PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak
|
|
- Hamdani Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI Oleh : Eka Adi Supriyanto,1), Syakiroh Jazilah 1) Wisnu Anggoro 2) 1) Dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan.2) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan. Jln Sriwijaya No: 3 Pekalongan Telp : (0285) , Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem tanam legowo dan koentrasi pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan dan produksi padi ini telah dilaksanakan di desa Pejangkaran kelurahan Karangasem kecamatan Batang Kabupatan Batang, mulai dari bulan Desember 2007 sampai bulan April Rancangan percobaan yang digunakan adalah Split Plot Design dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap. Sistem tanam legowo ditempatkan sebagai petak utama terdiri atas 4 taraf, yaitu : L1 (25x25 cm), L2 (25x12,5x40 cm), L3 (25x12,5x50 cm), dan L4 (25x12,5x60 cm), sedangkan koentrasi pupuk pelengkap cair ditempatkan sebagai anak petak, terdiri atas 4 taraf, yaitu P0 (tanpa pupuk pelengkap cair), P1 (2 ml per liter air), P2 (4 ml per liter air), P3 (6 ml per liter air). Kombinasi perlakuan ada 16 dengan 3 kali ulangan.variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan total per rumpun, umur berbunga, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per rumpun, bobot gabah kering per petak, bobot 1000 butir gabah, panjang malai, jumlah gabah hampa per malai, bobot gabah kering per rumpun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, bobot gabah kering per petak dan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang malai. Koentrasi pupuk pelengkap cair berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak, bobot 1000 butir gabah, panjang malai, jumlah gabah hampa per rumpun, bobot gabah kering per rumpun. Interaksi antara sistem tanam legowo dengan koentrasi pupuk pelengkap cair terjadi pada variabel jumlah malai per rumpun Kata Kunci : Padi, Sistem Tanam Legowo dan Pupuk Pelengkap Cair PENDAHULUAN 86
2 Padi merupakan makanan pokok bangsa Indonesia yang mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, antara lain : karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin dan beberapa uur mineral seperti : kalsium, magnesium, fosfor dan lain sebagainya. (Kanisius, 1990). Kebutuhan padi sebagai makanan pokok di Indonesia selalu mengalami kenaikan. Produksi yang dihasilkan dari hasil tanaman dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan sehingga setiap tahun harus mengimpor ratusan ribu ton dari luar negeri (Sugeng, 2006). Produksi padi nasional sampai saat ini baru mencapai 50 juta ton dari luas panen juta ha per tahun dan laju peningkatan produksi 1,27 persen per tahun. Laju peningkatan produksi padi sebesar itu masih belum seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 2 persen per tahun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan padi harus mengimpor sebanyak 1,355 ton per tahun (Departemen Pertanian, 2000). Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi padi nasional, diantaranya adalah : penggunaan varietas unggul yang adaptif dan benih bermutu tinggi, pengelolaan tanah, air dan tanaman secara optimal, pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit serta pengairan yang teratur. Selain itu juga diusahakan peningkatan penyuluhan, penyediaan kredit usaha tani, pemberian subsidi sarana produksi atau perbaikan sarana hasil, namun usaha tersebut masih belum memenuhi kebutuhan nasional.(departemen Pertanian, 2000). Usaha inteifikasi padi yang dilakukan selama ini sudah mencapai kejenuhan teknologi sehingga masih perlu diupayakan suatu terobosan teknologi baru. Salah satu teknologi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas padi dan menekan biaya produksi adalah melalui rekayasa lingkungan tanaman padi melalui Sistem Tanam Legowo. Sistem tanam legowo merupakan modifikasi sistem tanam tegel, yang dilakukan dengan menghilangkan satu baris tanaman dari setiap baris tanaman dan merapatkan jarak tanam pada setiap barisan tanaman. Dengan sistem ini, tanaman akan 87
3 mendapatkan ruang kosong berupa lorong yang memanjang sehingga seluruh barisan tanaman seolah-olah berada pada pinggir dekat galengan. Dengan demikian seluruh rumpun tanaman mendapat pengaruh samping. Sistem ini juga disebut sistem tanam tepi, yang bertujuan untuk memudahkan pengendalian gulma, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan dapat mengefisienkan penggunaan pupuk. Suriapermana (2002) menyatakan bahwa priip dasar tanam legowo adalah (1) untuk menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah semua rumpun tanaman berada pada bagian pinggir galengan sehingga semua tanaman mendapat efek samping; (2) tanaman yang mendapat efek samping, produksinya lebih tinggi dari yang tidak mendapat efek samping. Berdasarkan hasil penelitian bahwa padi yang ditanam secara beraturan dalam bentuk tegel ternyata menunjukkan hasil tanaman dekat galengan atau rumpun pertama lebih tinggi 1,5 2 kali dari pada rumpun kedua, ketiga dan keempat dari pinggir galengan ke bagian dalamnya; (3) tanaman padi dengan sistem legowo menguntungkan dalam pengendalian hama dan gulma. Kelebihan lain sistem tanam dalam bentuk legowo adalah jarak tanam dalam barisan tanaman akan lebih rapat sehingga akan menambah populasi tanaman. Ridwan dkk ( 2001) menyatakan bahwa teknologi legowo dapat meningkatkan populasi tanaman padi dari rumpun (sistem tegel) menjadi rumpun/ha pada jarak legowo 40 cm sampai 60 cm, jumlah baris tanaman dua baris, dan jarak tanaman antar barisan 25 x 12,5 cm. Sistem tanam dengan jarak yang lebih lebar akan berpengaruh terhadap penurunan populasi tanaman per hektarnya, tetapi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi per individu tanaman. Pada jarak tanam yang lebih rapat persaingan untuk mendapatkan uur hara, cahaya matahari dan CO 2 lebih besar karena populasi tanaman lebih banyak dan daun saling menutupi, sehingga pertumbuhan dan produksi per individu menurun, tetapi penurunan produksi ini akan diimbangi oleh peningkatan populasi tanaman, sehingga produksi persatuan luas meningkat. Pada pengujian dengan legowo 2 dengan jarak tanam 25 x 12,5 x50 cm mampu 88
4 meningkatkan hasil padi 0,8-1,47 ton per hektar (12-22%) dibandingkan dengan sistem tanam tegel (Suriapermana, 2002) Selain merekayasa teknologi tanam untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, kesuburan tanah juga perlu diperhatikan. Defisiei uur hara menyebabkan metabolisme tanaman terganggu yang dapat dilihat dari pertumbuhannya yang menyimpang, sedangkan pada koentrasi yang lebih tinggi menyebabkan keracunan bagi tanaman (Lakitan, 2001). Meningkatnya populasi tanaman persatuan luas pada sistem tanam legowo mempunyai koekuei pada kebutuhan pupuk untuk pertumbuhan dan produksi tanaman akan semakin meningkat pula, sehingga diperlukan aplikasi pupuk pelengkap cair, sebagai penunjang kebutuhan pupuk tanaman untuk pertumbuhan dan produksi supaya metabolisme dan biosintesis tanaman berjalan normal. Pemupukan dengan pupuk pelengkap cair (PPC) pada koentrasi yang tepat dapat meningkatkan produksi tanaman. Pemupukan tambahan yang diaplikasikan dengan menyemprotkan ke permukaan daun diharapkan dapat mengatasi kekurangan uur hara mikro. Oleh karena itu dengan mengkombinasikan pemupukan melalui tanah dan penambahan pupuk pelengkap cair yang optimal diharapkan dapat menunjang pertumbuhan dan produksi padi. Adanya ruang kosong berupa lorong yang memanjang pada sistem tanam legowo akan meningkatkan intersepsi cahaya dan CO 2 ke dalam pertanaman. Pemberian pupuk pelengkap cair (PPC) ini dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi karena dengan meningkatnya intersepsi cahaya dan CO 2 ke dalam tanaman maka akan meningkat pula metabolisme tanaman dan biosintesisnya. Fenomena meningkatnya populasi dan metabolisme tanaman pada modifikasi sistem tanam legowo yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi sangat menarik dalam usaha meningkatkan produksi padi, untuk itu perlu diteliti tentang upaya peningkatan pertumbuhan dan produksi padi dengan sistem tanam legowo dan koentrasi pupuk pelengkap cair. 89
5 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh sistem tanam legowo terhadap pertumbuhan dan produksi padi. 2. Mengetahui dosis pupuk pelengkap cair (PPC) yang optimum pada sistem tanam legowo yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi. 3. Mengetahui interaksi antara sistem tanam legowo dengan koentrasi pupuk pelengkap cair (PPC) terhadap pertumbuhan dan produksi padi. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di desa Pejangkaran kelurahan Karangasem Utara kecamatan Batang kabupaten Batang dengan ketinggian kurang lebih 3 meter di atas permukaan laut, ph netral antara 6,4 7,3 dan reliefnya datar, jenis tanah Aluvial, mulai bulan Desember 2007 sampai dengan bulan Maret Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Conde, pupuk pelengkap cair (PPC) Super Green, pupuk Urea, SP-36, KCl, Furadan 3G, dan herbisida Gramoxon. Alat yang digunakan cangkul, sprayer, papan nama, timbangan, tali rafia, kantong plastik, penggaris dan sabit. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Split Plot Design dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap. Faktor yang dicoba dalam penelitian ini adalah sistem tanam legowo sebagai petak utama (main plot ) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : L1 : Sistem tanam ubin (tegel) dengan jarak tanam 25 x 25 cm. L2 : Sistem tanam legowo dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 40 cm. L3 : Sistem tanam legowo dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm. L4 : Sistem tanam legowo dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 60 cm. 90
6 Koentrasi pupuk pelengkap cair (PPC) Super Green sebagai anak petak (sub plot) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : PO : tanpa perlakuan PPC. P1 : 2 ml per liter air P2 : 4 ml per liter air P3 : 6 ml per liter air Dengan demikian terdapat 16 kombinasi perlakuan masing-masing kombinasi dengan 3 kali ulangan sehingga seluruhnya terdapat 48 petak percobaan. Kombinasi perlakuan dua faktor antara sistem tanam legowo dengan koentrasi pupuk pelengkap cair (PPC) adalah sebagai berikut : L1P0, L1P1, L1P2, L1P3, L2P0, L2P1, L2P2, L2P3, L3P0, L3P1, L3P2, L3P3, L4P0, L4P1, L4P2, L4P3. Variabel yang diamati adalah (1) tinggi tanaman (cm), (2) jumlah anakan total per rumpun (anakan), (3) umur berbunga (hari), (4) jumlah malai per rumpun (malai), (5) jumlah gabah isi per malai (bulir), (6) bobot gabah kering per petak (kg), (7) bobot 1000 butir gabah (g), (8) panjang malai (cm), (9) jumlah gabah hampa per malai (bulir) dan (10) bobot gabah kering per rumpun (g) Data dianalisis dengan menggunakan uji F dan apabila menunjukkan perbedaan yang nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test untuk mengetahui beda pengaruh antar perlakuan. Untuk perlakuan Legowo dengan uji kontras ortogonal sedang untuk koentrasi PPC menggunakan uji regresi HASIL DAN PEMBAH ASAN Tabel 1 menunjukkan bahwa sistem tanam legowo berpengaruh nyata pada variabel jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai serta sangat nyata pada variabel panjang malai, sedang pupuk pelengkap cair berpengaruh sangat nyata pada variabel tinggi tanaman, jumlah anakan total per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak, bobot 1000 butir gabah, panjang malai, jumlah gabah per malai, dan bobot gabah kering per rumpun. 91
7 Interaksi antara sistem tanam legowo dan koentrasi pupuk pelengkap cair hanya terjadi pada variabel jumlah malai per rumpun A. Pengaruh Sistem Tanam Legowo Tabel 2 (Hal 12) menunjukkan bahwa sistem tanam legowo tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah anakan total per rumpun, umur berbunga, bobot gabah kering per petak, bobot 1000 butir gabah, jumlah gabah hampa per malai dan bobot gabah kering per rumpun. Widarto dan Suparman (1999) menyatakan bahwa selain untuk memperbaiki pertumbuhan dan hasil padi, tanam padi dengan jarak tanam sistem legowo juga menguntungkan dalam (1) pemeliharaan tanaman lebih mudah, (2) adanya ruang terbuka antar lorong akan memudahkan dan efisiei dalam pemupukan, (3) dapat menekan serangan hama dan penyakit, karena sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke pertanaman, sehingga kelembaban di lingkungan tidak tinggi. Namun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo tidak berpengaruh nyata pada variabel tinggi tanaman, jumlah anakan total per rumpun, umur berbunga, bobot gabah kering per petak, bobot 1000 butir gabah, jumlah gabah hampa per malai dan bobot gabah kering per rumpun. Hal ini disebabkan laju metabolisme pada tanaman sangat menentukan pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif, reproduktif dan pemasakan. Dalam proses ini selain dipengaruhi oleh teknik budidaya yang digunakan juga dipengaruhi oleh varietas padi yang ditanam serta kondisi lingkungan pertanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo berpengaruh nyata pada variabel jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai serta sangat nyata pada variabel panjang malai. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil tertinggi dari jumlah malai per rumpun (17,97 malai), jumlah gabah isi per malai (147,5 bulir) dan panjang malai (28,25 cm) dicapai L1 (25 x 25 cm) yaitu sistem tanam ubin (tegel). Hal ini 92
8 disebabkan kerapatan tanam merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil gabah per satuan luas atau per rumpun (Suriapermana, 2002). Tabel 1. Matrik Hasil Analisis Statistik Data Penelitian Pengaruh Sistem Tanam Legowo dan Koentrasi Pupuk Pelengkap Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi. Faktor yang dicoba No Variabel yang diamati Sistem Tanam Pupuk Pelengkap Interaksi Legowo Cair 1. Tinggi Tanaman (cm) 2. Jumlah anakan total per rumpun 3. Umur berbunga (hari) q 4. Jumlah malai per rumpum * ** 5. Jumlah gabah isi per malai (bulir) * 6. Bobot gabah kering per petak (kg) 7. Bobot 1000 butir gabah (g) 8. Panjang malai (cm) ** 9. Jumlah gabah hampa per malai (bulir) 10. Bobot gabah kering per rumpun (g) **l Tabel 3. Pengaruh Interaksi Antara sistem Tanam Legowo dengan Koentrasi PPC terhadap Jumlah Malai per Rumpun Jumlah malai per rumpun Sistem tanam legowo L 1 L 2 L 3 L 4 93
9 Koentrasi PPC P0 = tanpa PPC P1 = 2 ml per liter air P2 = 4 ml per liter air P3 = 6 ml per liter air F hitung F tabel 5 % F tabel 1 % DMRT 5 % KK (a) KK (b) Keterangan a a b b 9.81 ** a b 16.2 c 15.4 b 9.81 ** a a 19 b a 9.81 ** a 14.6 b c c 9.81 ** : Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uju DMRT pada taraf 5 %. L1 = 25 x 25 cm, L2 = 25 x 12.5 x 40 cm,l3 = 25 x 12.5 x 50 cm, L4 = 25 x 12.5 x 60 cm, **) Berbeda sangat nyata Makin tinggi kerapatan tanam pada sistem tanam legowo, maka semakin meningkat pula persaingan antara tanaman terutama dalam mendapatkan uur hara yang dapat mengakibatkan menurunnya laju metabolisme tanaman Jumlah malai per rumpun ditentukan oleh metabolisme pada fase vegetatif, jumlah gabah isi per malai ditentukan pada fase reproduktif, dan bobot 1000 butir gabah pada fase pemasakan. Oleh karena itu, dengan menurunnya laju metabolisme tanaman akibat makin tingginya kerapatan tanaman pada sistem tanam legowo, menyebabkan menurunnya jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai. Hal ini berarti menurunnya bobot gabah kering per rumpun akibat makin tingginya kerapatan pada sistem tanam legowo, menyebabkan makin menurunnya jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai sebagai komponen-komponen produksinya. 94
10 B. Pengaruh Pupuk Pelengkap Cair Hasil penelitian menunjukkan bahwa koentrasi pupuk pelengkap cair berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan total per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak, bobot gabah kering per rumpun, bobot 1000 butir gabah, panjang malai, jumlah gabah hampa per malai dan bobot gabah kering per rumpum Tinggi tanaman tertinggi yaitu 112,7 cm dicapai pada koentrasi PPC optimum 5,02 ml per liter air, jumlah anakan total terbanyak yaitu 23,3 anakan dicapai pada koentrasi PPC optimum 4,90 ml per liter air, jumlah malai per rumpun terbanyak yaitu 17,36 malai dicapai pada koentrasi PPC optimum 3,70 ml per liter air, jumlah gabah isi per malai terbanyak yaitu 159 bulir dicapai pada koentrasi PPC optimum 4,45 ml per liter air, bobot gabah kering per petak tertinggi yaitu 7,23 kg dicapai pada koentrasi optimum 4,22 ml per liter air, bobot 1000 butir gabah tertinggi yaitu 34,41 gr dicapai pada koentrasi PPC optimum 3,55 ml per liter air, panjang malai terpanjang yaitu 28,25 cm dicapai pada koentrasi PPC optimum 4,41 ml liter per liter air, jumlah gabah hampa per malai terendah yaitu 21 bulir dicapai pada koentrasi PPC optimum 3,63 ml per liter air, bobot gabah kering per rumpun tertinggi yaitu 44,59 gr dicapai pada koentrasi PPC 4 ml per liter air. Keuntungan menggunakan pupuk pelengkap cair antara lain adalah; respon tanaman terhadap PPC lebih cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman apabila aplikasinya dilakukan secara benar. Penyemprotan pupuk cair idealnya dilakukan pada pagi atau siang hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata dan terutama pada bagian bawah daun tempat terdapatnya stomata (Ahmad, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk pelengkap cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, hal ini disebabkan pemberian pupuk pelengkap cair dapat menyediakan uur hara yang lebih baik, sehingga tanaman dapat memanfaatkan uur hara tersebut secara maksimal. Meningkatnya tinggi tanaman terutama dipengaruhi oleh uur N dan P yang terkandung di dalam pupuk pelengkap cair. 95
11 Menurut Lingga (1986) tersedianya nitrogen dalam jumlah yang cukup bagi tanaman yang merupakan uur hara makro sangat penting digunakan dalam proses fotosintesis sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman berlangsung dengan baik. Sarief (1989) menyatakan bahwa nitrogen sangat diperlukan dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti meningkatnya panjang batang dan jumlah daun. Oleh karena itu apabila uur hara nitrogen terpenuhi, maka pertumbuhan vegetatif berlangsung dengan baik, dengan demikian berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Hakim dkk (1986) menyatakan bahwa tersedianya uur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang menyebabkan proses metabolisme tanaman berjalan lancar sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat. Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak dan bobot 1000 butir gabah. Uur hara yang tersedia dalam jumlah banyak akan ditralokasikan ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan selebihnya diakumulasikan pada bagian vegetatif tanaman seperti batang, akar dan daun. Oleh karena itu semakin banyak senyawa organik yang diakumulasikan pada batang, akar dan daun, makin panjang pula malai, semakin sedikit jumlah gabah hampa per malai, dan semakin besar bobot gabah kering per rumpun. Pendapat ini didukung oleh Gardner (1991) bahwa meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun akan mendorong meningkatnya kandungan karbohidrat di dalam tanaman. Karbohidrat tersebut dihasilkan dari proses-proses yang terjadi pada daun yaitu proses fotosintesis, dan adanya proses metabolisme yang meningkat, sehingga berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak serta bobot 1000 butir gabah. C. Pengaruh Interaksi Sistem Tanam Legowo dengan Koentrasi Pupuk Pelengkap Cair Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara sistem tanam legowo dengan koentrasi pupuk pelengkap cair terdapat interaksi yang sangat nyata pada variabel 96
12 jumlah malai per rumpun. Kombinasi terbaik dicapai pada sistem tanam legowo dengan jarak tanam 25x12,5x50 cm dengan koentrasi PPC optimum 3,70 ml per liter air dengan hasil tertinggi 19 malai per rumpun. Interaksi ini terjadi karena adanya saling mempengaruhi antara peranan sistem tanam legowo dengan koentrasi pupuk pelengkap cair. Sistem tanam legowo berperan untuk mengoptimalkan temperatur dan cahaya matahari, sedangkan pupuk pelengkap cair menyediakan uur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Dengan demikian proses metabolisme tanaman berjalan dengan lancar sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat. Hal ini mempengaruhi jumlah malai per rumpun, karena PPC mampu menyediakan uur hara dalam jumlah yang cukup untuk diserap tanaman padi. Menurut Soepardi (1985) meningkatnya serapan uur hara menyebabkan proses metabolisme berjalan dengan lancar sehingga meningkatkan produksi karbohidrat, protein dan pati yang ditralokasikan keseluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan selebihnya diakumulasikan pada jaringan tanaman. Oleh karena itu makin banyak karbohidrat dan pati yang diakumulasikan pada jaringan tanaman maka makin banyak pula jumlah malai per rumpun. SIMPULAN Dari hasil analisa data dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Sistem tanam legowo berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai serta berpengaruh sangat nyata terhadap variabel panjang malai. 2. Koentrasi pupuk pelengkap cair berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati kecuali pada variabel umur berbunga 3. Terdapat interaksi antara sistem tanam legowo dengan koentrasi pupuk pelengkap cair terhadap variabel jumlah malai per rumpun. 97
13 IMPLIKASI Implikasi yang diperoleh dari hasil kajian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menemukan varietas padi yang sesuai pada sistem tanam legowo. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, S. S Kaji Terap Pemupukan Berimbang NPKS dan PPC / ZPT. Mendukung Mutu Hasil Giling Padi Padi Sawah di Jawa Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang dan Depot Logistik Jawa Barat. Sukamandi. Departemen Pertanian Deskripsi Varietas Unggul Padi dan Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Sukamandi. Departemen Pertanian Program Diversifikasi Pangan dan Gizi. Departemen Pertanian Jawa Tengah. Departemen Pertanian, Program Inteifikasi Padi Sawah Melalui Pendekataan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Departemen Pertanian Deskripsi Varietas Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BPTP. Sukamandi Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta. Hakim, N, Yusuf Napka, Sutomo Gandi, A.M. Lubis, M. Rusdi, Amin Diha, Go Bang Hong dan H, Bailey Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung Kanisius Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta. Lakitan B Dasar dan Fisiologi Tumbuhan Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ridwan L, Ismon, Zainir Budidaya Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo. J. Stigma 1(1), Sukamandi. Sarief, S Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Soepardi Masalah Kesuburan Tanah dan Pertanian. C.V. Pustaka Buana. Bandung. Sugeng, HR Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu, Semarang. Suriapermana, S Teknologi Budidaya Padi Dengan Cara Tanam Legowo Pada Lahan Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sukamandi. p :
14 99
PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU
PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN
Lebih terperinci1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan
PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada
27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciSISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO
ISBN : 978-602-1276-01-3 SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial
TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian
Lebih terperinciJURNAL SAINS AGRO
JURNAL SAINS AGRO http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index e-issn 2580-0744 KOMPONEN HASIL DAN HASIL KACANG TANAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN DOLOMIT DI TANAH MASAM JENIS ULTISOL
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Oktober 2014 Februari 2015. Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung Kec. Andong, Kab. Boyolali,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciKAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO
KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN
AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciKEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH
KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH Salah satu komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah yaitu dianjurkan untuk mengatur jarak tanaman dan populasi
Lebih terperinciBUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso
BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan
Lebih terperinciSISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH Oleh : Drh. Saiful Helmy Pendahuluan Dalam rangka mendukung Upaya Khusus Pajale Babe yang digalakkan pemerintah Jokowi, berbagai usaha dilakukan untuk
Lebih terperinciPercobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda
Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.
Lebih terperinciRespon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik
Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik Dadan Ramdani Nugraha, Acep Atma Wijaya Dosen Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawahkecamatan medan baru dengan ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat 3.331810 LU dan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk
Lebih terperinciKomponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:
AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial
Lebih terperinciCiparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit
Lebih terperinciJurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN
PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul
147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia
Lebih terperinciPENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL
PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL Nurhadiah Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email: diah.nurhadiah@yahoo.co.id Abstrak:
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)
Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI Ubad Badrudin dan Bambang Suryotomo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :
PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI Oleh : BP3K KECAMATAN SELOPURO 2016 I. Latar Belakang PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia, karena sebagian besar dari penduduk Indonesia mengkomsumsi beras sebagai bahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di desa Kleseleon, kecamatan Weliman, kabupaten Malaka, proinsi Nusa Tenggara Timur pada lahan sawah bukaan baru yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan
Lebih terperinciKERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU Yartiwi, Yahumri dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan
Lebih terperinciKERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT
KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT ABSTRAK Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciRESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL
RESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL Yafizham Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman
Lebih terperinciADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK
ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April
Lebih terperinciPENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT
PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN
PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU Ahmad Damiri dan Dedi Sugandi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl Irian Km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK
Lebih terperinciPENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS
PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS A. Setiawan, J. Moenandir dan A. Nugroho Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 65145 ABSTRACT Experiments to
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan
13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A
PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU
KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik
Lebih terperinciRESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA
RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA Roganda Panagaman Opusunggu 1), Nerty Soverda 2), dan Elly Indra Swari 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi 1) Alumni Program
Lebih terperinciPELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMUPUKAN Tujuan Berlatih : Setelah selesai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang
17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengenalan Varietas Padi Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak tahun 1930an. Varietas yang dilepas mempunyai karakteristik
Lebih terperinciPENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK
Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 49-57 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM Yosefina Mangera
Lebih terperinciHasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan
IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh
Lebih terperinciPengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Yuliana Susanti & Bq. Tri Ratna Erawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) NTB Jl.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di
Lebih terperinciKata kunci : sistem tanam, produktivitas dan padi sawah
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SAWAH DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH Ida Bagus Aribawa Balai Pengkajian
Lebih terperinciRESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru yang dibawahi oleh Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau. Penelitian ini dimulai pada
Lebih terperinciPENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA
PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pembenihan padi Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. Waktu penelitian dilakukan selama ± 4 bulan dimulai dari bulan
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl.
Lebih terperinciKONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) LADANGPADAULTISOL JURNAL.
0 KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) LADANGPADAULTISOL JURNAL Oleh : DESFIANTI NPM. 1010005301015 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)
BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAHAN DAN METODE
PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)
PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.
Lebih terperinciPENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17
PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan
Lebih terperinci