BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut laporan World Economic Forum (WEF) dalam Global Competitivenes Report tahun 2010 2011 (World Economic Forum, 2011) menunjukan bahwa posisi daya saing Indonesia berada diperingkat ke-44 dari 139 negara yang disurvei.meski menunjukan kenaikan peringkat dari tahun-tahun sebelumnya, Indonesia dinilai masih tetap menduduki posisi daya saing terendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Daya saing suatu ekonomi daerah menjadi topik yang menarik untuk dicermati karena globalisasi mengakibatkan persaingan dalam memperebutkan faktor-faktor produksi yang semakin meningkat tajam dan tidak lagi dibatasi oleh batas geografis. Dari hasil WEF tersebut, masih lemahnya posisi daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya, khususnya dengan negara-negara di kawasan Asia, terutama terkait dengan masalah infrastruktur, ketidakefesienan birokrasi dan ketidakstabilan penentuan kebijakan. Tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak dari munculnya fenomena Globalisasi ekonomi. Globalisasi ini mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan, dimana semakin tinggi tingkat persaingan antar negara ini tidak hanya akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah, terlebih lagi setelah era otonomi daerah. 1
Proses pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kewenangan yang sangat besar telah diberikan kepada pemerintah daerah. Kondisi ini telah banyak membuka kesempatan emas bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat melalui inovasi, peningkatan transparansi dan akuntabilitasi.serta menciptakan tata kelola ekonomi daerah yang lebih kompetitif dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999). Sehingga tata kelola ekonomi yang baik merupakan salah satu faktor penting yang dapat dipercaya dapat menciptakan iklim usaha yang sehat dan mampu meningkatkan daya saing ekonomi daerah. Tabel 1.1 Peringkat Penilaian Menurut Indikator di Kabupaten Asahan Peringkat Menurut Indikator Utama INPUT 114 I Perekonomian Daerah 64 II SDM dan Ketenagakerjaan 107 III Lingkungan Usaha Produktif 407 IV Infrastruktur, SDA, dan Lingkungan 63 V Perbankan dan Lembaga Keuangan 200 OUTPUT 51 I Produktivitas Tenaga Kerja 46 II PDRB Perkapita 57 III Tingkat Kesempatan Kerja 281 Tabel 1.1 merupakan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE- UNPAD (2008), dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Asahan berada di posisi 73 jika di nilai keseluruhan ranking Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia. Disini juga terlihat jelas di Kabupaten Asahan harus memperbaiki 2
pelayanan dan sistem perbankan dan lembaga keuangan. Dengan demikian dengan memperbaiki sistem dan pelayanan ini memberikan sambutan baik dari masyarakat untuk dapat lebih produktif di dalam lingkungan usaha. Karena di harapkan dengan memiliki lingkungan usaha yang lebih produktif dapat memperluas ataupun meningkatkan kesempatan kerja. Dengan kesinambungan ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi di Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara.Wilayah ini memiliki potensi sumber daya yang sangat besar mulai dari perkebunan, peternakan, perikanan, hidroenergi, wisata alam, hingga industri. Namun kurangnya fokus kerja pemerintah dalam pengembangan sektor unggulan mengakibatkan perekonomian Kabupaten Asahan semakin tahun semakin menurun (Hutasoit, 2013). Tabel 1.2 10 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kotadi Sumatera Utara NO Nama Kabupaten/Kota Peringkat 1 Kota Medan 23 2 Kabupaten Labuhan Batu 65 3 Kabupaten Asahan 73 4 Kabupaten Deli Serdang 95 5 Kota Tanjung Balai 108 6 Kota Pematang Siantar 117 7 Kabupaten Toba Samosir 122 8 Kota Sibolga 131 9 Kota Binjai 141 10 Kabupaten Samosir 146 Dari tabel 1.2 yang merupakan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD (2008) menunjukkan bahwa Kabupaten Asahan jika di nilai secara keseluruhan indikator yang ada berada di peringkat ke 73 di seluruh wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia. Namun jika dibandingkan dengan 3
peringkat wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, Kabupaten Asahan berada di bawah peringkat Kota Medan dan Kabupaten Labuhan Batu. Dengan di latar belakangi ini, menunjukkan bahwa betapa pentingnya kemampuan daerah dalam meningkatkan daya saing daerah sebagai penentu keberhasilan pembangunan daerah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Asahan. 1.2 Perumusan Masalah Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1998:47) Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah : a. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi di Kabupaten Asahan? b. Faktor mana yang memiliki pengaruh besar dalam penentuan daya saing ekonomi di Kabupaten Asahan? 1.3 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi di Kabupaten Asahan. b. Untuk mengetahui faktormana yang memiliki pengaruh besar dalam penentuan daya saing ekonomi di Kabupaten Asahan. 1.4 Manfaat Penelitian 4
a. Sebagai tambahan pengetahuan untuk penulis agar lebih mengetahui tentang daya saing. b. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Asahan untuk membuat perencanaan kebijakan dalam mengembangkan perekonomian berdasarkan daya saing ekonomi setiap daerah. c. Sebagai bahan informasi untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Asahan tentang daerah yang potensial. d. Menambah refrensi tentang daya saing ekonomi suatu daerah untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan studi-studi selanjutnya. 5