yang paling beragam secara biologis dan ekosistem terumbu karang, tanah vulkanik yang subur, dan ekosistem air tawar yang sangat produktif.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

RINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembangunan Kehutanan

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

Prespektif CBFM Sebagai Salah Satu Skema Utama Penerima Manfaat Pendanaan Karbon Untuk Penurunan Kemiskinan Dan Resolosi Konflik

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BAB I. PENDAHULUAN A.

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

1. PENDAHULUAN. Latar Belakang

HARAPAN RAINFOREST RESTORASI EKOSISTEM DI HARAPAN RAINFOREST SEBUAH MODEL DALAM UPAYA PENGURANGAN LAJU DEFORESTASI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan kita. Dalam hutan terdapat banyak kekayaan alam yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

Kajian Tinjauan Kritis Pengelolaan Hutan di Pulau Jawa

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PENDAHULUAN Latar Belakang

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Posisi geografis Indonesia yang terletak di antara benua Asia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai saat ini dibangun dengan pesatnya ekspansi industri berbasis sumber daya alam, khususnya pertambangan, energi, pertanian, dan kehutanan (GGGI, 2015 : 4). Ekonomi Indonesia juga sangat tergantung pada hasil kegiatan ekstraksi dan ekspolitasi bumi kekayaan alam, seperti minyak dan gas bumi, batubara, produk hutan dan komoditas pertanian. Pengurasan bahan baku alami ini telah semakin mendegradasi sumber daya alam yang tidak terbarukan, termasuk air, hutan, mineral, keanekaragaman hayati dan ekologi kelautan. Apabila eksploitasi ini terus dibiarkan tanpa terkendali, maka fungsi dan daya dukung lingkungan akan tergerus secara terus menerus. Dan jika pertumbuhan ekonomi ingin dicapai secara berkelanjutan, maka baik kerugian dan kerusakan lingkungan maupun eksploitasi sumber daya alam yang kian meningkat ini harus dihentikan, atau dikelola secara strategis dan hati-hati, sehingga kegiatan pembangunan yang menimbulkan polusi dan kerusakan kekayaan alam bisa dihindari dan dikendalikan secara efektif (LSKK, 2015 : 1-2). Tantangan ke depan adalah menjaga laju pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan memperbesar efisiensi sumber daya, secara inklusif dan berbasis masyarakat (GGGI, 2015 : 4). Kesejahteraan manusia untuk mempertahankan hidup pada akhirnya bergantung pada kemampuan alam untuk menyediakan beberapa sumber daya dasar. Manusia mengandalkan air dan udara bersih serta iklim yang cukup baik untuk mendukung kehidupan; tanah, sungai dan laut yang subur dan produktif untuk sumber makanan; sumber mineral dan energi untuk mendorong perekonomian. Dalam dunia di mana sumber daya alam semakin langka, biaya sosial dari polusi dan perubahan iklim semakin meningkat, dan ekosistem yang mendukung kehidupan terancam, keberlanjutan kesejahteraan manusia secara fundamental ikut terancam (GGGI, 2015 : 1). Mengenali dan memanfaatkan nilai yang melekat dari sumber daya alam dapat membuka berbagai peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Indonesia memiliki kekayaan modal alami, termasuk hutan dunia

2 yang paling beragam secara biologis dan ekosistem terumbu karang, tanah vulkanik yang subur, dan ekosistem air tawar yang sangat produktif. Langkahlangkah utama yang direkomendasikan antara lain meningkatkan ekowisata di seluruh kepulauan Indonesia, mendorong pasar berbasis modal alam yang baru seperti menetapkan aturan untuk pembayaran jasa lingkungan (PES) dalam skala besar, mengembangkan pasar karbon domestik, dan memobilisasi pendanaan karbon hutan semua elemen penting dalam INDC Indonesia (GGGI, 2015 : 16). Sebagian besar hutan di Indonesia adalah hutan produksi, sehingga terbuka untuk kegiatan ekonomi. Agar berhasil, upaya untuk memulihkan dan menjaga modal alam harus kompetitif secara ekonomi (GGGI, 2015 : 17). Negara perlu mengakui saling ketergantungan yang tak terbantahkan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan hidup dan kemajuan sosial. Para pemimpin harus mengambil tindakan di seluruh aspek keputusan kebijakan, perencanaan dan investasi. Langkah ke depan untuk Indonesia dan komunitas secara global dalam hal ini haruslah terpadu, menggunakan pendekatan pertumbuhan ekonomi hijau, berdasarkan strategi yang secara bersamaan mencari solusi untuk mengurangi kemiskinan, inklusi sosial, kelestarian lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi (GGGI, 2015 : 2). Ada tiga tantangan dalam pertumbuhan ekonomi kehutanan saat ini yaitu pertumbuhan yang menurun, target penurunan emisi yang besar dan kerusakan hutan dan lingkungan yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi kehutanan dilihat dari kontribusi sub-sektor kehutanan dalam PDB nasional relatif rendah hanya 0.63% dengan luas hutan 130 juta ha, jauh dibawah kontribusi PDB negara Asean lainnya seperti Malaysia yang mencapai 3.0% dengan luas hutan 20 juta ha, dan Vietnam sebesar 2.4% dengan luas hutan 13,7 juta ha (Yasman et al 2014 dalam Yasman et al, 2015 : 2). Saat ini kawasan hutan di Indonesia, termasuk kawasan hutan konservasi mengalami kerusakan hutan yang cukup besar (Gunawan, 2012 : 1). Laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 1,13 juta ha/tahun. Trison (2005) mengemukakan tiga pendekatan untuk mengatasi degradasi dan mempercepat proses pemulihan ekosistem (recovery), yaitu restorasi, rehabilitasi dan reklamasi.

3 Rehabilitasi diartikan sebagai penanaman hutan dengan jenis asli dan jenis exotic. Dalam hal ini tidak ada upaya untuk menata ulang ekosistem asli. Tujuannya hanya untuk mengembalikan hutan pada kondisi yang stabil dan produktif. Oleh karena itu, ekosistem yang terbentuk adalah campuran termasuk jenis asli. Masyarakat lokal memiliki peran strategis dalam mendukung kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Berbagai pola adaptasi masyarakat lokal terhadap lingkungan merupakan salah satu sumberdaya yang perlu mendapatkan perhatian dalam perencanaan pembangunan kehutanan berkelanjutan (Njurumana, 2010 : 97). Rehabilitasi hutan dan lahan memiliki peran penting untuk meningkatkan manfaat jasa lingkungan dalam mendukung kegiatan usahatani dan pemulihan kesuburan tanah. Partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan merupakan salah satu peluang yang harus mendapatkan apresiasi dari pemerintah dalam rangka mendorong semua pihak untuk dapat berpartisipasi. B. Rumusan Masalah Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) merupakan sebuah istilah untuk berbagai konsep pengelolaan hutan. Pengembangan PHBM didasarkan pada kondisi lokal, tradisi dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai varian skema PHBM seperti Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Adat dan lainlain (Rahmina, 2011 : iii). Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat, dengan sasaran adalah kawasan hutan lindung dan hutan produksi; belum dibebani hak pengelolaan atau izin pemanfaatan; menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat (ada interdependensi antara masyarakat dengan hutan) ijin diberikan kepada Kelompok Masyarakat Setempat (Rahmina, 2011 : 8). Suatu kelompok tani yang berhasil dalam mengelola hutan kemasyarakatan adalah mereka yang mampu mengelola sumberdaya nya secara mendiri. Dimana maksud dari hal ini adalah kelompok tersebut mampu mengelola semua potensi yang tersedia sebagai sumber biaya operasionalnya dan bila mungkin keuntungan finansialnya. Hal ini terkait dengan potensi sumberdaya

4 alam yang berlimpah. Potensi manfaat ekonomi ini harus dapat dikelola secara optimal untuk memaksimumkan kesejahteraan masyarakat (Hernowo, 2014 : 101). Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok adalah salah satu hutan yang telah memiliki izin pengelolaan hutan oleh masyarakat berupa Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Sumatera Barat. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Nagari Indudur sudah menerima SK penetapan areal kerja dari Menteri Kehutanan Nomor SK 522/Menhut-II/2013 (lampiran 1) tanggal 2013 dan ditindaklanjuti dengan IUPHKm oleh Bupati Solok Nomor. 522.-225.-2015 (lampiran 2) tertanggal 22 April 2015. Nagari Indudur merupakan suatu nagari yang dikelilingi oleh perbukitan yang terdapat dalam kawasan hutan lindung. Sebelum tahun 2007, illegal logging merupakan suatu kejadian yang lazim terjadi di Nagari Indudur. Namun saat ini masyarakat telah mulai melakukan rehabilitasi hutan dengan cara mereka sendiri. Saat ini masih terdapat lahan lahan yang potensial untuk direhabilitasi di Nagari Indudur. Sejak tahun 2007 pemerintahan Nagari Indudur mulai bangkit kembali dan mengeluarkan peraturan nagari berupa peraturan untuk peningkatan ekonomi Nagari Indudur. Dalam Peraturan Nagari Indudur no 02/WN-IND/X-2007 disebutkan bahwa untuk mencapai kesejahteraan nagari dalam perekonomian dan kebutuhan masyarakat semakin meningkat perlu dibuat suatu aturan secara menyeluruh di bidang pertanian. Pada bab II dijelaskan bahwa untuk menigkatkan ekonomi masyarakat Nagari Indudur, setiap kepala keluarga dan pemuda yang telah putus sekolah diwajibkan membuat sebidang ladang kehutanan dan perkebunan tua minimal 0,5 Ha (Lampiran 3). Kondisi geografis Nagari Indudur yang dikelilingi oleh perbukitan dan daerah hutan, menjadikan Nagari Indudur sebagai suatu nagari yang mata pencaharian penduduknya beraktivitas dalam hutan. Untuk menindaklanjuti peraturan nagari mengenai peningkatan ekonomi, agar tidak terjadi eksploitasi sumberdaya hutan, pemerintah Nagari Indudur melalui Peraturan Nagari Indudur no 04/WN-IND/IV-2008 mengatur masyarakat mengenai Pemeliharaan Tanaman Kehutanan dan Perkebunan. Dalam peraturan nagari ini disebutkan mengenai hal

5 hal yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat dalam hutan lindung (Lampiran 4). Secara umum sumberdaya hutan merupakan ekosistem yang kompleks dan menghasilkan berbagai barang dan jasa (Yani, 2011 : 35). Pada dasarnya nilai sumberdaya hutan tidak hanya tergantung pada harga pasar dari nilai penggunaan langsungnya, tetapi juga berdasarkan nilai penggunaan tidak langsung lainnya dari sumberdaya hutan yang tidak diperdagangkan di pasar (Lette & de Boo 2002 dalam Yani, 2011 : 38). Permasalahan yang terjadi saat ini adalah bagaimana pengelola, perencana atau pembuat kebijakan mempertimbangkan setiap jenis manfaat di dalam keputusan penataan hutan, pemanfaatan/pengelolaan ekosistem hutan dan hal hal yang lainnya. Saat ini, masyarakat lebih mudah mengetahui dan memahami manfaat ekosistem hutan, manfaat tersebut dapat diperjual belikan sehingga memberikan pendapatan/keuntungan. Dengan demikian manfaat ekosistem hutan relatif terbatas hanya pada jasa ekosistem yang memiliki nilai pasar. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa saja aktivitas pengelolaan hutan yang dilakukan oleh masyarakat pada Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok? 2. Apa bentuk rehabilitasi hutan yang dilakukan oleh masyarakat di Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok? 3. Berapa biaya dan manfaat rehabilitasi hutan oleh masyarakat di Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok? Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan analisis manfaat dan biaya (cost benefit analysis) terhadap kelompok tani HKm Nagari Indudur untuk mengukur biaya dan manfaat yang dihasilkan dari kegiatan yang dilaksanakan dalam kawasan HKm di Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok.

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi aktivitas pengelolaan hutan oleh masyarakat pada Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok. 2. Mendeskripsikan bentuk rehabilitasi hutan oleh masyarakat di Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok 3. Menganalisis manfaat dan biaya rehabilitasi hutan oleh masyarakat di Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur Kecamatan IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah keilmuan bidang ekonomi pertanian 2. Pemerintah daerah, sebagai bahan acuan dalam penerapan kebijakan pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur 3. Masyarakat setempat, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung kegiatan rehabilitasi di Hutan Kemasyarakatan Indudur E. Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk rehabilitasi hutan yang dilakukan oleh masyarakat di Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok dan menganalisis manfaat dan biaya dalam kegiatan rehabilitasi hutan yang dilakukan oleh masyarakat di Hutan Kemasyarakatan Nagari Indudur, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok. Penelitian ini difokuskan pada perhitungan nilai manfaat dan biaya rehabilitasi hutan menggunakan analisis

7 kelayakan ekonomi dan dibatasi sampai perhitungan nilai hutan sebagai penyerapan karbon dikarenakan keterbatasan dana dan waktu.