BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, ctk. Duabelas, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 234.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, itu adalah demi mencapai sebuah cita-cita yaitu

IMAM MUCHTAROM C

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara. sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaaan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk tenaga kerja.tenaga kerja sebagai pelaksana. dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Peran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari

Disusun oleh: INDRIANTO HERIBOWO C

-2- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan keadaan. Oleh karena itu, Peratu

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini masih menemui banyak kendala sebagai akibat dari belum terwujudnya

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sedangkan. ikatan yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. nomor 13 tahun 2003 disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja/buruh

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Sabang sampai Merauke, di mana di dalamnya terdapat populasi

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, hal tersebut tertuang dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yaitu

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, capital market

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun dam Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Di era modernisasi ini banyak terjadi perubahan dalam bidang ilmu sosial, ilmu

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang

Meruntuhkan Rezim Politik Upah Murah! Diskusi THE INDONESIAN FORUM Seri 23 Dilema Kebijakan Upah Minimum

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Tahun 2000). Sekitar satu dasa warsa lalu, jumlah. laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemikiran selanjutnya adalah apakah besarnya upah yang diterima

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Bagi buruh/pekerja yang terpenting adalah upah riil (banyaknya barang

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

KEPMEN NO. 234 TH 2003

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia menjamin setiap warga negaranya dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak, hal tersebut tertuang pada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menerangkan bahwa tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hak untuk mendapatkan pekerjaan juga diamanatkan pada Pasal 28 D ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Pekerjaan dapat digunakan sebagai dasar penentuan kelangsungan hidup, karena dari hasil bekerja itu seseorang dapat memiliki penghasilan atau imbalan dalam bentuk lain dan digunakan sebagai kelangsungan hidup setiap warga negara. Pekerjaan merupakan hak asasi manusia dalam mempertahankan dan melanjutkan kehidupannya sesuai amanat Pasal 28 A Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia tahun 1945 Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dalam hal menimbang menyatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka dilaksanakanlah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia secara keseluruhan(undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Upah merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam mendorong kelangsungan hidup setiap warga negara maupun untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Pada Pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan setiap pekerja/ buruh memiliki hak memperoleh penghasilan untuk memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, untuk mewujudkan penghasilan sebagaimana yang dimaksud diatas, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/ buruh, dan untuk mewujudkan commit penghidupan to user yang layak seperti yang dimaksud,

pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/ buruh yang meliputi upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya, upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara pembayaran upah, denda dan potongan upah, struktur dan skala pengupahan yang proporsional, upah untuk pembayaran pesangon dan upah untuk perhitungan pajak penghasilan (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja keadaan pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaa dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (Pasal 1 ayat 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Hak untuk menerima upah yang diberikan oleh pengusaha kepada pekerja dilakukan harus dalam hubungan kerja sehingga apabila hubungan antara pekerja dengan pengusaha telah putus maka pekerja tidak berhak menerima upah yang diberikan oleh pengusaha selaku pemberi kerja. Sehingga, berdasarkan pengertian diatas jelaslah bahwa sesungguhnya upah yang dibayarkan harus berdasarkan kesepakatan para pihak, selain itu untuk menjaga agar upah yang diterima oleh pekerja terlampau rendah, maka pemerintah memiliki kebijakan menetapkan standar upah terendah melalui peraturan perundang undangan (Lalu Husni, 2003:144). Menurut Sendjun H Manulang terdapat 3 unsur (faktor) yang menentukan adanya hubungan kerja yaitu adanya pekerjaan, perintah dan upah. Tanpa adanya salah satu dari ketiga unsur tersebut maka tidak ada hubungan kerja. Hubungan kerja ini meunjukkan kedudukan kedua pihak tersebut, yang pada dasarnya menggambarkan hak hak dan kewajiban kewajiban kedua belah pihak yaitu hak hak dan kewajiban kewajiban pekerja terhadap pengusaha, serta hak hak dan kewajiban kewajiban pengusaha terhadap pekerja (Sendjun H Manulang, 1995:64). Standar upah terendah yang diterima pekerja inilah yang disebut sebagai upah minimum. Pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum, dijelaskan dalam hal menimbang bahwa untuk melindungi upah pekerja/ buruh agar tidak merosot pada tingkat yang paling rendah sebagai akibat ketidakseimbangan pasar kerja, kebijakan upah minimum perlu diselaraskan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi agar terwujud keberlangsungan usaha dan peningkatan kesejahteraan

pekerja/ buruh, selain itu berdasarkan pertimbangan tersebut perlu diatur mengenai upah minimum provinsi atau kabupaten/ kota, upah minimum sektoral provinsi atau kabupaten/ kota, dan upah minimum bagi perusahaan padat karya tertentu (Peraturan Menteri TenagaKerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum). Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum yang dimaksud dengan upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok yang diterima oleh pekerja termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman. Pasal 89 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menerangkan yang merupakan bagian dari upah minimum terdiri atas upah minimum yang didasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan upah minimum berdasarkan sektor wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum sebagaimana dimaksud diatas diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak. Pengusaha dilarang membayar upah pekerja/ buruh lebih rendah dari ketentuan upah minimum yang telah ditetapkan untuk masing masing wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota. Bagi pengusaha yang karena sesuatu hal tidak atau belum mampu membayar upah minimum yang telah ditetapkan tersebut, maka dapat dilakukan penangguhan selama batas jangka waktu tertentu (Adrian Sutedi, 2009:143). Kabupaten Tangerang merupakan termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Kabupaten Tangerang terletak pada posisi geografis cukup strategis. Disebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Jakarta dan Kota Tangerang, disebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang. Sektor ekonomi utama dalam menunjang perekonomian Kabupaten Tangerang adalah sektor industri dengan total lahan industri 3.398 ha dengan jumlah perusahaan beroperasi tercatat mencapai lebih dari 655 perusahaan. Selain itu Kabupaten Tangerang didukung oleh luas wilayah yang cukup potensial, Kabupaten Tangerang memiliki luas wilayah 959,6 kilometer (http://humasprotokol.bantenprov.go.id/profil-kabupatentangerang/ diakses pada tanggal 21 November 2013 pada pukul 21.35 WIB). Berdasarkan data jumlah penduduk perkabupaten/kota se Propinsi Banten pada bulan Juni 2013 jumlah penduduk Kabuapaten Tangerang sebesar 2.815.103 jiwa (http://www.biropemerintahan.bantenprov.go.id/read/download-detail/informasi berkala/1/data-jumlah-penduduk-kabupatenkota-se-provinsi-banten-posisi-juni 2013.html diakses pada tanggal 21 November 2013 pada commit pukul to 21.50 user WIB).

Dengan tingginya jumlah penduduk Kabupaten Tangerang di Propinsi Banten dan sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang sektor industri akan semakin mempermudah terjadinya perselisihan antara penduduk dalam hal ini berkedudukan sebagai pekerja dengan pengusaha selaku pemberi kerja. Hal ini diakibatkan jumlah kebutuhan hidup layak yang semakin meningkat yang meliputi makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi dan tabungan maupun kebutuhan lainnya di luar komponen dan jenis kebutuhan hidup layak. Sehingga pekerja cenderung menuntut adanya peningkatan upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah setiap tahunnya. Di sisi lain pengusaha selaku pemberi kerja tidak dapat memenuhi tuntutan yang diminta oleh pekerja berupa peningkatan standar upah minimum. Fungsi Mediator Hubungan Industrial di Kabupaten Tangerang dalam penyelesaian perselisihan upah khususnya upah minimum memiliki peran sebagai fasilitator dan pihak ketiga yang berasal dari unsur Pemerintah untuk membantu menyelesaikan permasalahan pasca penetapan upah minimum diantara para pihak yang berselisih yaitu sebagai penghubung diantara pihak yang berselisih untuk mengupayakan tercapainya kesepakatan, dimana kesepakatan yang dihasilkan diharapkan dapat menguntungkan masing masing pihak. Sebagai contoh kasus perselisihan yang terkait dengan penetapan upah minimum yang terjadi pada tahun 2012 yaitu kekisruhan terkait upah minimum kabupaten/kota (UMK) antar para buruh di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)Kekisruhan berawal dari tuntutan para buruh Tangerang untuk merevisi UMK 2012, dan dikabulkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten. Maka keluarlah surat keputusan (SK) Gubernur Banten Hj Ratu Atut Chosiyah terkait penetapan revsi UMK Tangerang, dimana kota Tangerang dan kota Tangerang Selatan sebelumnya telah ditetapkan UMK senilai Rp 1.381.000 per bulan direvisi menjadi Rp 1.529.150 per bulan (http://www.suarapembaruan.com/home/buruh-tangerang-desak-apindotak-lanjutkan-gug diakses pada tanggal 5 Desember 2013 pada pukul 21.45 WIB). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dalam sebuah penelitian hukum dengan mengangkat judul PERANAN MEDIATOR DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERMASALAHAN UPAH MINIMUM DI BEBERAPA PERUSAHAAN DI KABUPATEN TANGERANG.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis memberikan batasan mengenai rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Apakah tugas dan fungsi Mediator dalam penyelesaian permasalahan upah minimum di Kabupaten Tangerang sudah sesuai dengan norma? 2. Apa kendala - kendala yang dihadapi oleh Mediator dalam penyelesaian kasus permasalahan upah minimum di Kabupaten Tangerang? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan yang dilakukan oleh peneliti dari penelitian hukum ini adalah : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui tugas dan fungsi Mediator dalam menyelesaikan permasalahan upah minimum di Kabupaten Tangerang. b. Untuk mengetahui kendala kendala yang dihadapi oleh Mediator dalam penyelesaian perselisihan upah minimum di Kabupaten Tangerang. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman baik bagi penulis maupun untuk pembaca secara umum mengenai Hukum Administrasi Negara khususnya dalam bidang Hukum Ketenagakerjaan. b. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar akademis sarjana dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penulis berharap dengan adanya penelitian hukum ini dapat memberikan manfaat baik untuk penulis sendiri secara khusus maupun untuk pembaca secara umum. Adapun harapan penulis dengan adanya penelitian hukum ini adalah : a. Secara teoritis : 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan peranan mediator. 2) Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan refrensi atau acuan bagi penelitian penelitian lain di bidang hukum commit ketenagakerjaan. to user

b. Secara Praktis : 1) Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam bidang ilmu hukum khususnya yang berkaitan dengan peranan mediator. 2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang peranan Mediator dalam menyelesaikan perselisihan upah minimum. 3) Bagi pemerintah/ instansi yang terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar menjadi lebih baik khususnya dalam hal pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan penyelesaian perselisihan upah minimum. E. Metode Penelitian Metodologi pada penelitian hakekatnya memberikan pedoman, mengenai ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan lingkungan yang dihadapinya. Kegiatan penelitian dimulai, apabila seorang ilmuwan melakukan usaha untuk bergerak dari teori ke pemilihan metode. Pada proses ini akan timbul preferensi seorang ilmuwan terhadap teori teori dan metode metode tertentu. (Soerjono Soekanto, 2012:6) Adapun metode yang digunakan dalam melakukan peneilitan ini adalah sebagai berikut : a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum empiris atau sosiologis, karena data diperoleh secara langsung dari masyarakat (mengenai perilakunya) dan dinamakan data primer ( Soerjono Soekanto, 2012:51). Dalam penelitian hukum ini, penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan peranan Mediator dalam upaya penyelesaian permasalahan upah minimum di beberapa perusahaan di Kabupaten Tangerang. b. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dala penulisan ini adalah penelitian deskriptif. Suatu penelitian deskriptif, dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya. Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teori teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori teori baru (Soerjono Soekanto, 2012:10).

c. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif pada dasarnya merupakan penyorotan terhadap masalah serta usaha pemecahannya, dilakukan melalui upaya upaya yang banyak didasarkan pada pengukuran pemecahan obyek penelitian ke dalam unsur unsur tertentu, untuk kemudian ditarik suatu generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya (Soerjono Soekanto, 2012:32). d. Lokasi Penelitian Untuk mengkaji fakta fakta yang terdapat dalam penelitian, dan untuk mempersempit ruang lingkup dari objek yang dikaji dalam penelitian ini, lokasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Tangerang. e. Jenis dan Sumber Bahan Penelitian Lazimnya didalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang pertama disebut data primer atau data dasar (primary data atau basic data) dan yang kedua dinamakan data sekunder (secondary data). Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, yakni perilaku dari warga masyarakat, yang diperoleh melalui melalui penelitian. Data sekunder antara lain, mencakup dokumen dokumen resmi, buku buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian,dan seterusnya (Soerjono Soekanto, 2012: 11-12). Jenis data yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah : 1) Data Primer Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari hasil fakta yang terdapat di lapangan dan merupakan sumber utama. Data primer yang dimakasud disini diperoleh di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tangerang. 2) Data Sekunder Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan data data yang diperoleh secara tidak langsung yang memiliki kaitannya dengan penelitian ini. Data sekunder tersebut meliputi peraturan perundang undangan, bahan kepustakaan, arsip arsip, jurnal commit jurnal to user ilmiah, buku buku dan sebagainya.

f. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang menjadi sumber penelitian, baik itu data primer maupun sekunder. Pada penelitian hukum ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya studi kepustakaan dan wawancara. 1) Studi Kepustakaan Teknik pengumpulan data studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis pada penelitian hukum ini dengan menggunakan bahan bahan studi kepustakaan yang memiliki kaitannya dengan peran Mediator dalam penyelesaian permasalahan upah minimum diantaranya berupa dokumen dokumen, buku buku, jurnal jurnal, dan sebagainya. 2) Teknik wawancara Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mewawancarai pihak yang berkepentingan atau berwenang dalam penelitian hukum ini. Pihak yang dapat dijadikan sumber data pada penelitian hukum ini adalah Mediator di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tangerang. g. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan pendekatan interaktif. Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif karena riset kualitatif memusatkan pada deskripsi. Karya kualitatif melibatkan penelitian ontologis. Data yang dikumpulkan berwujud kata kata dalam kalimat atau gambar yang mempunydari skedar angka atau jumlah (Heribertus Sutopo,1988:10). Menurut Heribertus Sutopo analisis interaktif merupakan teknik pendekatan dimana setelah pengumpulan data, kemudian bergerak diantara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitiannya (Heribertus Sutopo,1988:37). Untuk dapat memahami model konsep analisis interaksi tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut :

PENGUMPULAN DATA REDUKSI DATA PENYAJIAN DATA PENARIKAN KESIMPULAN Gambar. 1 : Model Analisis Interaktif (Heribertus Sutopo,1988:37) Model konsep penjelasan analisis interaksi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Reduksi Data Merupakan bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang bagian hal yang tidak diperlukan, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dari data yang diperoleh dapat dilakukan. 2) Penyajian Data Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan dapat dilakukannya kesimpulan riset. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. 3) Penarikan Kesimpulan Dalam hal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai memahami hal hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan peraturan, pola pola, pernyataan pernyataan, konfigurasi konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan proposisi proposisi (Heribertus Sutopo,1988:35 36).

F. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika penulisan hukum memberikan rumusan secara keseluruhan mengenai bab bab yang akan dibahas, yang disusun secara terstruktur, terperinci dan memiliki hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya. Pada penelitian hukum ini, penulis membagi menjadi 4 (empat) bab yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Sistematika pada penelitian hukum ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang yang mendasari penulisan, rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan, tujuan dari penulisan, manfaat dari dilakukannya penelitian, metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan hukum dan sistematika yang disusun dalam penelitian hukum ini. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis menguraikan mengenai kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori yang dikaji oleh penulis antara lain mediator, pengupahan, dan perselisihan hubungan industrial. Mediator yang menjadi pokok kajian meliputi mengenai pengertian, tugas kewajiban dan wewenang, syarat syarat mediator,dan lingkup kerja mediator. Pengupahan meliputi mengenai pengertian umum tentang upah, pengertian umum tentang upah minimum, dasar hukum perumusan upah Kabupaten, faktor faktor yang mempengaruhi upah, perumusan upah minimum Kabupaten, upah minimum sektoral Kabupaten dan Pelaksanaan Ketetapan Upah Minimum. Pada kerangka teori perselisihan hubungan industrial dibahas mengenai pengertian umum perselisihan hubungan industrial dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial. BAB III :PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis menguraikan mengenai pembahasan dan hasil penelitian yang menjadi jawaban dari latar belakang, yakni mengenai tugas commit dan to fungsi user Mediator dalam penyelesaian

permasalahan upah minimum kaitannya dengan kesesuaian norma dan kendala kendala yang dihadapi oleh Mediator dalam penyelesaian kasus perselisihan upah minimum di Kabupaten Tangerang. BAB IV : PENUTUP Pada bab ini, penulis menguraikan mengenai penutup. Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan dari pembahasan mengenai tugas dan fungsi Mediator dalam penyelesaian permasalahan upah minimum kaitannya dengan kesesuaian norma dan kendala kendala yang dihadapi oleh Mediator dalam penyelesaian kasus perselisihan upah minimum di Kabupaten Tangerang. Selain itu penulis juga memberikan saran yang relevan kepada pihak pihak yang terkait. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN