BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kerusakan jaringan keras gigi. Adanya kavitas atau lubang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

PEMAKAIAN BAHAN ADHESIF TOTAL ETCHING DAN SELF ETCHING DI KEDOKTERAN GIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun bangsa (Taringan, 2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi.

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. posterior dalam dunia kedokteran gigi terus mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hilangnya gigi. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Kementerian

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi mikrobiologi pada gigi yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan keras gigi. Adanya kavitas atau lubang pada gigi merupakan tanda adanya infeksi bakteri. Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa adanya peningkatan prevalensi karies gigi. Secara umum, peningkatan prevalensi karies gigi dapat memengaruhi anak-anak dan orang dewasa, khususnya gigi permanen, pada daerah koronal dan permukaan akar. Kavitas merupakan rongga seperti lubang atau kerusakan struktural di gigi. 1,2 Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menumpat kavitas gigi adalah resin komposit. Bahan komposit yaitu gabungan antara dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang lebih baik daripada bahan itu sendiri. Resin komposit dapat digunakan untuk mengganti struktur gigi yang hilang, memodifikasi struktur gigi dan kontur warna sehingga dapat meningkatkan estetik. Komposit terdiri dari tiga komponen utama yang dimodifikasi dengan senyawa lain. Tiga komponen utama tersebut adalah bahan pengisi, matriks, dan coupling agent. Setiap komposit menggunakan formulasi yang berbeda untuk mencapai berbagai karakteristik. Hal ini memungkinkan dokter untuk memilih produk tertentu yang diindikasikan untuk setiap lokasi lesi, ukuran lesi, beban oklusal, dan individu dengan resiko karies yang tinggi Terdapat 4 1

2 macam tipe resin komposit berdasarkan ukuran partikel filler yaitu macrofiller, microfiller, hybrid, dan nanofiller. 3,4 Salah satu bahan restorasi komposit yang estetiknya baik adalah resin komposit nanofiller. Resin komposit nanofiller ini menggabungkan kekuatan mekanik dari resin komposit hybrid dengan karakteristik estetik yang baik dari resin komposit microfiller sehingga memberikan keuntungan antara lain mengurangi penyusutan polimerisasi dan hasil polishing yang lebih baik. 5-7 Meningkatnya permintaan restorasi estetik di kedokteran gigi telah menyebabkan perkembangan yang memungkinkan ikatan yang lebih kuat untuk enamel dan dentin dengan langkah-langkah yang lebih sedikit. Sistem adhesif telah berkembang menjadi beberapa generasi dengan perubahan dari struktur kimia, mekanisme ikatan, jumlah langkah aplikasi, teknik aplikasi, dan efektivitas klinisnya. Sampai saat ini, terdapat dua metode dalam sistem adesif kedokteran gigi yaitu total-etch (generasi V) yang terdiri dari etsa dan primer dalam dua botol dan self-etch. Bonding generasi V telah diperkenalkan pada tahun 1990-an. Generasi V ini disebut one-bottle, merupakan kombinasi antara bahan primer dan adhesif dalam satu cairan untuk diaplikasikan setelah etsa email dan dentin secara bersama-sama. 8,9 Kekuatan ikat geser pada dentin dapat ditingkatkan dengan pemberian larutan misalnya dengan dentin conditioner untuk mengangkat smear layer atau larutan desinfektan Chlorhexidine bahkan pada konsentrasi yang rendah. Chlorhexidine dikembangkan oleh Imperial Chemical Industri di Inggris pada tahun 1940. Chlorhexidine diperkenalkan kepada kedokteran gigi pada tahun

3 1950 dan telah digunakan pada berbagai bentuk seperti gluconate, asetat dan hydrochlorate. Chlorhexidine adalah desinfeksi yang digunakan pada pasien dengan jaringan lunak atau gusi yang mengalami infeksi, seperti gingivitis atau perikoronitis. 4,10,11,12 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hiraishi (2009) memaparkan analisis tentang pengaruh Chlorhexidine 2% pada dentin terhadap kekuatan ikat microtensile dan nanoleakage pada lutting semen. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kekuatan ikat microtensile pada dentin yang diaplikasikan Chlorhexidine 2% mempunyai pengaruh terhadap kekuatan ikat microtensile. 13 Suatu restorasi yang dapat bertahan lama membutuhkan ikatan yang kuat antara resin komposit dan struktur gigi sehingga dapat menetralkan tekanan yang diperoleh. Pada umumnya, tekanan yang mengenai bahan restorasi merupakan gabungan dari kekuatan tekan, kekuatan tarik dan kekuatan geser. Kekuatan ikatan antara resin komposit dengan email gigi dalam menahan kekuatan gaya geser, dapat diketahui dengan cara mengukur besarnya gaya geser yang dapat diterima oleh resin komposit. 14 Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas maka penulis tertarik ingin meneliti mengenai pengaruh Chlorhexidine 2% terhadap kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller yang diaplikasikan bonding generasi V pada dentin.

4 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan : Apakah terdapat pengaruh Chlorhexidine 2% terhadap kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller yang diaplikasikan bonding generasi V pada dentin? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Chlorhexidine 2% terhadap kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller yang diaplikasikan bonding generasi V pada dentin. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Chlorhexidine 2% terhadap kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller yang diaplikasikan bonding generasi V pada dentin. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan dan terjawabnya rumusan masalah secara akurat. Manfaat penelitian harus dapat dibedakan antara manfaat ilmiah, manfaat praktis dan manfaat akademis. Manfaat penelitian mempunyai dua hal yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan (secara teoritis) dan membantu mengatasi masalah yang ada pada objek yang diteliti. Kegunaan dari penelitian tersebut diharapkan bermanfaat bagi praktisi dan bagi ilmu dibidang kedokteran gigi.

5 1.4.1. Manfaat Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah tentang pengaruh Chlorhexidine 2% terhadap kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller yang diaplikasikan bonding generasi V pada dentin yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu biomaterial kedokteran gigi. 1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pengguna dimasa yang akan datang dalam pemakaian Chlorhexidine 2% untuk meningkatkan kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller yang diaplikasikan bonding generasi V pada dentin. 1.4.3. Manfaat Akademis Untuk menyumbangkan ilmu dan membantu perkembangan ilmu pengetahuan biomaterial kedokteran gigi dalam kajian keilmuan dan perkembangan teknologi. 1.5. Kerangka Pemikiran Kavitas gigi adalah rongga seperti lubang atau kerusakan struktural di gigi. Kavitas gigi dapat disebabkan oleh karies, trauma, kelainan patologis seperti hipoplasia enamel. Kavitas pada gigi harus segera direstorasi agar tidak menyebabkan hipersensitif, pulpitis, gangren pulpa, kelainan periapikal dan kelainan periodontal. Restorasi kavitas dibagi menjadi 2 yaitu restorasi direct dan restorasi indirect. Restorasi direct adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung pada kavitas gigi dalam satu kunjungan, sedangkan restorasi indirect

6 adalah restorasi struktur gigi yang dilakukan diluar mulut pasien. Restorasi direct meliputi restorasi amalgam, restorasi GIC (glass ionomer cement) dan restotasi komposit. Restorasi direct lebih sering digunakan karena manipulasinya mudah, tidak memerlukan proses laboratorium dan harga relatif lebih murah. Restorasi indirect dapat berupa restorasi intrakoronal (inlay), ekstrakoronal (mahkota jaket), dan kombinasi intrakoronal dan ekstrakoronal (onlay). Salah satu restorasi direct yang baik dalam bidang estetik adalah resin komposit. Berdasarkan ukuran partikel filler resin komposit terbagi menjadi macrofiller, microfiller, hybrid, dan nanofiller. Komposit nanofiller adalah jenis nanokomposit yang merupakan kombinasi dari partikel nanomeric dan nanocluster di dalam matriks resin komposit konvensional. Resin nanofiller memiliki ukuran partikel berkisar antara 0.1-100 nm. Resin komposit nanofiller memiliki beberapa keunggulan, diantaranya penyusutan saat polimerisasi (polimerization shrinkage) lebih sedikit dibanding resin komposit konvensional, memiliki sifat mekanis, retensi permukaan yang baik, serta resistensi terhadap keausan lebih baik dibandingkan komposit resin microfiler dan micro-hybrid. 15,16,17,18 Resin komposit tidak dapat berikatan secara kimiawi dengan jaringan keras gigi, sehingga dibutuhkan suatu bahan yang bersifat adhesif (bonding). Sistem adhesif bonding terdiri dari total-etch dan self-etch. Bonding generasi ke V mulai dikenalkan pada pertengahan tahun 1990-an. Generasi ke V merupakan kombinasi antara bahan primer dan bahan adhesif dalam satu

7 cairan untuk diaplikasikan setelah etsa enamel dan dentin secara bersamasama. Sistem ini menghasilkan mechanical interlocking melalui etsa dentin dan terjadi pembentukan hybrid layer serta menunjukkan kekuatan perlekatan yang baik pada email ataupun dentin. 19,20,21,22 Kemampuan sistem adesif (bonding) dapat diukur melalui pengujian kekuatan ikat. Tujuan pengukuran kekuatan ikat adalah untuk menentukan seberapa besar kekuatan ikat antara dua bahan yang berbeda. Uji kekuatan ikat yang sering digunakan adalah kekuatan ikat geser. 19, Beberapa penelitian menyatakan bahwa larutan antibakteri Chlorhexidine gluconate 2% dapat digunakan sebagai disinfektan kavitas dan meningkatkan kekuatan ikat geser. Selain itu, Chlorhexidine gluconate 2% dapat mengurangi jumlah Streptococcus mutans yang terdapat pada permukaan dentin sehingga dapat meminimalkan adanya resiko karies sekunder. Menurut penelitian Hiraishi (2009), Loguercio AD (2009) dan Hebling dkk (2005) selain memiliki efek antibakteri, Chlorhexidine gluconate juga dapat meningkatkan kekuatan ikat dentin dengan cara menghambat enzim matrix metalloproteinases (MMP) yang berperan terhadap degradasi ikatan resin adesif-dentin, enzim ini dapat teraktivasi oleh bahan etsa pada sistem adesif total etch dan self etch. Keuntungan dari Chlorhexidine adalah memiliki toksisitas relatif rendah, bau dan rasa lebih bisa ditoleransi serta tidak ada efek pemutihan. 13,23-25 Berdasarkan pemaparan diatas maka didapatkan hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa adanya pengaruh Chlorhexidine 2% terhadap kekuatan ikat

8 geser resin komposit nanofiller yang diaplikasikan bonding generasi V pada dentin. 1.6. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan analisis statistik metode ANAVA satu arah dengan α = 0,05. 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Ilmu Teknologi Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi dan pengujian kekerasan akan dilakukan di Laboratorium Struktur Ringan Aerodinamika, Institut Teknologi Bandung yang dilaksanakan pada bulan Desember 2016.