I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling tinggi di dunia (Roberson, dkk, 2006). Prevalensi karies di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 14% pada awal perkembangannya tetapi selama zaman pertengahan, saat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi. Resin komposit banyak digunakan sebagaibahan restorasi pada gigi anterior

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan bahan restorasi juga semakin meningkat. Bahan restorasi warna

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Karies gigi diketahui sebagai penyakit kronis yang memiliki prevalensi paling tinggi di dunia (Roberson, dkk, 2006). Prevalensi karies di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004) mencapai 90,05%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, prevalensi karies pada usia lebih dari 12 tahun di Indonesia mencapai 46,5%. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasien akan restorasi estetik sewarna gigi, maka penggunaan resin komposit sebagai bahan tumpatan sewarna gigi semakin popular dan berkembang dengan pesat. Bahan ini dapat digunakan pada hampir semua kasus restorasi dan pengerjaannya relatif mudah serta cepat (Craig dan Powers, 2002). Pada awalnya, resin komposit hanya digunakan sebagai bahan restorasi gigi anterior saja, namun sejak satu dekade terakhir penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi gigi posterior meningkat pesat (Bayne dan Taylor, 1995). Hal ini disebabkan oleh karena meningkatnya kepedulian terhadap estetika serta kekhawatiran akan adanya bahaya merkuri pada restorasi amalgam (Sabbagh dkk., 2004). Resin komposit digambarkan sebagai kombinasi dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan satu alat penghubung antara permukaannya. Resin komposit biasanya terdiri dari tiga komponen utama yaitu matriks resin organik, partikel pengisi anorganik, dan coupling agent. Komponen lain meliputi bahan penstabil warna, penghambat (inhibitors), pigmen, dan suatu sistem aktivasi. Pada akhir tahun 1970-an, laporan pertama tentang material restorasi gigi yang dapat 1

dikuring dengan sinar biru dipublikasikan (Bassiouny dan Grant, 1978). Resin komposit direk jarang digunakan sebagai bahan restorasi gigi posterior karena terdapat adanya masalah keausan dan pengerutan pada saat polimerisasi. Seiring berkembangnya teknologi pada penemuan material restorasi gigi, semakin banyak material restorasi gigi yang muncul dengan berbagai fungsi, kelebihan dan kekurangannya, pada akhir tahun 1980-an, generasi pertama dari komposit indirek (berbasis laboratorium) diperkenalkan (Moezyzadeh dan Kazemipoor, 2009). Resin komposit generasi ini dimodel dan disinar diluar rongga mulut sehingga sinar dan panas dapat disampaikan dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan di dalam rongga mulut. Resin komposit direk tipe bulk-fill yang didesain spesifik untuk restorasi gigi posterior yang meluas menandai era baru dari teknologi tumpatan direk yang menggantikan teknik inkremental 2 mm yang tradisional (Todd dan Wanner, 2013). Resin komposit bulk-fill adalah resin komposit nano hybrid untuk tumpatan direk pada gigi posterior (Peutzfeld, dkk., 1997). Resin komposit bulkfill memiliki komponen monomer terkonversi berupa Bis-GMA dan UDMA. Matriks organik dari resin komposit bulk-fill terhitung sebanyak 21% dari massa seluruhnya. Bis-GMA, dan UDMA menunjukkan pengerutan polimerisasi yang rendah. Resin komposit bulk-fill menggabungkan beberapa tipe bahan pengisi berbeda yaitu barium aluminium silicate glass dengan dua ukuran partikel berbeda, Isofiller yang terdiri dari ytterbium fluoride dan oksida campur sferikal dengan tujuan mencapai karakteristik material resin komposit yang diinginkan. Resin komposit bulk-fill memiliki komposisi 61% bahan pengisi dan 17% 2

isofillers. Ytterbium fluoride yang terkandung dalam isofiller memiliki kemampuan melepas fluoride dan tingkat radioopasitas yang tinggi (Todd dan Wanner, 2013). Kavitas kelas I merupakan lesi yang terdapat pada pit dan fisur pada permukaan fasial, lingual, dan oklusal dari gigi premolar atau molar (Summit dkk., 2006). Menurut Ghulman (2011), preparasi kavitas kelas I berbentuk seperti boks memiliki dinding-dinding preparasi yang berdiri paralel satu dengan yang lainnya, sehingga memudahkan pengamatan kedalaman penetrasi zat warna sebagai indikasi terjadinya kebocoran mikro. C-factor merupakan rasio dari permukaan resin komposit yang melekat dengan permukaan gigi terhadap permukaan bebas, pada kavitas kelas I maka C-factor yang terhitung adalah 5/1 (Ghulman, 2011). Menurut Shirai dkk. (2005), C-factor dan E-modulus dengan nilai tinggi yang digunakan dapat diasumsikan bahwa pengerutan yang akan terjadi mendekati simulasi tekanan tertinggi yang terpaparkan secara klinis. Proses degradasi pada material resin komposit merupakan proses yang kompleks dan dapat terjadi baik karena mekanisme degradasi mekanis seperti keausan, abrasi, dan fatigue, maupun melalui proses degradasi kimiawi seperti reaksi enzimatik, hidrolitik, reaksi akibat asam, atau kerusakan yang terkait dengan temperatur. Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan terjadinya diskolorasi, kebocoran mikro, celah pada tepi restorasi, delaminasi, atau fraktur, yang dapat mempengaruhi sifat perlekatan resin komposit terhadap dinding kavitas (Anjum dkk., 2008). 3

Kandungan asam dan soda yang biasanya terdapat pada minuman soda atau minuman ringan berkarbonasi dapat mempengaruhi sifat fisik resin komposit. Kandungan ph rendah (asam) dapat mempengaruhi pelunakan matriks dalam resin komposit sehingga berpengaruh pada integritas resin komposit. Adanya microcracks dan microvoids yang terletak diantara bahan pengisi dan matriks resin dapat menjadi jalan masuk penetrasinya zat warna ke dalam resin komposit (Effendi dkk., 2011). Kandungan ph pada minuman ringan dan berkarbonasi yang sering dikonsumsi oleh masyarakat sangat bervariasi. Minuman berkarbonasi contohnya Cola memiliki ph sebesar 2,74, sementara jus jeruk memiliki ph 3,75. Keduanya memiliki komponen kandungan yang sama yaitu asam sitrat (Wongkhantee dkk., 2006). Kadar ph yang berubah pada rongga mulut dapat mempengaruhi kondisi gigi, ketika gigi terpapar ph dibawah 5,5, maka akan terjadi demineralisasi email (Prasetya, 2008). Kebocoran mikro merupakan masalah besar dalam bidang restorasi. Sampai ditemukannya sistem adhesif dentin yang lebih maju, sebagian besar material tidak cukup baik adaptasinya dengan struktur gigi untuk dapat menciptakan kerapatan tepi yang antibocor. Walaupun terdapat adaptasi yang baik di saat penumpatan, adanya pengerutan akibat perubahan fisik atau kimia pada material biasanya akan menimbulkan celah yang menyebabkan terjadinya kebocoran mikro. Hal ini ditunjukkan oleh pengerutan resin tertentu selama polimerisasinya. Jika material restorasi memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi daripada struktur gigi, menurunnya temperatur akan menyebabkan kontraksi sehingga menimbulkan celah (Walton dan Torabinejad, 2008). 4

Masalah utama pada material resin komposit adalah pengerutan pada saat polimerisasi yang menyebabkan adanya celah sehingga menimbulkan adanya kebocoran mikro. Resin komposit bulk-fill memiliki komponen bernama silanes yang berfungsi sebagai pelepas tekanan pengerutan yang unik dimana silanes akan membuat modulus elastisitas material ini meningkat sehingga material menjadi elastis. Modulus elastisitas dari material ini terukur sebesar 10 GPa (Todd dan Wanner, 2013). Resin komposit menjadi sangat populer di dunia kedokteran gigi restoratif dan merupakan salah satu material yang sering digunakan sebagai material restorasi utama. Disamping kelebihannya dari segi estetik karena material berwarna sewarna gigi sehingga gigi pasien tidak terlihat menggunakan restorasi, pada suasana basah lingkungan rongga mulut, resin komposit cenderung menyerap air atau cairan lain seperti saliva, komponen makanan atau minuman yang akan menciptakan pengaruh terhadap degradasi material resin komposit (Tuan Rahim dkk., 2012). Tuan Rahim dkk., (2012) pada studinya melaporkan bahwa kondisi asam dapat menyebabkan degradasi pada semen ionomer kaca, resin komposit modifikasi poliasam, dan juga resin komposit restoratif. Pada lingkungan rongga mulut, saliva dapat memodifikasi proses erosi pada bahan restorasi. Orang dengan aliran saliva yang rendah lebih rentan mengalami erosi pada gigi. Beberapa material restorasi sewarna gigi juga menunjukkan peningkatan kekerasan permukaan setelah dilakukan perendaman pada saliva dalam waktu yang lama. 5

Berdasarkan data statistik yang diungkapkan oleh Tuan Rahim dkk., (2012), konsumsi minuman ringan berkarbonasi yang terkandung asam sitrat didalamnya meningkat drastis pada kurun waktu 50 tahun terakhir ini, yaitu sekitar 25% dari total minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat per harinya. Konsumsi minuman yang mengandung asam terbukti dapat mendegradasi gigi dan material restorasi. Studi menunjukkan bahwa terdapat reduksi kekerasan permukaan secara signifikan pada restorasi resin komposit setelah dilakukan perendaman pada Cola dan jus buah. Cola dan jus jeruk mengandung asam fosfat dan asam sitrat dalam jumlah yang besar dimana hal ini dapat menyebabkan peningkatan absorpsi air dan menurunnya kualitas dari restorasi gigi resin komposit. Reaksi kimia yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya erosi permukaan. Dapat disimpulkan bahwa asam-asam ini dapat meningkatkan tingkat penyerapan, absorpsi air, dan kelarutan dari resin komposit (Tuan Rahim dkk., 2012). B. Perumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh perendaman dalam larutan asam sitrat ph 3 terhadap kebocoran mikro restorasi resin komposit bulk-fill kavitas kelas I. 6

C. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai efek perendaman resin komposit pada asam sitrat terhadap tingkat kebcoran mikro telah banyak dilakukan antara lain oleh Tuan Rahim dkk., (2012) mengenai karakteristik penyerapan air pada material resin komposit restorasi gigi yang direndam pada minuman yang mengandung asam. Wongkhantee dkk., (2006) juga meneliti tentang efek dari makanan dan minuman yang mengandung asam pada kekerasan permukaan email, dentin dan bahan restorasi sewarna gigi. Zheng dkk., (2009) juga pernah mempublikasikan studinya tentang karakteristik erosi pada lapisan email gigi manusia pada cairan asam sitrat. Penelitian mengenai pengaruh perendaman dalam larutan asam sitrat ph 3 terhadap kebocoran mikro restorasi resin komposit bulk-fill kavitas kelas I belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman dalam larutan asam sitrat ph 3 terhadap kebocoran mikro restorasi resin komposit bulk-fill kavitas kelas I. 7

E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh perendaman dalam larutan asam sitrat ph 3 terhadap kebocoran mikro restorasi resin komposit bulk fill kavitas kelas I. 2. Sebagai informasi yang ditujukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang kedokteran gigi pada umumnya, dan pada bidang ilmu konservasi gigi pada khususnya. 3. Sebagai referensi pemilihan teknik dan bahan restorasi yang paling baik digunakan dalam bidang kedokteran gigi konservatif. 8