POLA PANGAN HARAPAN MASYARAKAT KELURAHAN TEJOSARI, KOTA METRO Gohan O. Manurung, Yulia Pujiharti, dan Elma Basri Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung Jln. Z.A. Pagar Alam No. 1A, Rajabasa, Bandar Lampung. Email: gomanroe@yahoo.com ABSTRAK Pengkajian dilakukan pada bulan Juli 212, di Kelurahan Tejosari yang dipusatkan di Jl. Madukoro.Jumlah responden sebanyak 36 rumah tangga/keluarga yang ditentukan secara acak.angka kecukupan energi (AKG) yang digunakan adalah AKG yang ditetapkan pada Widya Karya Pangan dan Gizi ke VIII tahun 24 yaitu 2. kkal.pangan yang dikonsumsi masih kurang dari kebutuhan adalah kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, gula, lain-lain. Kelompok pangan hewani menunjukan selisih kurang yang paling banyak yaitu 19,69 Kkal/kap/hr. Bahan pangan yang harus ditingkatkan konsumsinya adalah umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, dan gula. Berdasarkan skor PPH sebesar 86,52 sehingga pangan yang dimakan belum mencukupi harapan dan kurang beragam. Kata Kunci : pola pangan harapan, kelompok pangan, Energi Aktual, Energi Ideal ABSTRACT The assessmentwas conducted injuly 212, in Tejosari Village, which was centered on StreetMadukoro. The number ofrespondentswere 36households /familiesthat were randomly selected. Figuresenergy adequacy(rda) wereused according tordaset atfood and Nutrition Widya WorksVIIIin 24the2, kcal. Food consumedis lessthanthe needs ofa group oftubersfood, animal food, fruit / seed oily, sugar, etc.animal foodgroupsshoweddifferences"less than" the mostis19.69kcal/ person/ day. Foodconsumptionisto beincreasedtubers,animal food, fruit / seed oily, and sugar. Based onpph scoreof86.52thatnot enoughfoodis eatenandless diverseexpectations. Keywords: food patternexpectancy, food groups, ActualEnergy, IdealEnergy 277
PENDAHULUAN Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan). Konsep diversifikasi pangan meliputi diversifikasi ketersediaan pangan dan diversifikasi konsumsi pangan. Implementasi dari konsep tersebut secara operasional dijabarkan dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (Suhardjo, 1998). Pencapaian diversifikasi ketersediaan pangan nasional berdasarkan Pola pangan Harapan (PPH) 22 diperkirakan secara kuantitas sudah memenuhi anjuran, namun kualitas masih jauh dari harapan (Budiyanto dkk, 1998).Diversifikasi pangan sangat berkaitan dengan pola PPH. Masyarakat lebih banyak mengkonsumsi pada suatu jenis pangan saja dan kurang menganekaragamkan makanan. Pola Pangan Harapan adalah komposisi/susunan pangan atau kelompok pangan yang didasarkan pada kontribusi energinya baik mutlak maupun relatif, yang memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, dan cita rasa. (Deptan, 213). Perhitungan pola pangan harapan mengunakan beberapa kelompok pangan. Dari data kelompok pangan pola pangan harapan dapat diintrepetasikan kelompok pangan yang berlebih atau kurang. Nilai energi suatu makanan diperoleh dengan menghitung energi dari karbohidrat, lemak dan protein kemudian dijumlahkan. Nilai energi dinyatakan dalam kilokalori disingkat kkal. (Mahmud, dkk., 28). Prinsip pengelompokan makanan menempatkan suatu makanan menurut penggunaannya, terdiri dari bahan tunggal dan menurut kelompok besarnya, jika makanan terdiri dari beberapa bahan. Oleh karena itu, Nilai energi pada kelompok pangan dapat menjadi acuan dengan membandingkan selisih energi ideal dengan energi aktual. Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pola pangan harapan masyarakat Kelurahan Tejosari. Dengan diketahuinya nilai PPH masyarakat, maka akan dapat dipahami langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan nilai gizi masyarakat Kelurahan Tejosari. 278
BAHAN DAN METODE Lokasi Kajian, Data dan responden Pengkajiandilakukanpadabulan Juli 212, di Kelurahan Tejosari yang dipusatkan di Jl. Madukoro.Lokasiiniberadapadaordinat: LS 5 o 8' 37,4", BT 15 o 19' 14,7". Kelurahan Tejosari masuk dalam wilayah KecamatanMetro Timur, Kota Metro. Responden yang dipilihadalah warga yang berdomisili di Jalan Madukoro yang terlibat dalam kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL). Responden ditentukan secara acak, dengan jumlah responden sebanyak 36 rumah tangga/keluarga. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer yaitu luas lahan pekarangan, umur, pendidikan, jumlah kalori dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh keluarga termasuk data makanan yang dikonsumsi di luar rumah (jajan) pada satu hari sebelum hari wawancara berlangsung. Pengukuran Pola Pangan Harapan Data yang dikumpulkan berupa jumlah kalori dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh keluarga kemarin termasuk data makanan yang dikonsumsi di luar rumah (jajan) pada satu hari sebelum hari wawancara berlangsung. Data konsumsi kemudiaan diolah untuk mendapatkan nilai nilai energi aktual dan PPH. Metoda analisis Angka kecukupan energi (AKG) yang digunakan adalah AKG yang ditetapkan pada Widya Karya Pangan dan Gizi ke VIII tahun 24 yaitu 2. kkal. Data diolah dengan memakai nilai AKG 2. kkal untuk mendapatkan energi aktual dan PPH. Jumlah aktual keluarga dihitung dengan menjumlahkan asupan kalori dari tujuh kelompok pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, lain-lain. Persen Energi aktual dihitung dengan rumus : Persen angka kecukupan energi ideal dapat dihitung dengan rumus : AKE Ideal Energi Ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 279
Keterangan : AKE : Angka kecukupan Energi AKG 2 : Angka Kecukupan Energi ditetapkan pada Widya Karya Pangan dan Gizi ke VIII tahun 24 yaitu 2. kkal HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelurahan Tejosari Kelurahan Tejosari merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Metro Timur, yang memiliki luas wilayah 337 ha. Berdasarkan penggunaannya, lahan dikelurahan ini terdiri atas sawah irigasi237 ha, pekarangan 52,97 ha, dan sekitar 47,3 ha digunakan untuk pemukiman, jalan desa, sekolah/mesjid, serta fasilitas lainnya seperti kantor pemerintahan. Secara geografis kegiatan M-KRPL Kelurahan Tejosari berada pada 5 o 8' 37,4"LS dan 15 o 19' 14,7"BT, yaitu di Jl. Madukoro. Tabel 1. Penggunaan lahan di Kelurahan Tejosari, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro Penggunaan Lahan Luasan (ha) Persentase (%) Sawah (irigasi) 237, 7,33 Pekarangan/bangunan 52,97 15,72 Jalan Desa/mesjid/sekolah, dsb 47,3 13,95 Total 337, 1, Komoditas utama yang diusahakan terdiri dari ; tanaman pangan dan hortikultura (padi, jagung, ubikayu, ubijalar, pisang, semangka, pepaya dan sayuran); sektor perikanan (ikan lele) dan sektor peternakan didominasi ayam buras (7811 ekor), ternak domba (154 ekor)dan sapi (74 ekor). Jumlah penduduk Kelurahan Tejosari sebanyak 2.67 jiwa (496 KK) yang terdiri dari 1.298 laki-laki dan 1.39 perempuan. Tingkat pendidikan warga Tejosari sebagian besar (35,25%) tamatan SLTA dan sederajat dan 7,6% lulusan perguruan tinggi. Kelurahan Tejosari dibagi atas 8 Rukun Warga (RW) dan 22 Rukun tetangga (RT). Lahan pekarangan tersebut belum diusahakan secara optimal, hanya sebagian kecil lahan pekarangan yang sudah dimanfaatkan untuk memelihara ayam dan sebagian ditanami aneka sayuran dan tanaman obat. Kooperator di kelurahan ini 28
terdiri dari 86 KK berada di sepanjang Jl. Madukoro.Secara biofisik lahan di kelurahan ini berada pada ketinggian 58 m dpl, dengan jenis tanah didominasi oleh jenis podsolik merah kuning, dan ph tanah 4,5 5,5. Curah hujan dalam sepuluh tahun terakhir ratarata 1986 mm, suhu udara 25 o 31 o C dengan kelembaban rata-rata 6%. Rumah Pangan Lestari Hasil pembagian strata menunjukkan bahwa pekarangan masyarakat di Jl. Madukoro, 3,8% tergolong pekarangan sangat sempit, 75,38% sempit, 6,15% sedang dan 15,35% sangat luas.pembagian ini berdasarkan strataluas lahan pekarangan yaitu sangat sempit tanpa pekarangan, sempit < 12 m 2, sedang 12-24 m 2, luas > 24 m 2. Pola Konsumsi Pangan Masyarakat Pola Pangan Harapan (PPH) adalah jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi berdasarkan kontribusi zat gizi energi masing-masing kelompok pangan. Konsumsi pangan aktual untuk setiap bahan pangan masih ada yang kurang dari konsumsi yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari selisih antara konsumsi ideal dengan konsumsi aktual pada tabel 2. Tabel 2. Selisih antara konsumsi ideal dengan konsumsi aktual No Kelompok Pangan Energi Ideal (Kkal/kap/hr) Energi Aktual (Kkal/kap/hr) Δ Energi Aktual 1. Padi-padian 1 122,6 22,6 2. Umbi-umbian 1 82,61 (17,39) 3. Pangan hewani 24 13,31 (19,69) 4. Minyak dan Lemak 2 34,89 14,89 5. Buah/Biji berminyak 4 1,28 (38,72) 6. Kacang-kacangan 1 173,86 73,86 7. Gula 1 55,78 (44,22) 8. Sayur dan Buah 12 25,79 13,79 9. Lain-lain 1 41,98 (58,2) Total 2 263,56 Pangan dengan selisih kurang lebih banyak daripada yang lebih. Konsumsi energi ideal dihitung dari % kontribusi ideal dikali dengan rata-rata AKE, yaitu 2. Kontribusi energi dari pangan yang dikosumsi belum seluruh kelompok pangan 281
mencukupi AKE. Pangan yang dikonsumsi kurang dari kebutuhan dapat dilihat pada kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, gula, lain-lain. Kelompok pangan hewani menunjukan selisih kurang yang paling banyak yaitu 19,69 kkal/kap/hr. Kelompok pangan hewani berupa pangan daging dan olahannya, Ikan dan olahannya, Telur, Susu dan olahannya dapat dipenuhi dari pekarangan keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Penekanan pada usaha untuk memperbaiki konsumsi pangan hewani ini dapat dilakukan dalam program M-KRPL dengan memperbanyak budidaya ikan, ayam, itik, dll. Energi aktual yang masih kurang terlihat pada kelompok pangan Gula yang terdiri dari Gula Pasir, Gula Merah, sirup, minuman jadi dalam botol/kaleng. Konsumsi Gula didapat dengan membeli bahan gula tersebut sehingga masyarakat masih mengkonsumsi kurang dibawah konsumsi ideal. Hal ini juga berbanding lurus dengan kelompok pangan lain-lain yang terdiri dari aneka bumbu dan bahan minuman, terlihat dengan kurangnya mengkonsumsi minuman menggunakan gula dan bahan minuman. Kekurangan juga terjadi pada konsumsi pangan buah/biji berminyak yang terdiri dari kelapa, kemiri, kakao, coklat, kenari, begitu juga pada kelompok umbi-umbian berupa ubi kayu danolahannya, ubi jalar, sagu, kentang, talas (termasuk makanan berpati). Konsumsi pangan yang sangat lebih pada kelompok pangan buah dan sayuran 13,79 kkal/kap/hryang berarti bahwa konsumsi buah dan sayuran sudah cukup dan idealnya dikurangi mencapai energi ideal. Minyak dan lemak yang terdiri dari minyak kelapa, minyak kacang tanah, minyak goreng, margarin, lemak hewani juga dalam status lebih sehingga perlu dikurangi sampai batas ideal. Konsumsi minyak dan lemak lebih 14,89 kkal/kap/hr karena masyarakat terbiasa mengolah makanan dengan menggoreng sehingga membutuhkan banyak minyak. Untuk menurunkan penggunaan minyak maka kebiasaaan mengolah makanan dengan menggoreng sebaiknya diubah dengan mencoba pengolahan makanan yang memerlukan sedikit minyak atau dengan merebus makanan, atau memanggang. Sumber pangan yang mengandung minyak sangat banyak berasal dari minyak makan saja sedangkan dari buah/biji berminyak masih kurang. Biji/buah berminyak berupa kelapa, kemiri, kakao, coklat, kenari masih kurang dikonsumsi, masyarakat hanya mengharapkan sumber pangan yang mengandung minyak lebih banyak dari makanan yang digoreng. Kelompok pangan kacang-kacangan yang terdiri dari kacang tanah, kedelai, kacang. hijau, kacang merah, kacang lainnya, tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedele 282
sudah lebih dari ideal sebesar 73,86 kkal/kap/hr. Masyarakat kelurahan Tejosari menjadikan tahu dan tempe sebagai lauk untuk menggantikan sumber protein dari pangan hewani. Hal ini berakibat berlebihnya pangan kacang-kacangan sedangkan pangan hewani menjadi berkurang dan tidak mencapai nilai ideal. Untuk mengatasi masalah ini sebaiknya setiap rumah tangga memelihara ayam/ itik dan ikan di pekarangan rumah. Kelompok pangan padi-padian yang terdiri dari Beras,Jagung,Jagungmuda,Gandum beserta olahannya juga sudah lebih sebesar 22,6 Kkal/kap/hr. kelebihan perlu dikurangi sampai mencapai nilai ideal. konsumsi pangan masih lebih banyak berisi nasi dibanding dengan lauknya. konsumsi nasi sebaiknya sudah bisa mulai dikurangi. Skor AKE sebagian kelompok pangan masih kurang dari yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skor AKE di Kelurahan Tejosari No. Kelompok Pangan Energi aktual (Kkal/kap/h r) % Aktua l % AKE 3/2 Bobo t Skor Aktua l 4*6 Skor AKE 5*6 Skor Maks Skor PPH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1. Padipadian 122,6 49,53 51,1,5 24,76 25,55 25, 25, 2. Umbiumbian 82,61 4, 4,13,5 2, 2,7 2,5 2,7 3. Pangan hewani 13,31 6,31 6,52 2, 12,63 13,3 24, 13, 3 4. Minyak dan Lemak 34,89 14,77 15,24,5 7,39 7,62 5, 5, 5. Buah/Biji berminya k 1,28,6,6,5,3,3 1,,3 6. Kacangkacangan 173,86 8,43 8,69 2, 16,85 17,39 1, 1, 7. Gula 55,78 2,7 2,79,5 1,35 1,39 2,5 1,39 8. Sayur dan Buah 25,79 12,15 12,54 5, 6,77 62,7 3, 3, 9. Lain-lain 41,98 2,3 2,1,,,,, Total 263,56 1, 13,1 8 125,7 8 129,7 8 1, 86,5 2 Selisih antara kolom 8 dan 9, terlihat bahwa hanya empat kelompok pangan dengan skor AKE diatas kebutuhan, sementara empat kelompok lainnya masih kurang. Skor AKE kelompok pangan yang sedikit di atas skor harapan adalah kelompok padipadian, dan kelompok minyak dan lemak sementara kelompok pangan yang sangat 283
melebihi harapan adalah kelompok sayuran dan buah, disusul kelompok kacangkacangan. Keragaman konsumsi pangan masyarakat Indonesia dengan indikator skor PPH, menunjukkan bahwa skor mutu konsumsi pangan penduduk Indonesia periode 26 21 terjadi fluktuasi. Hal ini diindikasikan terjadinya penurunan Skor PPH dari 81,9 pada tahun 28 menjadi 78,8 pada tahun 29. Pada tahun 21 skor PPH kembali meningkat yaitu 8,6, tetapi masih didominasi konsumsi energi kelompok padipadian dari proporsi sebesar 5 persen, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan yang beragam, bergizi, berimbang, dan aman, dan diikuti juga dengan semakin meningkatnya konsumsi terigu yang merupakan bahan pangan impor. Sementara itu, konsumsi pangan yang lainnya masih belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan, seperti pada kelompok umbi umbian, pangan hewani, sayur dan buah (BadanKetahanan Pangan, 213). Skor PPH penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal ditargetkan menjadi 93,33 pada tahun 214. Pada tahun 211 skor PPH nasional diangka 77,3 (Anonim, 212). Skor PPH Lampung pada tahun 211 baru mencapai PPH 89,2 (Anonim, 213). Pada tahun 211 skor PPH Provinsi lampung sudah berada diatas rata-rata skor PPH nasional dan sudah mendekati target PPH pada tahun 214. Berdasarkan hasil perhitungan skor PPH, nilai PPH Kelurahan Tejosari86,52. Skor PPH Kelurahan Tejosari ternyata masih di bawah skor PPH Provinsi Lampung tahun 211. Untuk itu harus dilakukan lagi penganekaragaman konsumsi pangan. Konsumsi pangan padi-padian, minyak dan lemak, kacang-kacanganserta buah dan sayuran dapat dikurangi sampai batas konsumsi ideal. Dengan adanya pengurangan tersebut masyarakat dapat mengalihkan konsumsi ke pangan yang harus masih kurang konsumsinya yaitu ; umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, dan gula. KESIMPULAN Nilai PPH Kelurahan Tejosari 86,52. Pangan yang dikonsumsi masih kurang dari kebutuhan yaitu kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji 284
berminyak, gula, lain-lain. Kelompok pangan hewani menunjukan selisih kurang yang paling banyak yaitu 19,69 Kkal/kap/hr.Bahan pangan yang harus ditingkatkan konsumsinya di Kelurahan Tejosari adalah umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, dan gula. Konsumsi pangan padi-padian, minyak dan lemak, kacangkacangan serta buah dan sayuran telah melebihi konsumsi ideal. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 212.Kementan fokus capai skor pph diatas 9 %. diakses dari situs www.antarasumbar.com Anonim. 213. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menggelar workshop pengembangan bisnis dan industri pangan menuju pangan berkelanjutan. diakses dari situs www.bandarlampungnews.com Badan Ketahanan Pangan. 213. diakses dari situs www.badanketahananpangan.com Budianto J, Hardinsyah A, Widodo DH, Anwar. 1998. Strategi menunju perilaku Makan Sehat dan Implikasinya pada Perencanaan Ketersediaan Pangan. Risalah Widya Karya Nasional Pangan dangizi VI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Mahmud, M.K. 28. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Komputindo. Jakarta Alex Media Suhardjo. 1998. Diversifikasi Menu menuju Pola Pangan Harapan di Indonesia. Risalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Deptan. 213. Pedoman Umum Penyusunan Program Pengembangan Konsumsi Pangan. Diakses dari Situs www.deptan.go.id 285