Prolog Jakarta, Januari 2010... Sudah lewat jam dua siang ketika aku, Sandra dan Nia memasuki Platinum Resto di Mall Ciputra ini. Kami memilih tempat agak di pojok, tidak terlalu ramai disini, mungkin karena sudah lewat jam makan siang. Kemane aje lu, Ver? Susah amat diajak ketemuan. Sandra langsung nyerocos begitu kami selesai memesan menu. Nggak kemana-mana, masih di Jakarta kok gue, jawabku enteng. 7
Iya, tapi tumben lu Ver, biasanya kalo kita kumpul-kumpul lu selalu ikutan. Kita sampe ngirain lu pulkam ke Malang nggak balik-balik Jakarta lagi loh. Sibuk banget ya? kali ini giliran Nia yang menanyaiku. Iya di kantor lagi lumayan sibuk mau ada audit ISO, banyak yang mesti disiapin. Kedua temanku itu spontan ber ooh panjang mendengar jawabanku. Lu nggak kangen apa ama kita-kita? tanya Nia lagi. Ya kangen lah, makanya gue mau ketemuan ama kalian hari ini, kataku disusul tawa berderai. Sandra dan Nia hanya geleng-geleng kepala melihatku. Lalu tak lama pesanan makanan kami datang. So, ada kabar apa nih dengan teman-teman retreat 1? tanyaku kemudian. Makanya jangan ngilang mulu lu, Ver, nggak update deh jadinyaaa, Sandra menjawabku seraya menyendok beef tepanyakinya. Ehh...lu kapan ya, Ver terakhir ikutan kumpul-kumpul? Nia menimpali. 1 Retreat = kegiatan rohani umat Katolik/Kristen untuk menyepi di suatu tempat dengan tujuan berdoa dan refleksi diri 8
Hmm...Juli or Agustus ya, yang kita ke Bogor wisata kuliner itu bukan, Ni? Oh...iya ya, tahun lalu ya, yang kita mampir bentar ke rumah Andre kan? Aku mengangguk. Ada gue juga kan itu? sahut Sandra. Iya, kan kita satu mobil, San. Gue, lu, Nia pada di mobil Andre kan. By the way, gimana kabar Andre? Lhaaa...bukannya kalian deket ya? Kaga pernah contact apa? Sandra menanyaiku dengan tatapan heran. Hehehe...iya gue nggak sempat aja. Kabar terbaru justru ya dari Andre itu, Ver, kata Nia kemudian. Oh ya, kenapa dia? jawabku mulai penasaran. Andre mau pindah ke Malaysia, Ver, jawaban Nia sontak membuatku terkejut. Buru-buru kuminum lemon teaku. Mataku menatapnya seolah tak percaya dan Nia hanya mengangguk saja meyakinkanku. Ke Malay, Ni? Dia mau pindah kerja? tanyaku setelah sedikit tenang. Gue kira lu udah tau loh, Ver. Bukannya kalian berdua lumayan dekat ya? Aku menghela napas panjang, hmm...pertanyaan Nia mirip dengan 9
yang dilontarkan Sandra tadi. Yaa...aku dan Andre memang dekat, lebih dari sekedar teman. Tapi sudah beberapa bulan ini kami jarang contact, dia sibuk, begitu juga denganku. Yang kutahu Andre memang bercita-cita bekerja di luar negeri, tapi apakah secepat ini? Dia diterima di salah satu oil company gitu disana, kata Nia lagi seolah menjawab apa yang kupikirkan. Kapan dia akan berangkat? tanyaku. Belum tau pastinya sih, Ver. Paling cepat mungkin awal Februari lah. Lalu sesaat kami bertiga diam, sibuk meneruskan makan kami. Lalu mengobrol lagi. Nia bilang dia masih lumayan sering ketemu Andre, secara mereka juga tinggal masih satu lokasi di Tanjung Duren. Di gereja pun kadang Nia masih ketemu Andre. Sedangkan Sandra, dia bilang memang sudah jarang ketemu dengan Andre tapi lumayan sering BBMan, ada group BBM temanteman retreat juga. Ahh...iya BBM, sesaat aku jadi rada menyesali diri kenapa nggak mau pake blackberry smartphone. Hanya karena alasan nggak suka dengan bentuknya yang lebar dan keypad qwertynya yang menurutku kecil-kecil dan ribet, dan lebih dari semua alasan itu aku memang merasa belum butuh-butuh amat pake blackberry. Tapi sekarang? Huff...aku jadi nggak update deh soal Andre... 10
Telponin si Andre tuh, Ni. Daripada teman kita tercinta ini penasaran, kata Sandra, melirikku disusul tawa berderai. Nia tanpa menunggu jawabanku langsung meraih handphone yang ditaruhnya di atas meja dan bersiap menelepon Andre. Aku yang kaget spontan buru-buru mencegahnya. Kalian ini apa-apaan sih... Lhaaa...kok apa-apaan sih. Masa lu nggak kangen ama Andre, Ver. Katanya tadi lama nggak ketemu. Ntar kan lu bisa nanya sendiri kapan pastinya dia ke Malay. Aku terdiam, kata-kata Nia benar-benar menohok. Ayo lah, Ver. Mumpung Nia lagi baik tuh, Sandra ikut-ikutan membujukku. Dan entah bagaimana, aku spontan menggeleng dengan cepat. Oh..gue ngerti, Veren malu lah ama kitakita, Ni ntar kan nggak bisa bebas kangen-kangenan di telepon ama Andre, Sandra meledekku sambil melirik ke arah Nia, lalu disusul tawa berderai mereka. Aku mau tidak mau jadi ikutan tertawa, walau kemudian merasa tidak enak juga dengan mereka. Sorry ya Nia, Sandra...gue ehm...belom siap aja telpon Andre, gue lama nggak contact dia soalnya... 11
It s ok Veren, nyantai aja lagi. Lu ntar kalo udah di kost, telponlah dia, at least SMS. Gimanagimana lu orang terdekatnya juga. Mumpung dia masih di Indo loh. Aku hanya mengangguk saja mendengar jawaban Nia. Tidak lama kemudian kami meminta bill, dan setelah membayar makan, kami meneruskan acara kami menghabiskan waktu di mall ini. 12
Retreat di Puncak November 2008... Taksi yang membawaku siang ini akhirnya sampai juga di depan Gereja Salvator, Petamburan. Hari ini aku memang ijin pulang kantor setengah hari karena mau ikut acara retreat di Puncak. Aku mendaftar acara ini sendirian saja, lagipula aku juga bingung mau ngajakin siapa, jadi ya sudahlah. Aku hanya ingin refreshing dan aku yakin disini pun nantinya aku akan bertemu teman-teman baru juga. Kabar yang kudengar pesertanya hampir 50 orang. Good deh... 13
Terima kasih ya, Pak, kataku kepada sopir taksi seraya membayar ongkosnya. Lalu aku turun sambil menenteng tasku. Aku memandangi halaman depan gereja yang masih tampak sepi. Aku melirik jam tanganku, jam 13.20, bisa dibilang aku kepagian juga sampai disini. Tadi aku kira macet dari arah kantorku di Pondok Indah, ternyata cukup lancar. Hmm...nggak papa deh kepagian, daripada terlambat, pikirku. Aku berjalan santai menuju aula tempat berkumpulnya peserta. Aula masih tampak sepi, hanya ada kursikursi dan beberapa orang yang aku kurang tahu juga apakah mereka peserta atau panitia. Diantaranya memandang ke arahku ketika aku masuk. Ke Puncak kan? tanyaku agak ragu kepada seorang cewek yang terlihat modis berkaos biru, yang kebetulan sedang berdiri dekat kursinya. Iya. Sini yuk, bareng. Aku Helen, katanya seraya menyalamiku dengan ramah. Verena, kataku balas menyalaminya. Aku menuju kursi di deretan depan Helen. Seorang cowok duduk tak jauh dari tempat Helen. Cowok itu berpawakan tinggi, berdiri juga ketika melihat aku dan kami berkenalan. Andre, katanya seraya tersenyum. Dan aku membalasnya. Verena dari kantor ya? tanya Helen. 14
Iya, ijin setengah hari aja terus langsung kesini. Kalo kamu? Gue dari rumah. Gue cuti, emang kantor lu dimana, Ver? Gue ngantor di Pondok Indah. Tadinya gue kira macet arah kesini, nggak taunya lancar dan kepagian ya kita. Eh, lu sendiri kantor dimana? tanyaku pada Helen. Hehehe...iya nih kita kepagian ya. Kantor gue di Mega Kuningan, sekantor ama ini nih, kata Helen seraya menunjuk Andre. Aku hanya ber ooh saja mendengarnya. Oh ya, Ver kalo yang duduk lagi baca itu adik gue, namanya Hadi. Lu sendiri ama siapa, Ver? kata Helen lagi. Gue sendirian aja kok, abis bingung juga mau ngajakin siapa, jawabku seraya tersenyum. Nyantai aja, Ver...ntar juga kita dapet temen-temen baru kok. Dan aku mengiyakan katakata Helen. Kami saling mengobrol dengan santai, aku berkenalan juga dengan Hadi, adiknya Helen yang lumayan good looking juga. Lalu beberapa peserta lain juga datang, lalu ada acara ice breaking sebentar supaya kami bisa lebih mengenal. Bus yang akan membawa kami ke Puncak, tempat acara retreat juga sudah datang dari tadi. Sekitar jam setengah tiga kami semua berangkat, 15
16