Tabel 3. Volume Pengembangan (%) Roti Manis Tepung. Asidulan (%) Gaplek (%)

dokumen-dokumen yang mirip
Konsentrasi Asidulan (%) ,12 ± 0,18 bc

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan

3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Kadar Air pada Sawi Sendok dan Sawi Putih

3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung

Gambar 6. Bumbu Penyedap Granul Non-Monosodium Glutamate dengan Konsentrasi Maltodekstrin (a) 0%, (b) 10%, (c) 15%, (d) 20%, dan (e) 25%

Gambar 6. Hasil Analisis Sensori Flavored Edible Film

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Analisa Sensori Rating Sikhye

Natrium Alginat 4% Natrium Alginat 0% Natrium Alginat 2% Natrium Alginat 1% Natrium Alginat 3%

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

EVALUASI SUBSTITUSI TEPUNG PISANG TANDUK (Musa Corniculata Rumph) TERHADAP PROFIL FISIKOKIMIA ROTI MANIS

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

APLIKASI SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi) SEBAGAI ASIDULAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA ROTI MANIS BERBASIS TEPUNG GAPLEK

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

4.1. Hasil Analisa Kuantitatif spora Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus oligosporus serta Rhizopus oryzae (2:1) (2:1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

FORMAT MENAMPILKAN DATA TABEL, GAMBAR & TEHNIK MEMBAHAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa, dan Gula Invert dalam Suatu Bahan dengan Metode Luff Schoorl ml 0,1 N Natiosulfat.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bahan-bahan Pembuatan Sosis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

EVALUASI MUTU TEPUNG AMPAS TAHU HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN MICROWAVE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian J. REKAPANGAN VOL. 7 NO. 2 Th 2013 PEMBUATAN ROTI MANIS DENGAN SUBSTITUSI WORTEL DAN GLUTEN

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

Lampiran 1. Analisis statistika hubungan antara komposisi dengan kerapatan. a. Tabel anova hubungan antara komposisi dengan nilai kerapatan.

Gambar 5. Penampakan Fisik dan Struktur Granul Bumbu Penyedap Rasa Spirulina pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

Lampiran I. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Dioven pada suhu 40 0 C

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI EMULSIFIER KONSENTRAT PROTEIN BIJI LAMTORO GUNG DAN KUNING TELUR PADA PEMBUATAN ROTI MANIS SKRIPSI. Oleh: TUTIK WINARTI NPM.

PENGGUNAAN TERIGU DAN TEPUNG KOMPOSIT UBI JALAR PUTIH-KECAMBAH KEDELAI-KECAMBAH KACANG HIJAU DALAM PEMBUATAN COOKIES BERSERAT TINGGI

SKRIPSI. KUALITAS MI BASAH DENGAN KOMBINASI EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill) DAN BEKATUL BERAS MERAH. Disusun oleh: Cellica Riyanto NPM:

FORTlFlKASl ZAT BESl PADA MIE KERING YAMG DllBblAT DARl CAMPURAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUMG SlNGKONG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODA PEMBUATAN ADONAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU ROTI MANIS BERBASIS TEPUNG KOMPOSIT YANG DIFORTIFIKASI RUMPUT LAUT

KAJIAN PENGARUH PROPORSI TEPUNG SUKUN TEPUNG MAIZENA TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA DAN OAGANOLEPTIK "BISKUIT MANIS" SKRIPSI 0 LE H :

PEMBUATAN ROTI TAWAR BERSERAT TINGGI DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BEKATUL DAN PENAMBAHAN GLISEROL MONOSTEARAT SKRIPSI

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

Tests of Normality. Statistic df Sig. Statistic df Sig. AW_Segar,071 54,200 *,958 54,054 AW_Kering,118 54,059,954 54,037. Tests of Normality

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... ABSTRAK... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... vi KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN TEPUNG UBI JALAR MADU (Ipomea batatas var Kretek) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG TERIGU DAN GULA DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR KAYA BETAKAROTEN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

HASIL DAN PEMBAHASAN

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI

BAB V HASIL PENELITIAN. terganggunya pertumbuhan tanaman. Curah hujan dan hari hujan dari tahun 1995-

KARAKTERISTIK SENSORIS ROTI MANIS BERBASIS TEPUNG KOMPOSIT YANG DIFORTIFIKASI RUMPUT LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN 3 METODE PEMBUATAN ADONAN (STRAIGHT DOUGH, SPONGE AND DOUGH, DAN BOILED DOUGH) TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN SENSORIS MEXICO BUNS

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG BIJI ALPUKAT TERHADAP SIFAT FISIK COOKIES SKRIPSI. Oleh WIWIN TRI JAYANTI

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROPORSI TERIGU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN PENAMBAHAN TEPUNG FORMULA TEMPE TERHADAP HASIL JADI FLAKE

APLIKASI TEPUNG UBI JALAR MERAH (Ipomoea batatas) DAN TEPUNG MOCAL PADA ROTI MANIS RENDAH GLUTEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Karakteristik Fisik 3.1.1. Nilai Volume Pengembangan Roti Manis (%) Hasil pengujian volume pengembangan roti manis substitusi tepung gaplek dengan penambahan asidulan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Volume Pengembangan (%) Roti Manis Tepung Asidulan (%) Gaplek (%) 0 25 50 75 0 86,64 ± 0,36 ab 113,44 ± 0,50 d 117,86 ± 0,19 a 124,35 ± 0,39 a 10 81,12 ± 0,21 a 110,93 ± 0,50 cd 114,40 ± 0,71 de 120,59 ± 0,50 e 20 77,04 ± 1,14 a 96,58 ± 0,57 b 100,17 ± 0,10 bc 105,24 ± 0,71 c 30 69,10 ± 0,21 a 74,02 ± 0,43 ab 97,53 ± 0,50 bc 100,65 ± 0,36 bc Keterangan : a. Persen volume pengembangan adalah perbandingan antara volume setelah pemanggangan dan volume setelah proofing. b. Semua nilai yang dicantumkan adalah nilai rata-rata ± standar deviasi. c. Nilai huruf dengan superscript yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) dengan menggunakan uji Duncan. d. Gambar produk roti manis masing-masing formulasi dapat dilihat pada lampiran. Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat beda nyata volume pengembangan roti manis dari berbagai perlakuan. Nilai volume pengembangan yang terbesar terdapat pada roti manis tanpa tepung gaplek dengan penambahan asidulan 75% yakni sebesar 124,41 ± 12,38 %. Sedangkan nilai volume pengembangan terkecil terdapat pada roti manis 30% tepung gaplek dengan penambahan asidulan sebesar 0%, yakni sebesar 69,10 ± 0,21 %. Bila dilihat dalam Tabel 3, volume pengembangan roti manis dengan penambahan tepung gaplek saja mengalami penurunan, tetapi setelah ditambah dengan asidulan menjadi semakin meningkat. 12

13 Gambar 3. Volume Pengembangan (%) Roti Manis Gambar 3 menunjukkan penurunan volume pengembangan roti manis seiring bertambahnya tepung gaplek. Volume pengembangan roti manis yang paling optimal diperoleh pada komposisi 0% gaplek dengan penambahan 75% asidulan. Nilai volume pengembangan paling optimal terdapat pada perlakuan 0% tepung gaplek dan hasil volume pengembangan roti manis terus mengalami penurunan ke titik terendah, yaitu pada perlakuan 30% tepung gaplek. Pada komposisi asidulan 25%, 50%, dan 75% memiliki kesamaan profil, yaitu volume pengembangan roti manis menurun seiring bertambah banyaknya perlakuan tepung gaplek, hanya saja pada grafik 50% asidulan, dari perlakuan 20% tepung gaplek menuju ke perlakuan 30% tepung gaplek penurunannya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan grafik asidulan yang lainnya. Roti manis dengan penambahan asidulan yang semakin tinggi menghasilkan nilai volume pengembangan yang meningkat, sedangkan roti manis dengan penambahan komposisi tepung gaplek terhadap tepung terigu dalam adonan menghasilkan nilai volume pengembangan yang cenderung menurun.

14 3.1.2. Nilai Rata-rata Diameter Pori Roti Manis (mm) Hasil pengujian rata-rata diameter pori roti manis substitusi tepung gaplek dengan penambahan asidulan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Diameter Pori (mm) Roti Manis Komposisi Tepung Gaplek Komposisi Asidulan (%) (%) Foto Rata-rata Diameter Pori (mm) 0 0 0,46 ± 0,02 c 25 0,53 ± 0,01 c 50 0,61 ± 0,02 c 75 0,66 ± 0,01 c 10 0 0,44 ± 0,01 c

15 (Lanjutan Tabel 4) Komposisi Tepung Gaplek (%) Komposisi Asidulan (%) Foto Rata-rata Diameter Pori (mm) 25 0,52 ± 0,01 b 50 0,58 ± 0,01 a 75 0,63 ± 0,01 a 20 0 0,43 ± 0,02 a 25 0,51 ± 0,01 a

16 (Lanjutan Tabel 4) Komposisi Tepung Gaplek (%) Komposisi Asidulan (%) Foto Rata-rata Diameter Pori (mm) 50 0,55 ± 0,01 a 75 0,57 ± 0,01 a 30 0 0,42 ± 0,03 a 25 0,51 ± 0,01 a 50 0,54 ± 0,01 a

17 (Lanjutan Tabel 4) Komposisi Tepung Gaplek (%) Komposisi Asidulan (%) Foto Rata-rata Diameter Pori (mm) 75 0,55 ± 0,01 a Keterangan : a. Semua nilai yang dicantumkan adalah nilai rata-rata ± standar deviasi. b. Nilai huruf dengan superscript yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) dengan menggunakan uji Duncan. Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa semakin tinggi komposisi penambahan tepung gaplek dan asidulan, maka semakin besar rata-rata diameter pori roti manis. Pada tabel tersebut menunjukkan adanya beda nyata pada roti manis 10% tepung gaplek dengan asidulan 25%. Rata-rata diameter pori terkecil ada pada roti manis dengan penambahan 30% tepung gaplek tanpa penambahan asidulan yakni 0,42 ± 0,03 mm. Sedangkan rata-rata diameter pori terbesar ada pada roti manis dengan penambahan asidulan 75% tanpa penambahan tepung gaplek, yaitu sebesar 0,66 ± 0,01 mm. Gambar 4. Rata-rata Diameter Pori (mm) Roti Manis

18 Gambar 4 menunjukkan rata-rata diameter pori roti manis. Roti manis dengan penambahan asidulan 25%, 50%, dan 75% memiliki profil yang serupa, yaitu menurun seiring bertambahnya tepung gaplek. Roti manis tanpa penambahan asidulan mengalami peningkatan pada saat penambahan komposisi tepung gaplek sebesar 10% selanjutnya terus mengalami penurunan. Roti manis dengan perlakuan 0% tepung gaplek pada komposisi asidulan 0%, 25%, 50%, dan 75% menghasilkan nilai rata-rata diameter pori yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rata-rata diameter roti manis tertinggi terdapat pada perlakuan 0% tepung gaplek dengan 75% asidulan, sedangkan rata-rata diameter roti manis terendah terdapat pada perlakuan 30% tepung gaplek dengan 0% asidulan. Grafik asidulan 25% dan 50% menunjukkan tren penurunan yang serupa, sedangkan pada grafik asidulan 75% nilai rata-rata diameter pori roti manis mengalami penurunan yang cukup signifikan dari komposisi tepung gaplek 10% menuju komposisi tepung gaplek 20% hingga komposisi 30% bila dibandingkan dengan grafik asidulan 25% dan 50%. Grafik asidulan 0% juga mengalami penurunan rata-rata diameter pori roti manis yang cukup signifikan pada komposisi tepung gaplek 20% menuju komposisi 30%. 3.1.3. Nilai Hardness (gf) Roti Manis Hasil pengujian hardness pada roti manis substitusi tepung gaplek dengan penambahan asidulan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hardness (gf) Roti Manis Tepung Asidulan (%) Gaplek (%) 0 25 50 75 0 281,00 ± 2,04 a 278,63 ± 2,67 a 261,47 ± 3,08 a 255,51 ± 2,57 a 10 364,97 ± 6,78 c 324,65 ± 8,26 bc 314,07 ± 4,40 b 290,76 ± 1,93 ab 20 390,02 ± 1,96 cd 360,80 ± 2,40 c 316,70 ± 2,62 b 297,58 ± 3,15 ab 30 441,67 ± 2,69 d 409,83 ± 2,94 cd 401,37 ± 3,50 cd 360,28 ± 3,51 c Keterangan : a. Semua nilai yang dicantumkan adalah nilai rata-rata ± standar deviasi. b. Nilai huruf dengan superscript yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) dengan menggunakan uji Duncan. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran nilai hardness tertinggi adalah 433,58 ± 3,28 gf, dari perlakuan 30% tepung gaplek dan 25% asidulan. Nilai hardness terendah adalah 260,78 ± 3,08 gf, hasil dari perlakuan 0% tepung gaplek dan 75%

19 asidulan. Beda nyata mulai ditunjukkan pada hasil perlakuan 10% tepung gaplek dan 25% asidulan. Semakin tinggi penambahan tepung gaplek yang diberikan, akan menghasilkan nilai hardness yang semakin meningkat, sementara jika penambahan asidulan semakin meningkat, akan menghasilkan nilai hardness yang semakin menurun. Gambar 5. Nilai Hardness Roti Manis (gf) Pada Gambar 5, semakin tinggi komposisi tepung gaplek yang ditambahkan, semakin tinggi pula nilai hardness. Pemberian asidulan, akan menurunkan nilai hardness. Nilai hardness tertinggi terdapat pada perlakuan 30% tepung gaplek dengan 0% asidulan. Nilai hardness terendah pada perlakuan 0% tepung gaplek dan 75% asidulan.

20 3.1.4. Nilai Intensitas Warna Permukaan Roti Manis Hasil Pengujian intensitas warna pada sampel roti manis substitusi tepung gaplek dengan penambahan asidulan dapat dilihat pada Tabel 6, Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8. Tabel 6. Intensitas Warna Permukaan Roti Manis Roti Manis Asidulan Warna (L*) Warna (a*) Warna (b*) 0% 59,26 ± 4,61 7,59 ± 0,82 34,72 ± 3,37 0% G 25% 62,15 ± 4,54 7,46 ± 1,25 32,54 ± 3,76 50% 63,05 ± 4,77 7,32 ± 0,90 31,01 ± 5,52 75% 64,51 ± 5,29 6,62 ± 0,93 29,38 ± 3,89 0% 50,03 ± 9,33 6,44 ± 1,43 28,16 ± 4,79 10% G 25% 51,82 ± 4,82 6,32 ± 1,17 26,81 ± 6,81 50% 53,10 ± 8,24 6,17 ± 0,93 25,22 ± 5,91 75% 55,74 ± 8,16 6,05 ± 0,54 23,57 ± 4,86 0% 45,76 ± 6,94 5,89 ± 0,60 22,57 ± 5,41 20% G 25% 46,44 ± 7,49 5,74 ± 0,60 21,87 ± 6,52 50% 47,50 ± 6,13 5,61 ± 0,84 20,64 ± 5,74 75% 48,66 ± 6,71 5,42 ± 0,95 19,43 ± 4,66 0% 40,27 ± 11,83 5,23 ± 0,96 18,29 ± 5,07 30% G 25% 41,26 ± 10,10 5,01 ± 0,68 16,90 ± 3,93 50% 43,66 ± 11,32 4,99 ± 0,57 16,11 ± 2,63 75% 44,78 ± 9,52 4,92 ± 0,58 15,40 ± 2,30 Keterangan : Semua nilai yang dicaantumkan adalah nilai rata-rata ± standar deviasi Gambar 6. Nilai L* Roti Manis

21 Gambar 7. Nilai a* Roti Manis Gambar 8. Nilai b* Roti Manis Pada Tabel 6, Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8 diperoleh nilai L*, a*, dan b* pada roti manis yang dihasilkan. Hasil pengukuran nilai L* tertinggi yang ditampilkan pada Tabel 6 di atas adalah 64,51 ± 5,29, pada perlakuan 0% tepung gaplek dan 75% asidulan. Hasil pengukuran nilai L* terendah adalah 40,27 ± 11,83, pada perlakuan 30% tepung gaplek dan 0% asidulan. Hasil pengukuran menunjukkan peningkatan derajat

22 warna putih. Semakin tinggi tepung gaplek yang ditambahkan menyebabkan nilai L* semakin rendah, namun penambahan asidulan yang semakin tinggi menunjukkan nilai L* yang semakin tinggi. Hasil pengukuran nilai a* juga tidak menampilkan beda nyata. Hasil tertinggi adalah 7,59 ± 0,82, dari perlakuan kontrol. Hasil terendah adalah 4,92 ± 0,58, hasil perlakuan 30% tepung gaplek dan 75% asidulan. Hasil a* menunjukkan warna merah dari komposisi tepung gaplek dan asidulan yang ditambahkan membuat nilai a* menjadi semakin menurun. Hasil pengukuran terendah nilai b* adalah 15,40 ± 2,30, dari perlakuan 30% tepung gaplek dan 75% asidulan. Hasil tertinggi adalah 34,72 ± 3,37, hasil dari perlakuan kontrol. Nilai-nilai b* namun menunjukkan penurunan warna kuning dengan semakin tingginya komposisi tepung gaplek yang ditambahkan. 3.2. Karakteristik Kimia 3.2.1. Nilai Kadar Air Roti Manis Hasil pengujian kadar air pada roti manis substitusi tepung gaplek dengan penambahan asidulan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kadar Air Roti Manis Komposisi Komposisi Asidulan (%) Tepung Gaplek 0 25 50 75 (%) 0 50,38 ± 0,05 ab 52,62 ± 0,07 b 53,88 ± 0,04 b 54,37 ± 0,09 c 10 43,06 ± 0,20 ab 44,24 ± 0,03 ab 46,47 ± 0,04 ab 49,50 ± 0,15 ab 20 38,35 ± 0,19 ab 40,61 ± 0,12 ab 41,98 ± 0,14 ab 42,07 ± 0,33 ab 30 33,57 ± 0,30 a 33,90 ± 0,24 a 35,56 ± 0,06 ab 36,85 ± 0,001 ab Keterangan : a. Semua nilai yang dicantumkan adalah nilai rata-rata ± standar deviasi. b. Nilai huruf dengan superscript yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) dengan menggunakan uji Duncan. Pada Tabel 7 di atas, dapat dilihat kadar air roti manis substitusi tepung gaplek. Hasil yang diperoleh tidak menimbulkan beda nyata. Kadar air terendah sebesar 33,57 ± 0,37%, hasil dari perlakuan 30% tepung gaplek dan 0% asidulan. Hasil tertinggi didapatkan dari perlakuan 0% tepung gaplek dan 75% asidulan, yaitu 59,10 ± 19,77%.

23 Gambar 9. Kadar Air Roti Manis Gambar 9 di atas menunjukkan nilai kadar air roti manis. Grafik asidulan 0% dan 75% memiliki profil yang serupa, sedangkan grafik asidulan 25% dan 50% juga memiliki profil yang serupa. Nilai kadar air roti manis yang dihasilkan pada perlakuan 10% tepung gaplek dengan penambahan asidulan 25% menuju perlakuan 20% tepung gaplek dengan penambahan 25% asidulan nilainya semakin menurun tetapi tidak terlalu signifikan seperti pada grafik 0% dan 75%. Nilai kadar air roti manis tertinggi diperoleh pada perlakuan 0% tepung gaplek dengan penambahan asidulan 75%, sedangkan nilai kadar air terendah diperoleh pada perlakuan 30% tepung gaplek dengan penambahan asidulan 0%.

24 3.3. Hasil Uji Korelasi Hasil uji korelasi volume pengembangan, rata-rata diameter pori, hardness, dan kadar air roti manis dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Korelasi Volume Pengembangan, Rata-rata Diameter Pori, Hardness, dan Kadar Air Roti Manis Volume Pengembangan Rata-rata Diameter Kadar Air Hardness Volume 1.886 **.712 ** -.773 ** Pengembangan Rata-rata Diameter.886 ** 1.548 * -.671 ** Kadar Air.712 **.548 * 1 -.935 ** Hardness -.773 ** -.671 ** -.935 ** 1 Pada Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa kadar air memiliki hubungan (korelasi) dengan volume pengembangan dan kekerasan (hardness) roti manis. Semakin tinggi nilai kadar air, maka semakin tinggi pula nilai volume pengembangan, namun nilai kekerasan (hardness) roti manis semakin rendah. Rata-rata diameter pori roti manis juga berhubungan dengan nilai kekerasan (hardness) dan volume pengembangan. Semakin tinggi nilai rata-rata diameter pori, maka semakin tinggi pula nilai volume pengembangan, namun nilai kekerasan (hardness) menjadi semakin rendah.