BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan anak selanjutnya. Menurut Andriana (2011), adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Sedangkan menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2010), adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkansebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organorgan dan sistemnya yang terorganisasi. Seorang anak dapat mengembangkan potensinya pada masa tumbuh kembang karena faktor keturunan dan berbagai rangsangan dari dan oleh lingkungannya secara terus menerus. Ada tiga kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan anak, yaitu kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi dini (Andriana, 2011). Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengajak anak bermain dan berbicara. Hal ini bertujuan untuk merangsang perasaan dan pikiran, motorik kasar dan halus pada leher, tubuh, kaki, tangan dan jari-jarinya. Karena anak yang mendapatkan 1
2 stimulasi terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulus. Jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi. Dengan jumlah yang besar, maka nasib Bangsa Indonesia di masa yang akan datang juga terletak pada generasi yang sekarang ini. Sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius. Karena dalam anak, terdapat masa kritis dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi anak dapat berkembang maksimal. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian dan stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensinya dan mampu bersaing di era global. Dalam pemantauan anak ada empat aspek yang dinilai, yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial (Hartanto, 2006). Sedangkan menurut Frankenburg, dkk (1981) dalam Andriana (2011) ada empat aspek yang digunakan untuk menilai anak. Empat aspek itu adalah gerak kasar/motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak. Karena pada dasarnya keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, selain sebagai pemberi bimbingan
3 dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, secara psikososiologis juga sebagai stimulator bagi pengembangan kemampuan anak. Peran aktif orang tua terhadap anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun/balita (Suherman, 2000). Orang tua salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam tahap seorang anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dalam keluarga, sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak. Sehingga ibu dapat bersikap positif dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik dan sesuai tahapan anak. Hal ini sangat mungkin dilaksanakan apabila orang tua khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik arti penting tumbuh kembang anak (Soendjajo, 2003). Pengetahuan ibu didapat dari hasil pengamatan terhadap objek tertentu yang dapat dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sosial budaya, serta umur. Pengetahuan juga mempengaruhi intelektual serta aspek fisiologis juga berperan dalam mendapatkan pengetahuan (Notoatmodjo,2003). Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada masa kritis tersebut. Standart Pelayanan Minimal (SPM) menargetkan minimal 2
4 kali dalam satu tahun balita dan anak pra sekolah mendapatkan pemantauan. Upaya pemantauan kesehatan anak diarahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan masa krisis atau periode emas tumbuh kembang anak. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2009, cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 50,29%, meningkat bila dibandingkan cakupan tahun 2008 sebesar 44,76. Namun, hal ini masih harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah karena rencana strategi cakupan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 90%. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Demak menyebutkan bahwa pada tahun 2011 jumlah sasaran 89.944 balita dan yang sudah dideteksi melalui SDIDTK adalah sebesar 79.275 (88,13%) balita jumlah penyimpangan 6726 balita. Jenis penyimpangan yang dideteksi melalui Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yaitu gerak kasar 25 anak, gerak halus 4 balita, kemampuan bahasa 5 anak dan sosialisasi kemandirian 2 anak. Cakupan ini masih dibawah target SPM Jateng 2010 dan 2011 yaitu sebesar 90%. Hasil penelitian Eni Hidayati tahun 2009 di Desa Sarirejo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak hubungan psikomotorik anak usia 3-5 tahun
5 psikomotorik anak usia 3-5 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar responden (ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun) mempunyai pengetahuan baik sebesar 54,1%, sedangkan 45,9% responden memiliki pengetahuan kurang. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik a=0,05, namun disarankan ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun lebih meningkatkan pengetahuan anak. Dan bagi petugas kesehatan perlu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga hal-hal yang mempengaruhi anak, misalnya status gizi dan cara untuk menstimulasi anak. Tingkat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu (Wawan dan Dewi, 2011). Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 3 Mei 2012 di Dukuh Puro, Desa Sumberejo terdapat 50 balita berumur 1-3 tahun. Sebagian besar pendidikan ibu adalah tamat SD sebesar 41,9%. Tamat SMP 19,7%, tamat SMA 14,5% dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 4,4%. Penduduk yang bekerja sebagai petani sebesar 28,9%, pelajar 25,7%, swasta 18,6% dan PNS 2,8%. Terdapat satu posyandu rutin setiap bulan, namun tingkat kehadiran dari ibu yang mempunyai balita masih sangat rendah. Karena ibu sibuk bekerja, sedangkan anak dirumah diasuh oleh orang lain. Dengan demikian, tidak adanya penyuluhan kesehatan anak oleh tenaga medis, salah satunya balita. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengambil judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Stimulasi Perkembangan
6 Anak Usia 3 tahun (di Dukuh Puro, Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak) tahun 2012. B. Rumusan Masalah Dari uraian dan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Stimulasi Perkembangan Anak Usia 1-3tahun (di Dukuh Puro, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak)?. C. Tujuan 1. Tujuan Umum: Menggambarkan tingkat stimulasi anak usia 1-3 tahun (di Dukuh Puro, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak). 2. Tujuan Khusus: a. Mengetahui gambaran umur ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Dukuh Puro Desa Sumberejo. b. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Dukuh Puro Desa Sumberejo. c. Mengetahui gambaran status pekerjaan ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Dukuh Puro Desa Sumberejo. d. Mengetahui gambaran jumlah anak ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Dukuh Puro Desa Sumberejo. e. Mengetahui gambaran tingkat yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Dukuh Puro Desa Sumberejo.
7 D. Manfaat 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. b. Bagi Tenaga Kesehatan ini dapat memberikan gambaran mengenai stimulasi anak usia 1-3 tahun dan menjadi dasr bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan. c. Bagi Masyarakat Dukuh Puro Desa Sumberejo Memberikan stimulasi anak agar ibu dapat mendeteksi sedini mungkin anaknya apabila menemukan adanya keterlambatan anak. Sehingga tumbuh kembang anak tidak terlambat. d. Bagi Institusi ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi mahasiswa/dosen, dapat menambah wawasan stimulasi anak dan menambah kepustakaan.
8 2. Manfaat Teori Bagi Ilmu Pengetahuan dan Metodologi ini dapat dijadikan acuan untuk dilakukan penelitian selanjutnya. E. Keaslian Tabel 1.1 Keaslian No Nama Peneliti 1. Devi Puspitasari Judul, Tahun Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Gizi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak usia dibawah 3 tahun (Studi di Desa Kuripan, Kec. Karangawen, Kab. Demak) tahun 2009. independen: tingkat pengetahuan ibu gizi. dependen: pertumbuhan dan perkembang an anak usia dibawah 3 tahun. Metode Jenis penelitian observasional pendekatan Cross sectional dan kuessioner sebagai instrumennya. Jumlah populasi 25 ibu yang mempunyai anak usia dibawah 3 tahun, teknik sampling Simple Random Sampling. Hasil Ada Hubungan yang signifikan antara tingkat gizi pertumbuhan dan anak usia 3 tahun. Dengan nilai P value=0,003 2. Dina Handayani Studi Diskriptif tingkat anak usia 3-6 bulan di Puskesmas Mijen Kodya Semarang tahun 2011 Tingkat pengetahuan ibu anak usia 3-6 bulan. Jenis penelitian Diskriptif engan pendekatan Cross Sectional dan kussioner sebagai alat ukurnya. Total 40 responden teknik sampling jenuh. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, yaitu 65%. Yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 10%. Dan sisanya 15% mempunyai tingkat pengetahuan cukup.
9 Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian No Nama Peneliti 3. Sari Agustia Judul, Tahun Hubungan Pengetahuan Ibu Stimulasi Perkembangan Anak usia 1 tahun di Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Semarang Tahun 2010 independen; stimulasi. dependen: anak usia 1 tahun. Metode Jenis penelitian observasional pendekatan Cross sectional dan kuessioner sebagai instrumennya. Total sebanyak 37 responden teknik sampling Simple Random Sampling. Hasil Ada hubungan yang signifikan antara stimulasi anak usia 1 tahun. 4. Eni Hidayati Hubungan Pengetahuan Ibu Perkembangan Psikomotorik Anak Usia 3-5 Tahun Perkembangan Psikomotorik Anank Usia 3-5 tahun di Desa Sarirejo, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak tahun 2009. independen: psikomotorik anak usai 3-5 tahun. dependen: psikomotorik anak usia 3-5 tahun. Jenis penelitian deskriptif analitik pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuessioner 30 pertanyaan dan jumlah responden sebanyak 37 responden. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara psikomotorik anak usia 3-5 tahun psikomotorik anak usia 3-5 tahun. nilai a=0,05. Berbeda keempat penelitian tersebut, penelitian yang akan diteliti adalah penelitian diskriptif untuk menggambarkan tingkat stimulasi anak usia 1-3 tahun studi di Dukuh Puro, Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.