I. PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I. PENDAHULUAN. negara dan pembangunan bangsa dewasa ini diantaranya adalah tatanan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 7 TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN PENGUKURAN

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

LAPORAN PENGUKURAN BBPP KUPANG KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN SEMESTER I TAHUN 2014

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

2017, No masyarakat terhadap pelaksanaan penegakan hukum oleh Kejaksaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

Demikian laporan ini dibuat, untuk dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tarakan, 23 September 2015 Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan

VISI DAN MISI BIB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 54

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional yang dihadapi

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan atau operasional sehari-hari dengan kata lain lingkungan

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

LAPORAN PENGUKURAN BBPP KUPANG KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN SEMESTER II TAHUN 2014

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

2014, No639 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 78/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Permen PU No. 294/2005 tt BPPSPAM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 294/PRT/M/2005 TENTANG

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65 / Permentan / OT.140 / 11 / 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pemerintah daerah adalah menampilkan aparatur yang profesional,

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN DI PERUSDA PERCETAKAN KLATEN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi kelangsungan hidup organisasi. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat, yang menuntut organisasi untuk lebih mampu beradaptasi, mempunyai ketahanan, mampu melakukan perubahan arah dengan cepat, dan memusatkan perhatiannya kepada pelanggan. Sejalan dengan perubahan-perubahan tersebut, bangsa Indonesia terus tumbuh dan berkembang dengan segala konsekuensinya untuk menuju negara maju (Sulistyohadi, 2002). Bangsa Indonesia juga dihadapkan pada kemajemukan masyarakat Indonesia yang khas yang membawa berbagai konsekuensi terhadap perilaku yang beragam, antara lain derasnya tuntutan agar pemerintah mampu menumbuhkan adanya good governance yaitu suatu sistem penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab dan profesional. Birokrasi sebagai pengayuh roda pemerintahan belum mampu keluar dari citra yang kurang memuaskan. Banyaknya berita-berita dan semakin tajamnya kritik masyarakat atas rendahnya kualitas pelayanan publik, menuntut semua aparat pemerintah untuk mempunyai sense of crisis. Aparat pemerintah dituntut agar bekerja lebih dengan mengedepankan terpenuhinya public accountability and responsibility yaitu dengan menekan sekecil mungkin pemborosan penggunaan sumber-sumber negara dan juga sekaligus memperkuat peraturan perundangan yang berlaku (the body of rules) sebagai fondasi untuk melaksanakan tugas-tugasnya (Azizy, 2007). Dengan

demikian setiap aparatur pemerintah perlu ditingkatkan dalam hal keahlian/kapasitas administratif, tanggung jawab, moral etika, kepribadian, semangat kerja, kreativitas, loyalitas, semangat kepentingan bersama, disiplin, otonomi dan saling ketergantungan serta profesionalismenya. Secara kelembagaan yang perlu ditingkatkan antara lain struktur, sistem dan prosedur, kepemimpinan, koordinasi, manajemen partisipasi, adaptasi, hubungannya dengan klien, efisiensi dan efektivitas, akuntabilitas dan responsibilitas. Oleh karena itu, peningkatan kualitas aparatur negara sebagai abdi negara dan masyarakat menjadi suatu hal yang sangat penting (crucial) dalam upaya mendukung terwujudnya pembangunan nasional. Budaya kerja merupakan salah satu elemen kunci pengelolaan sumber daya manusia yang menentukan keberhasilan dan kehancuran suatu organisasi (Sulaksono, 2002). Sejalan dengan itu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengembangkan program yang menyangkut budaya kerja aparatur yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara, yang di dalamnya terdapat 17 pasang nilai-nilai dasar budaya kerja, yang semuanya diarahkan pada terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance). Aparatur Negara yang mampu memahami dan memiliki semangat dan etos kerja yang bertanggungjawab, bermoral, berdisiplin, profesional dan produktif akan mempercepat terwujudnya pemerintahan yang baik. Tantangan yang dihadapi aparatur negara cukup memprihatinkan terutama karena masih ada pemimpin dan aparatur negara yang mengabaikan nilai-nilai moral dan budaya kerja. Oleh karena itu perlu segera diterapkan budaya kerja 2

aparatur demi terwujudnya kesejahteraan dan pelayanan masyarakat secara baik dan benar. Masalah mendasar dalam memahami dan mengimplementasikan budaya kerja itu merupakan tugas berat yang ditempuh secara utuh menyeluruh dalam waktu panjang karena menyangkut proses pembangunan karakter, sikap, dan perilaku serta peradaban bangsa. Budaya kerja aparatur negara dapat diawali dalam bentuk nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, institusi atau sistem kerja, sikap dan perilaku sumber daya aparatur yang melaksanakan. Interaksi antara ketiga unsur penting itulah yang sangat mempengaruhi pengembangan budaya kerja. Di samping faktor lingkungan yang sangat mempengaruhinya, unsur-unsur itu diinternalisasikan ke dalam setiap pribadi aparatur sehingga menghasilkan kinerja berupa produk dan jasa yang bermutu bagi peningkatan pelayanan masyarakat. Untuk mengimplementasikannya diperlukan perbaikan persepsi, pola pikir, dan mengubah perilaku yang dilakukan dengan menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya kerja sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Peningkatan penerapan yang utuh dan menyeluruh terhadap nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara dalam penyelenggaraan pemerintahan mutlak diperlukan. Hal ini sejalan dengan peranan pemerintah untuk memantapkan dan memelihara persatuan bangsa dan menjaga integritas nasional secara lestari. Untuk dapat melaksanakan peran pemerintah tersebut, aparatur harus mempunyai komitmen, konsep, kesepakatan dan peningkatan penerapan secara terus menerus, konsisten dan efektif dalam kerangka pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai kewenangan pada unit kerja masing-masing, 3

Dalam rangka menindaklanjuti perihal tersebut di atas telah ditetapkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 366/Kpts/OT.120/9/2005 tentang Pedoman Penyusunan Indeks Penerapan Nilai-Nilai Budaya Kerja Aparatur Negara lingkup Departemen Pertanian. Dalam Keputusan Menteri Pertanian tersebut terdapat pada butir ketiga yang menjelaskan bahwa pimpinan unit kerja Eselon I, II, III, IV agar melaksanakan pengukuran Indeks Penilaian Nilai-nilai Budaya Kerja (IPNBK) Aparatur Negara secara periodik setiap enam bulan sekali dan atau minimal satu kali dalam setahun. Dalam pelaksanaannya, dibentuklah Tim Pemantau Penerapan Nilai-Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara lingkup Departemen Pertanian berdasarkan Keputusan Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Nomor 29/Kpts/OT.160/A/1/06 tentang Tim Penyusun Indeks Budaya Kerja Aparatur Negara lingkup Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian memiliki tugas pokok dan fungsi diantaranya melakukan penilaian terhadap penerapan dari Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25/KEP/M.PAN/4/2002 di lingkungan Departemen Pertanian. Biro Organisasi dan Kepegawaian Setjen Deptan sebagai unit kerja yang melaksanakan tugas pelayanan dan pembinaan dalam bidang kepegawaian di lingkungan Departemen Pertanian, tidak terlepas dari nilai-nilai budaya kerja yang ditanamkan dan mempersepsikan nilai-nilai tersebut sehingga mampu mengubah sikap dan perilaku pegawai khususnya di Biro Organisasi dan Kepegawaian Setjen Deptan guna menghadapi tantangan masa depan. Berdasarkan laporan hasil pengukuran IPNBK Aparatur Negara Lingkup Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian Tahun 2007 dapat diketahui bahwa 4

mutu budaya kerja pada Biro Organisasi dan Kepegawaian termasuk dalam kategori kurang baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penerapan 17 pasang nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara, yaitu nilai-nilai komitmen dan konsisten, wewenang dan tanggung jawab, keikhlasan dan kejujuran, integritas dan profesionalisme, kreativitas dan kepekaan, kepemimpinan dan keteladanan, kebersamaan dan dinamika kelompok, ketepatan dan kecepatan, rasionalitas dan kecerdasan emosi, keteguhan dan ketegasan, disiplin dan keteraturan kerja, keberanian dan kearifan, dedikasi dan loyalitas, semangat dan motivasi, ketekunan dan kesabaran, keadilan dan keterbukaan, serta penguasaan ilmu dan teknologi pada Biro Organisasi dan Kepegawaian secara umum masih lemah (Biro Organisasi dan Kepegawaian Setjen Deptan, 2007). Budaya kerja, kepuasan kerja dan kinerja merupakan faktor-faktor yang saling berhubungan dan merupakan unsur yang penting karena sangat berpengaruh pada perilaku setiap individu dalam suatu organisasi. Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk menganalisis pengaruh budaya kerja pegawai terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai di Biro Organisasi dan Kepegawaian Setjen Deptan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian dalam menghadapi dinamika organisasi dan perubahan nilai-nilai di era reformasi birokrasi, berusaha untuk mengoptimalkan penerapan 17 pasang nilai-nilai budaya kerja. Terkait dengan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 5

a. Bagaimana sikap responden terhadap budaya kerja, kepuasan kerja dan kinerja berdasarkan golongan dan pendidikan. b. Faktor apa dari nilai-nilai budaya kerja yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai. c. Mengapa budaya kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja. d. Bagaimana Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian mewujudkan pengembangan budaya kerja yang kondusif sehingga pegawai terpuaskan dengan pekerjaannya dan memberikan hasil kerja yang optimal. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi sikap responden terhadap budaya kerja, kepuasan kerja dan kinerja berdasarkan golongan dan pendidikan. b. Menganalisis faktor dari nilai-nilai budaya kerja yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai. c. Manganalisis pengaruh budaya kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja. d. Merekomendasikan suatu sistem pengembangan budaya kerja yang kondusif sehingga kepuasan kerja dan kinerja pegawai mencapai tingkat optimal. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut: a. Dapat memberi pengalaman praktis bagi penulis dalam memahami dan menerapkan teori yang telah diterima dalam bidang manajemen sumber daya manusia. 6

b. Dapat menjadi dasar kajian dan acuan bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan analisis pengaruh budaya kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai. c. Bagi organisasi diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam melakukan upaya-upaya yang perlu diprioritaskan atau kebijakan yang harus dilakukan agar terwujud budaya kerja yang kondusif sehingga kepuasan kerja dan kinerja pegawai mencapai tingkat optimal agar sikap dan perilaku pegawai yang tidak efektif dan efisien dapat diminimalkan. 1.5 Ruang Lingkup Lingkup penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan dan kesesuaian nilai-nilai budaya kerja pada Biro Organisasi dan Kepegawaian Setjen Deptan serta pengaruhnya terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai dalam upaya pencapaian visi dan misi organisasi. Responden adalah seluruh pegawai tidak terkecuali staf ataupun pimpinan. 7

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB