BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 2 TAHUN DI DESA JEBOL KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA. Manuscript.

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN TEORI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang akhir-akhir ini muncul di dunia. Di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. tangan mereka kelak nasib bangsa ini ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang berbeda menginformasikan bahwa terdapat hubungan yang. pada anak akan diikuti oleh gangguan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kelangsungan hidup sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerusnya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mental inteligensi serta perilaku anak (Mansjoer, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak pra sekolah adalah anak yang berumur bulan, pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIYAH 50 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002). personal social (kepribadian dan tingkah laku),

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah upaya yang. dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mengenali Perkembangan Balita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang secara alamiah terjadi sebagai akibat dari proses pengalaman yang dialami oleh anak (Hurlock, 2000). Peristiwa perkembangan ini dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual (Soetjiningsih, et al., 2002). Istilah terrible twos sering digunakan untuk menjelaskan masa toddler, yaitu periode dari usia 12-36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku mencari perhatian dan negativisme (pernyataan tegas terhadap suatu kebutuhan). Perilaku ini bisa menjadi sangat menantang bagi orang tua dan anak karena masing-masing belajar untuk mengetahui satu sama lain dengan lebih baik (Hockenberry, et al., 2008). Pada usia toddler kecepatan pertumbuhan akan menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik serta fungsi ekskresi. Pertumbuhan yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Depkes RI, 2010). Tugas perkembangan yang dicapai oleh anak usia toddler yaitu umur 12 bulan anak sudah bisa bermain Ci Luk Ba, menjimpit benda kecil, meniru kata sederhana (papa, mama), berdiri dan jalan berpegangan. Pada masa ini anak juga belajar dengan cara melihat, meraba, meniru, serta mencoba. Pada usia 2 tahun anak sudah bisa menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh, naik tangga dan berlari, meniru pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan mengelap, mencoret coret di kertas. Pada usia 3 tahun anak sudah bisa berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan, berbicara dengan kata kata yang dapat dimengerti, menyebut warna dan angka, makan sendiri tanpa dibantu, memeluk dan mencium orang 1

2 terdekat dengan anak, melempar bola, kemudian periksakan kesehatan dan perkembangan anak umur 3 tahun sedikitnya 2 kali (Depkes RI, 2008). Menurut Nursalam, et al. (2005) kebutuhan anak usia toddler dibagi menjadi 3 yaitu kebutuhan asuh, asih, dan asah. Kebutuhan asuh seperti nutrisi, perawatan kesehatan dasar, kebersihan badan, lingkungan tempat tinggal yang layak, pakaian, pengobatan, dan lain - lain. Kebutuhan asih seperti perhatian orang tua, kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, dukungan orang tua, mandiri, rasa memiliki, dan kebutuhan akan sukses mendapatkan kesempatan dan pengalaman. Sedangkan kebutuhan asah meliputi stimulasi (rangsangan) dini pada semua indra (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, dan mengecap), sistem garak kasar dan halus (motorik kasar dan halus), komunikasi, emosi sosial dan rangsangan untuk berpikir. Salah satu aspek perkembangan anak adalah perkembangan motorik kasar. Perkembangan ini merupakan hasil dari koordinasi antara otot dan saraf yang terjadi secara alami (Mulyani dan Juliska, 2007). Pada usia toddler perkembangan sel-sel otak berlangsung sangat cepat sehingga usia tersebut sangat menunjang untuk dilakukan latihan-latihan perkembangan motorik kasar di usianya supaya perkembangan anak menjadi optimal. Perkembangan motorik kasar anak yang tidak optimal bisa menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi. Perkembangan motorik kasar yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler. Anak dengan serebral palsi dan kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik kasar sebagai akibat spastisitas dan ataksia (Adriana, 2011). Penyakit neuromuskuler seperti muskuler distrofi juga bisa menyebabkan gangguan perkembangan motorik kasar seperti terlambat berjalan, terlambat melompat, belum bisa berdiri satu kaki serta keterampilan lain yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Faktor keluarga juga mempengaruhi perkembangan motorik, seperti anak yang sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik kasar (Adriana, 2011).

3 Stimulasi yaitu kegiatan perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain (Nursalam, et al., 2005). Bahaya akibat keterlambatan perkembangan motorik seperti di atas sebagian dapat dikendalikan dengan stimulasi dari orang tua yang baik. Stimulasi yang diberikan orang tua sebaiknya didasari dengan rasa kasih sayang, karena dengan kasih sayang akan menciptakan ikatan yang erat antara anak dan orang tua. Sehingga anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur dari orang tua akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi (Soetjiningsih, et al., 2002). Banyak penelitian yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak seperti faktor stimulasi, status gizi, dan pengetahuan orang tua. Seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Sukesih (2008) menunjukan bahwa hasil penelitiannya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan perkembangan motorik kasar pada balita. Sedangkan penelitian oleh Rini (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun. Dari analisis peneliti, kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak mempunyai hasil yang berbeda, terhadap perkembangan motorik kasar anak. Kedua penelitian tersebut mempunyai mempunyai letak kesamaan variabel, yaitu di variabel bebasnya yang menjelaskan tentang tingkat pengetahuan orang tua. Dari penelitian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang stimulasi/rangsangan yang diberikan orang tua, apakah mempengaruhi perkembangn motorik kasar anak atau tidak, dan perbedaan dari kedua penelitian tersebut, perbedaan penelitian ini terletak pada variabel bebas dan variabel terikatnya, dan pada variabel terikatnya perbedaan yang paling dominan terletak pada umur penelitian yaitu 1-2 tahun. Berdasarkan data dari Puskesmas Mayong II, di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara didapatkan data jumlah anak usia 1-2 tahun 75 anak

4 (24 %) dari jumlah keseluruhan 312 balita. Berdasarkan hasil observasi peneliti dari anak-anak usia 1-2 tahun melalui kegiatan posyandu di Desa Jebol dan keterangan dari kader-kader di desa tersebut, anak-anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara mengalami pola perkembangan yang berbeda tiap anak. Dari survei yang dilakukan peneliti pada 12 balita di Desa Jebol yang terkait dengan perkembangan motorik kasar, ada 10 anak yang mengalami keterlambatan (delay) dalam perkembangan, misalnya anak umur 1 tahun masih ada yang digendong belum bisa jalan sendiri, umur 2 tahun ketika disuruh melompati kertas yang ada di depannya anak belum bisa, dan beberapa lagi belum bisa berjalan mundur. Berdasarkan hasil wawancara terhadap orang tua mengenai stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun, mereka mengatakan sudah memberikan stimulasi seperti mengajarkan anak berjalan dan berdiri. Akan tetapi sebagian besar orang tua belum mengetahui tugas perkembangan anak usia 1-2 tahun dan bagimana cara menstimulasinya, sehingga stimulasi yang diberikanpun tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor sehingga menjadi karakteristik yang unik dari anak dengan orang tua, diantaranya seperti faktor ekonomi, faktor keterbatasan waktu, dan faktor pengasuhan. Sebagai contoh sebagian besar penduduk desa jebol banyak yang bekerja dan kebanyakan mereka bekerja dari pagi sampai sore hari, sehingga mereka cenderung sering menitipkan anaknya pada nenek atau saudaranya. Kemudian di malam harinya anak harus belajar mengaji di tempat guru ngaji. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Stimulasi Orangtua dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia (1-2 tahun) di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara.

5 B. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Adakah hubungan antara stimulasi yang diberikan orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. 2. Tujuan khusus a. Teridentifikasinya karakteristik anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. b. Teridentifikasinya karakteristik orang tua di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. c. Teridentifikasinya stimulasi orang tua di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. d. Teridentifikasinya perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. e. Menganalisis hubungan antara stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat Memberikan wacana dan informasi pada orang tua dalam melakukan stimulasi perkembangan motorik kasar. 2. Bagi perawat Sebagai bahan acuan dan memperkaya wawasan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang stimulasi perkembangan motorik kasar.

6 3. Bagi institusi pendidikan Dapat memberikan sumbangan informasi bagi institusi pendidikan khususnya bidang keperawatan sebagai masukan materi tentang stimulasi orang tua untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar anak. 4. Bagi penelitian selanjutnya Menambah pengetahuan peneliti untuk mengambangkan penelitian dalam hal perkembangan motorik kasar anak. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait penelitian ini adalah ilmu keperawatan dengan kajian di bidang ilmu keperawatan anak. F. Originalitas Penelitian Beberapa penelitian dengan topik perkembangan anak pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu: Tabel 1.1 Originalitas penelitian No Nama Judul Desain Penelitian Hasil 1 Sukesih (2008) hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan perkembangan motorik kasar pada balita di Desa Parean Girang Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan perkembangan motorik kasar pada balita 2 Nur Setya Rini (2009) hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan metode pendekatan cross sectional Hasil penelitiannya adalah ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun

7 Kedua penelitian tersebut mempunyai mempunyai letak kesamaan variabel, yaitu di variabel bebasnya yang menjelaskan tentang tingkat pengetahuan orang tua. Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas dan variabel terikat, penelitian ini hanya fokus meneliti tentang stimulasi orang tua sebagai variabel bebasnya dan variabel terikatnya adalah anak umur 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara.