BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dikarenakan bahwa sumber-sumber energi konvensional tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

50001, BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya alat rumah tangga yang menggunakan listrik. Akan tetapi, pada

Versi 27 Februari 2017

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

BAB I PENDAHULUAN. Energi matahari tersedia dalam jumlah yang sangat besar, tidak bersifat polutif, tidak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA SEKTOR ESDM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

Gambar 1.1 Statistik Energi total Indonesia (sumber:bppt, Outlook Energi Indonesia. 2013)

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

KETERSEDIAAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI NTT

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan maupun pengembangan suatu wilayah. Besarnya peranan tersebut mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi penting yang dibutuhkan dalam

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

Gambar 1.1 Perkiraan kebutuhan energi final nasional (Outlook Energi Indonesia, BPPT 2012)

Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMSI ENERGI PADA SEKTOR RUMAH TANGGA DI INDONESIA. Yano Hurung Anoi

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama. Perkembangan teknologi dengan tujuan memudahkan semua aktifitas dan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan suatu kebutuhan pokok yang tak terpisahkan dari manusia. Hampir semua sektor dalam kehidupan ini membutuhkan energi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan manusia. Sedangkan seiring berjalannya waktu sumber energi konvensional seperti minyak bumi dan batubara semakin menipis, hal tersebut dikarenakan bahwa sumber-sumber energi konvensional tersebut merupakan sumber energi yang tidak dapat terbarukan. Artinya sumber energi seperti ini suatu saat akan habis. Dengan kondisi seperti itu penggunakan energi harus dilakukan dengan bijaksana, produktif, dan efisien. Selain itu menciptakan dan menggunakan sumber energi yang dapat diperbarui, merupakan suatu tuntutan bagi semua pihak terutama pemerintah. Namun permasalahan saat ini adalah sumber energi pengganti masih belum membuahkan hasil optimal untuk digunakan secara komersial. Dilain sisi harga untuk sumber energi dalam negeri menunjukan trend yang terus meningkat, hal tersebut dikarenakan kenaikan harga minyak dunia yang semakin meningkat dan berimbas pada kenaikan harga energi dalam negeri, ditambah menipisnya cadangan minyak nasional (Raharjo dan Riadi, 2016). Dalam dunia industri, energi sangatlah penting. terutama dalam penggunaan energi listrik. Porsi pemakaian serta alokasi dana untuk kebutuhan listrik dalam industri adalah yang terbesar. Menurut Wiryawan, dkk (2016) Energi 1

2 listrik saat ini adalah energi yang paling banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari di berbagai sektor mulai dari rumah tangga, perkantoran hingga pabrik berskala kecil dan besar. Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (2016), Perkembangan zaman yang diiringi dengan pertambahan jumlah populasi dunia, membuat penggunaan energi juga semakin bertambah. Terlebih dengan adanya revolusi industri yang memicu pertumbuhan industri di segala sector, membuat penggunaan energi juga semakin bertambah. Sementara itu, energi yang diperoleh sifatnya terbatas dan tidak bisa diciptakan sesuai dengan hukum energi. Oleh karenanya, diperlukan konservasi energi yang memiliki tujuan untuk melakukan penghematan energi yang akan berdampak pada kehidupan manusia di masa yang akan datang. Energi yang kita peroleh setiap harinya untuk beraktifitas atau untuk berproduksi bagi perusahaan, bersumber pada energi yang berasal dari alam, seperti minyak bumi, batu bara, listrik, dan sumber energi alam Iainnya. Dapat diketahui bersama, bahwasannya sumber daya alam tersebut memiliki jumlah yang terbatas. Apabila jumlah sumber energi tersebut mencapai limitnya, maka akan mengalami krisis energi yang nantinya secara otomatis berpengaruh terhadap perekonomian.

Gambar 1.1 Konsumsi Energi Final per Sektor Sumber : Outlook Energi Indonesia 2016 Peningkatan konsumsi energi final per sektor selalu terjadi setiap tahun pada periode 2000 2014, kecuali pada tahun 2005 dan 2006. Rata-rata pertumbuhan tahunan selama periode 2000-2014 adalah 3,99% per tahun dari 555,88 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 961,39 juta SBM pada tahun 2014. Data ini didapatkan dari Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia (HEESI) tahun 2015 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Total konsumsi energi final per sektor dibahas disini tidak memperhitungkan konsumsi produk petroleum lainnya. Perhitungan konsumsi energi final mencakup sektor industri, rumah tangga, komersial, transportasi, dan lainnya. Sektor lainnya meliputi pertanian, konstruksi, dan pertambangan, sementara sektor komersial meliputi hotel, restoran, rumah sakit, super market, gedung perkantoran, dll. 3

4 Selama tahun 2000 2014 terjadi penurunan konsumsi energi final terutama pada tahun 2005 dan 2006. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM yang membuat produktivitas industri menurun yang berdampak terhadap penurunan konsumsi energi final sektor transportasi pada tahun 2006. Kebijakan kenaikan harga jual BBM mendorong peningkatan inflasi. Menurut data Bank Indonesia, inflasi pada Januari 2005 mencapai 7,32% dan naik menjadi 17,1% pada Desember 2005. Konsumsi energi final tertinggi pada periode 2000-2014 terjadi pada sektor industri, diikuti rumah tangga dan tranportasi, serta yang paling rendah adalah komersial dan lainnya.tetapi rata-rata kenaikan pertumbuhan tahunan paling tinggi adalah sektor transportasi sebesar 6,46%. Hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan di Indonesia yang meningkat tajam dari 19 juta kendaraan pada tahun 2000 menjadi 114 juta kendaraan pada tahun 2014 dengan rata rata kenaikan per tahunnya sebesar 13,7% berdasarkan data Statistik Transportasi Darat 2014. Rata rata pertumbuhan tahunan konsumsi energi yang paling rendah adalah sektor lainnya yaitu sebesar -2,62% per tahun dan diikuti oleh sektor rumah tangga sebesar 1,59% per tahun. Rendahnya pertumbuhan konsumsi energi final sektor rumah tangga karena berlangsungnya program substitusi minyak tanah dengan LPG untuk memasak, penerapan teknologi dan peralatan hemat energi, seperti penggunaan lampu hemat energi, penggunaan sel surya, serta penggunaan peralatan rumah tangga hemat energi lainnya. Sejak mulai

5 dijalankannya program substitusi penggunaan minyak tanah ke LPG tahun 2007, jumlah konsumsi energi rumah tangga jauh lebih hemat. Hal ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu efisiensi kompor dan nilai kalor bahan bakar. Efisiensi kompor LPG sebesar 53% sedangkan efisiensi kompor minyak tanah sebesar 40%, serta nilai kalori LPG (11.254,61 kcal/kg) lebih besar dibanding minyak tanah (10.478,95 kcal/kg). Untuk itu, pemakaian satu liter minyak tanah setara dengan penggunaan 0,57 kg LPG. Gambar 1.2 Konsumsi Energi Final Per Jenis Sumber : Outlook Energi Indonesia 2016 Konsumsi energi final menurut jenis selama tahun 2000-2014 masih didominasi oleh BBM (bensin, minyak solar, minyak diesel, minyak tanah, minyak bakar, avtur dan avgas) namun dengan pertumbuhan terendah dibanding energi yang lain. Selama kurun waktu tersebut, total konsumsi BBM meningkat

6 dari 315 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 308 juta SBM pada tahun 2014 atau mengalami penurunan rata-rata 0,18% per tahun. Pada tahun 2000, konsumsi minyak solar mempunyai pangsa terbesar (38,7%) disusul minyak tanah (23,4%), bensin (23,0%), minyak bakar (9,6%), minyak diesel (3%), dan avtur (2,2%). Selanjutnya pada tahun 2014 menjadi bensin (45,5%), minyak solar (45,2%), avtur (6,3%), dan minyak tanah serta minyak bakar masing-masing sebesar 1,5%. Perubahan pola konsumsi BBM tersebut disebabkan oleh tingginya laju konsumsi bahan bakar untuk kendaraan pribadi dan pesawat udara. Konsumsi BBM di sektor transportasi memiliki pangsa yang sangat tinggi yaitu 79,7% dari total konsumsi BBM. Substitusi BBM ke bahan bakar gas (CNG, LNG) tidak efektif karena keterbatasan infrastrukturnya. Pada sektor industri, konsumsi batubara meningkat pesat dari 36,1 juta SBM (8,59 juta ton) pada tahun 2000 menjadi 220,6 juta SBM (52,53 juta ton) pada tahun 2014 atau meningkat rata-rata 13,8% per tahun. `Konsumsi gas bumi periode 2000-2014 meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 2,6% per tahun. Pertumbuhan konsumsi gas bumi sebagai energi final tergolong rendah karena keterbatasan infrastruktur jaringan gas nasional. Konsumsi listrik dalam kurun waktu tahun 2000-2014 mengalami pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun. Konsumsi listrik yang naik disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan rasio elektrifikasi sehingga penggunaan peralatan listrik seperti AC, mesin cuci, kulkas, setrika, lampu, dan

7 lainnya bertambah. Pada tahun 2014, rasio elektrifikasi nasional sebesar 84,4% atau meningkat 3,9% dari tahun 2013. Meskipun demikian, konsumsi listrik per kapita di Indonesia masih rendah dibanding beberapa negara ASEAN. Konsumsi listrik di Indonesia sebesar 798 kwh/kapita, Thailand (2.471 kwh/kapita), Malaysia (4.512 kwh/kapita), Singapura (8.840 kwh/kapita), dan Brunai Darussalam (9.704 kwh/kapita). Selain listrik, konsumsi LPG juga meningkat tajam dari 8 juta SBM (0,97 juta ton) pada tahun 2000 menjadi 52 juta SBM (6,09 juta ton) pada tahun 2014. Peningkatan konsumsi LPG disebabkan oleh adanya program pemerintah yang mengganti penggunaan minyak tanah untuk memasak di rumah tangga dan usaha kecil dengan LPG. Tabel 1.1 Banyaknya Perusahaan / Unit Usaha Menurut Jenis Industri di Jawa Tengah Tahun 2006-2016 Agro Industri Industri Total Tahun Kecil dan Kecil dan Kecil dan Besar Besar Besar Menengah Menengah Menengah 2006 268 324,568 496 319,452 764 644,020 2007 277 323,664 495 320,411 772 644,075 2008 283 323,335 498 320,590 781 643,925 2009 288 322,910 501 320,770 789 643,680 2010 269 324,415 495 319,686 764 644,101 2011 297 328,610 528 315,724 825 644,334 2012 301 328,953 534 316,052 835 645,005 2013 305 335,477 542 309,671 847 645,148 2014 268 324,568 560 320,014 828 644,582 2015 251 319,485 546 312,110 797 631,595 2016 259 317,748 548 313,140 807 630,888 Sumber: Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah dalam BPS

8 Dapat dilihat pada Tabel 1.1 menunjukan bahwa jumlah total untuk industri besar mengalami naik turun dalam kurun waktu tahun 2006-2014, untuk industri kecil dan menengah juga demikian. Jumlah industri besar dan industri kecil dan menengah yang terbesar sama-sama ditahun 2013. Pertumbuhan jumlah industri dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu masuknya investor asing, pembangunan infrastruktur yang terus berkembang, ataupun pinjaman modal usaha dari pemerintah. Jika usaha semakin mudah untuk dilakukan oleh masyarakat, dapat diperkirakan perkembangan industri akan berjalan dengan cepat. Gambar 1.3 Konsumsi Energi Bahan bakar dan Energi Listrik dalam proses industri Besar dan Sedang Jawa Tengah 2006-2014 6.000.000.000 5.000.000.000 4.000.000.000 3.000.000.000 2.000.000.000 1.000.000.000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Energi Bahan Bakar Energi Listrik Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah (diolah)

9 Gambar 1.3 merupakan konsumsi energi bahan bakar dan energi listrik tahun 2006-2014 yang digunakan dalam proses produksi industri besar dan sedang di Jawa Tengah. Grafik tersebut menunjukan bahwa dari konsumsi bahan bakar dan konsumsi listrik proses produksi menunjukan tren naik. Tetapi jika dilihat proses naik turunnya, konsumsi bahan bakar pada tahun 2009-2011 terjadi penurunan. Dan untuk konsumsi listrik mengalami penurunan terlihat pada tahun 2007-2009. Naik turunnya konsumsi energi bahan bakar maupun energi listrik dipengaruhi kebutuhan industri. Apabila permintaan barang naik, maka konsumsi energi juga akan naik. Begitupun sebaliknya, apabila permintaan turun produsen juga akan menurunkan konsumsi energinya. Dari uraian yang sudah disampaikan, memperlihatkan konsumsi energi di indonesia menunjukan tren yang masih naik dari tahun ke tahun. Sektor industri menjadi sektor yang paling tinggi dalam penggunaan energi. Jumlah industri di Provinsi Jawa Tengah pada Tabel 1.1 menunjukan bahwa jumlah industri menalami naik turun. Kenaikan konsumsi energi untuk proses industri akan mengalami peningkatan seiring jumlah industri yang terus bertambah. Selain jumlah industri akan mempengaruhi nilai tambah konsumsi energi, kenaikan produksi yang dipicu oleh jumlah permintaan juga menjadi faktor melonjakannya penggunaan energi. Dari pada itu penulis ingin mengembangkan lebih lanjut tentang penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ENERGI TERHADAP OUTPUT PRODUKSI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI JAWA TENGAH yang membahas tentang pengaruh energi

10 terhadap proses industri, serta membahas energi apa saja yang yang akan berpengaruh terhadap proses industri. B. Rumusan Masalah 1. Menganalisis adanya pengaruh penggunaan energi bahan bakar terhadap output produksi industri besar dan sedang di Jawa Tengah? 2. Menganalisis adanya pengaruh penggunaan energi listrik terhadap output produksi industri besar dan sedang di Jawa Tengah? 3. Menganalisis adanya pengaruh bersama antara penggunaan energi bahan bakar dan energi listrik terhadap output produksi industri besar dan sedang di Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui adanya pengaruh penggunaan energi bahan bakar bakar terhadap output produksi industri besar dan sedang di Jawa Tengah. 2. Mengetahui adanya pengaruh penggunaan energi bahan listrik terhadap output produksi industri besar dan sedang di Jawa Tengah. 3. Mengetahui adanya pengaruh bersama antara penggunaan energi bahan bakar bakar dan listrik terhadap output produksi industri besar dan sedang di Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan Informasi kepada pembaca bahwa energi seperti bahan bakar dan listrik mempunyai peran yang penting dalam hasil produksivitas industri.

11 2. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan memberikan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis bahan bakar yang berpengaruh pada produksivitas industri. E. Metode Penelitian 1. Alat dan Model Analisis Menurut penelitian Ardila Hapsari (2015) yang menyatakan bahwa input bahan bakar mempunyai pengaruh signifikan terhadap output industri tekstil di Indonesia periode 1983-2012. Menurut penelitian Soleh Febriyanto (2014) yang menyatakan bahwa konsumsi energi listrik mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Adapun model ekonometrika yang digunakan adalah sebagai berikut: OP = f (EBB, EL) di mana: log(op) it = β 0 + β 1 log(ebb) it + β 2 log(el) it + e logop logebb logel β 0 β 1 dan β 2 = output produksi = energi bahan bakar = energi listrik = konstanta = koefisien regresi variabel bebas

12 u i = komponan eror di waktu t untuk unit cross section = subskrip wilayah (sektor-sektor industri besar dan sedang di Provinsi Jawa Tengah) t = subskrip waktu (2010-2014) 2. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data yang meliputi periode 2010-2014 yang terdiri dari 35. Sektor-sektor industri di Provinsi Jawa Tengah. Data diperoleh dari berbagai sumber terbitan yang dipublikasikan oleh BPS yang meliputi variabel nilai Output Produksi, nilai Energi Bahan Bakar, dan nilai Energi listrik. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penilitian ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mencakup tinjauan umum mengenai teori yang digunakan sebagai literatur dan landasan berfikir yang sesuai topik dari penelitian ini yang dapat membantu penelitian. Dalam bab ini juga diuraikan pemikiran atas permasalahan yang diambil dan penelitian terdahulu.

13 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan jenis dan sumber data, metode analisis data, dan Definisi Operasinonal Variabel. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian dan analisis data dan pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan secara singkat kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan dan dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN