuk padi merah dan hitam. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Binjai dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Februari sampai Juni 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah sistem tanam padi (P) yang terdiri dari lima jenis yaitu P1: tunggal merah, P2: tunggal hitam, P3: sejajar (merah+hitam), P4: lorong (merah+hitam), dan P5: pagar (merah+hitam) dan faktor kedua adalah sumber N yang terdiri dari tiga taraf yaitu : 100% Urea, : 100% Azolla, dan N3: 50% Urea+50% Azolla. Bahan dalam penelitian ini adalah benih padi merah varietas Inpari 24 Gabusan dan benih padi hitam varietas Cibeusi, pupuk urea 300 kg per hektar (Balitbangtan, 2016) dan azolla 6 ton per hektar sebagai sumber nitrogen, SP36 dan KCl sebagai pupuk dasar, insektisida dan fungisida. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, traktor, meteran, timbangan analitik dan oven. Pelaksanaa penelitian meliputi penyiapan lahan, persemaian benih padi, penanaman, aplikasi pupuk urea dan Azolla, pemupukan, pemeliharaan dan panen. Parameter pertumbuhan yang diukur meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan pada tanaman padi berumur 10 MST (minggu setelah tanam), sedangkan jumlah malai dan bobot gabah per plot pada tanaman berumur 13 MST. Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam, jika analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf uji 5%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 1 dapat dilihat berdasarkan hasil uji statistik interaksi antara perlakuan sistem tanam dan sumber nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi padi merah umur 10 MST. Jika padi merah ditanam pada sistem tanam lorong (P4) dan pagar (P5) dengan sumber nitrogen 50% urea + 50% Azolla (N3) maka tidak terjadi perbedaan secara statistik. Tabel 1. Tinggi padi merah pada sistem tanam dan sumber nitrogen yang berbeda umur 10 MST...cm... P1 (tunggal) 97,70 ab 90,49 bcd 95,71 abc 94,63 P3 (sejajar) 93,73 a-d 95,94 abc 90,40 bcd 93,36 P4 (lorong) 94,55 abc 85,02 d 100,73 a 93,44 P5 (pagar) 97,07 ab 87,93 cd 99,63 a 94,88 95,76 89,85 96,62 94
Pada Tabel 2 dapat dilihat perlakuan sistem tanam dan sumber nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman padi hitam umur 10 MST. Rataan tertinggi tanaman padi hitam umur 10 MST terdapat pada perlakuan sistem tanam P4 (lorong) dan sumber nitrogen. Tabel 2. Tinggi padi hitam pada sistem tanam dan sumber nitrogen yang berbeda umur 10 MST...cm... P2 (tunggal) 93,45 80,80 89,58 87,94 P3 (sejajar) 94,31 84,53 84,18 87,67 P4 (lorong) 88,71 87,98 91,47 89,39 P5 (pagar) 88,05 85,88 92,27 88,73 91,13 84,80 89,38 Perlakuan sumber nitrogen 100% urea () memberikan pertambahan tertinggi tanaman padi hitam (91,13 cm), sedangkan terendah pada perlakuan pemberian 100% azolla ( = 84,80 cm). Pada penelitian ini urea lebih memberikan pengaruh yang lebih besar pada pertambahan tinggi tanaman dibandingkan dengan pupuk organik. Sumber nitrogen dari urea memberikan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk urea memiliki unsur hara yang telah tersedia, sedangkan pupuk yang berasal dari azolla membutuhkan waktu untuk terdekomposisi agar memberikan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemanfaatan unsur hara berguna untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman sehingga pada perlakuan sumber nitrogen 100% urea () mampu menghasilkan pertambahan tertinggi tanaman. Tinggi tanaman padi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan seperti kesuburan tanah, ketersediaan air dan intesitas cahaya. Rataan pertambahan tinggi tanaman padi merah pada sistem jajar legowo lebih tinggi, sedangkan rataan terendah diperoleh pada padi hitam. Berdasarkan data di lapangan bahwa pertumbuhan padi hitam lebih lambat dibandingan dengan padi merah. Menurut Alavan, dkk. (2015) perbedaan sifat genetik dari masing-masing varietas misalnya dari segi adaptasi tanaman terhadap lingkungan menyebabkan respons yang bervariasi terhadap tinggi tanaman padi. Pada Tabel 3 dapat dilihat perlakuan sistem tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan padi merah umur 10 MST sedangkan perlakuan sumber nitrogen memberikan pengaruh yang nyata. Tabel 3. Jumlah anakan padi merah pada sistem tanam dan sumber nitrogen yang berbeda umur 10 MST...anakan... P1 (tunggal) 21,83 14,22 21,33 19,13 P3 (sejajar) 18,44 15,61 16,27 16,77 P4 (lorong) 21,83 12,88 17,88 17,53 P5 (pagar) 22,94 16,16 18,55 19,22 21,26 a 14,72 c 18,51 b 95
Berdasarkan hasil uji statisik bahwa perlakuan sistem tanam tidak memberikan pegaruh yang nyata terhadap jumlah anakan padi hitam sedangkan perlakuan sumber nitrogen memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah anakan padi hitam pada sistem tanam dan sumber nitrogen yang berbeda umur 10 MST...anakan... P2 (tunggal) 19,72 13,83 15,72 16,42 P3 (sejajar) 15,33 12,00 14,38 13,90 P4 (lorong) 16,16 15,11 17,38 16,22 P5 (pagar) 19,22 17,33 14,33 16,96 17,61 a 14,56 b 15,45 b Pemberian urea 100% menghasilkan jumlah anakan terbanyak pada 10 MST dan terendah pada perlakuan 100% azolla. Ini membuktikan pupuk anorganik urea berpengaruh pada jumlah anakan padi. Pupuk urea mampu menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Perlakuan sumber nitrogen yang berbeda-beda memberikan hasil yang berbeda pada jumlah anakan padi. Jumlah anakan dipengaruhi oleh pupuk anorganik urea. Perlakuan pupuk anorganik urea menyebabkan pertumbuhan jumlah anakan makin banyak daripada perlakuan pupuk azolla dan kombinasi antara keduanya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, padi yang memiliki jumlah anakan terbanyak lebih kuat dibandingkan dengan padi yang memiliki jumlah anakan yang sedikit. Jumlah anakan terbentuk dari banyaknya sumber hara yang diterima oleh tanaman. Menurut Yunanda, dkk. (2013) yang melakukan penelitian pada tanaman padi varietas Jatiluhur, jumlah anakan menentukan tingkat kekuatan tanaman terhadap kerebahan. Jumlah anakan yang sedikit dan tinggi tanaman yang tinggi pada sistem budidaya sawah mengakibatkan besarnya jumlah kerebahan tanaman. Berdasarkan hasil uji statistik, interaksi antara perlakuan sistem tanam dan sumber nitrogen berpengaruh yang nyata terhadap jumlah malai padi merah (Tabel 5). Tabel 5. Jumlah malai padi merah pada sistem tanam dan sumber nitrogen yang berbeda umur 13 MST...malai... P1 (tunggal) 11,05 b 11,77 ab 12,05 ab 11,62 P3 (sejajar) 7,05 d 11,00 bc 11,22 b 9,76 P4 (lorong) 7,00 d 10,77 bc 9,50 c 9,09 P5 (pagar) 12,88 a 7,61 d 7,88 d 9,46 9,50 10,29 10,17 Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan sistem tanam dan sumber nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah malai padi hitam. 96
Tabel 6. Jumlah malai padi hitam pada sistem tanam dan sumber nitrogen yang berbeda umur 13 MST...malai... P2 (tunggal) 9,38 a 4,88 f 4,61 f 6,29 P3 (sejajar) 9,77 a 8,83 abc 9,06 ab 9,22 P4 (lorong) 7,88 bcd 7,38 cde 6,16 ef 7,14 P5 (pagar) 8,38 a-d 7,05 de 7,50 cde 7,64 8,86 7,04 6,83 Dari Tabel 5 dapat dilihat jumlah malai padi merah terbanyak yaitu 12,88 malai terdapat pada perlakuan sistem tanam pagar merah dan 100% urea (P5). Padi merah berada dibarisan pinggir pada setiap plot tanaman sehingga ini mempengaruhi jumlah malai yang dihasilkan. Meningkatnya pertumbuhan anakan berpotensi menghasilkan jumlah malai yang banyak, dapat dilihat bahwa perlakuan P5 memiliki jumlah anakan terbanyak sehingga menghasilkan jumlah malai terbanyak sehinga mempengaruhi jumlah gabah yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan Hatta (2011) yang menyatakan jumlah anakan produktif berkaitan dengan padi yang dihasilkan. Jumlah anakan yang sedikit dapat menurunkan hasil padi karena malai yang dihasilkan sedikit. Jumlah malai padi hitam terbanyak terdapat pada perlakuan P3 (sejajar hitam dan 100% urea), meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (tunggal hitam dan 100% urea). Jumlah malai terendah terdapat pada perlakuan P2N3 (tunggal hitam dan 50% urea + 50% azolla), meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (tunggal hitam dan 100% azolla). Perlakuan sistem tanam tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap bobot gabah per plot, sedangkan perlakuan sumber nitrogen memiliki pengaruh yang nyata secara statistik terhadap bobot gabah per plot padi merah dan hitam dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot gabah per plot padi merah dan hitam pada sistem tanam dan sumber nitrogen yang berbeda...g... P1 (tunggal merah) 457,76 322,38 479,04 419,73 P2 (tunggal hitam) 498,12 289,09 264,72 350,65 P3 (sejajar) 393,78 291,81 347,35 344,32 P4 (lorong) 403,90 179,31 370,67 317,96 P5 (pagar) 419,34 322,49 444,32 395,39 434,59 a 281,02 b 381,22 a Bobot gabah per plot tertinggi terdapat pada perlakuan sistem tanam tunggal merah (P1) yaitu 419,73 g. Perlakuan sumber nitrogen 100% Urea () menghasilkan bobot gabah per plot tertinggi yaitu 434,59 g, meskipun tidak berbeda secara statistik dengan perlakuan sumber nitrogen 50% Urea + 50% Azolla (N3) yaitu 381,22 g (Tabel 7). Berdasarkan pengamatan di lapangan jumlah malai padi merah lebih banyak dibandingkan jumlah malai padi hitam. Hal ini berpengaruh terhadap bobot gabah yang dihasilkan oleh malai tersebut. Malai dengan jumlah 97
yang banyak akan menghasilkan jumlah gabah yang banyak sehingga berpengaruh terhadap bobot gabah. Sumber nitrogen 100% Urea dan 50% Urea + 50% Azolla menghasilkan bobot gabah per plot terbesar dikarenakan pupuk anorganik yang digunakan dan kombinasi pupuk anorganik dan organik lebih baik dibandingkan dengan hanya pupuk organik saja sehingga berpengaruh terhadap bobot gabah per plot. KESIMPULAN Perlakuan sistem tanam dan sumber nitrogen 100% urea meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai dan bobot gabah per plot padi merah dan hitam. DAFTAR PUSTAKA Alavan, R.Hayati dan E. Hayati. (2015). Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.). J. Floratek (10): 61-68. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. (2016). Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian RI. Balitbangtan. (2013). Legowo. Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian Kementerian Pertanian RI. Balitbangtan. (2016). Petunjuk Teknis Budidaya Padi Jajar Legowo Super. Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian Kementerian Pertanian RI. Hatta, M. (2011). Pengaruh Tipe Jarak Tanam Terhadap Anakan, Komponen Hasil Dan Hasil Dua Varietas Padi Pada Metode SRI. J. Floratek (6): 104-113. Yunanda, A.P., A.R. Fauzi, dan A. Junaedi. (2013). Pertumbuhan dan Produksi Padi Varietas Jatiluhur dan IR64 pada Sistem Budidaya Gogo dan Sawah. Bul. Agrohorti Vol.1 (4):18-25. 98