BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari utamanya pada bidang pertanian dalam mengendalikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) SKRIPSI

FEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh para petani sayuran dan umum dikonsumsi oleh masyarakat luas di

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

POTENSI EKSTRAK BIJI MAHONI (SWIETENIA MACROPHYLLA) DAN AKAR TUBA (DERRIS ELLIPTICA) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA CAISIN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

I. PENDAHULUAN. kalorinya dari beras. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas pemerintah. karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

69 ZIRAA AH, Volume 42 Nomor 1, Pebruari 2017 Halaman e - ISSN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

KETAHANAN DAN PENGARUH FITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK Piper retrofractum & Annona squamosa PADA PENGUJIAN SEMI LAPANG. Oleh: Nur Isnaeni A

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

I. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes, gejala malaria pada tahun 2013 (WHO, 2014).

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

UJI EKSTRAK DAUN PEPAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jarak cina (Jatropha multifida Linn) sebagai pestisida nabati pengendali hama

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

ABSTRAK UJI EKSTRAK BUAH CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI

EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden *

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

PENGARUH EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP TAHAPAN PERKEMBANGAN Spodoptera litura Fabricius

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN HAMA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

Mayestic Silverly Chintami Mawuntu 1) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PESTISIDA ORGANIK DAN INTERVAL PENYEMPROTAN TERHADAP HAMA Plutellaxylostella PADA BUDIDAYA TANAMAN KUBIS ORGANIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB V PEMBAHASAN. konsentrasi granul ekstrak daun salam yang akan dipakai pada uji penelitian. Pada uji

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

UJI EFEKTIFITAS LARUTAN PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA ULAT KROP (Crocidolomia pavonana L.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae)

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

Elva Anggraini ZR, Sonja V.T. Lumowa, Helmy Hassan Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang sering dilakukan oleh para petani dalam menangani dan mengurangi serangan hama pada tanaman adalah dengan penggunaan pestisida kimia. Saat ini, pestisida kimia telah banyak digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari utamanya pada bidang pertanian dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman (Sudarmo, 1991). Penggunaan pestisida kimia dianggap menjadi alternatif mudah untuk dilakukan serta hasil yang diberikan cepat (Sastosiswojo, 2005). Penggunaan pestisida kimia dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi sebenarnya dapat menimbulkan beberapa pengaruh negatif terhadap lingkungan yang terpapar pestisida kimia, secara tidak langsung dapat mengakibatkan kerugian baik langsung maupun tidak langsung. Residu kimia dalam pestisida kimia dapat menimbulkan keracunan bahkan kematian terhadap manusia, selain dari itu adanya pencemaran lingkungan, resistensi, resurjensi, dan kematian organisme bukan sasaran juga dapat terjadi jika pestisida kimia digunakan secara terus menerus dan tidak bijaksana (Oka, 1994). Banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia tersebut, maka perlu adanya suatu upaya alternatif yang dapat memberikan suatu penyelesaian masalah tersebut tanpa mengabaikan kelestarian terhadap lingkungan. Penggunaan pestisida nabati adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk permasalahan tersebut, tanpa memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, serta murah, dan mudah dalam penggunaannya. Pestisida nabati yaitu 1

2 pestisida yang terbuat dari bagian-bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai zat penolak, pembunuh serta penghambat perkembangan organisme pengganggu tanaman. Pestisida nabati bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan (Kardinan, 2005). Dengan kata lain relatif aman untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satu tumbuhan yang dapat dibuat pestisida nabati yaitu daun pepaya (Carica papaya L.), yang memiliki kandungan papain, flavonoid, tanin dan saponin dan berperan sebagai racun perut dimana senyawa-senyawa tersebut berperan sebagai antifertilitas dan penghambat pembentukan kutikula pada serangga (Sianturi, 2001). Selain itu, ada biji mahoni (Swietenia mahagoni) yang mengandung swietenin dan limonoid sebagai penghambat ini dimana senyawasenyawa tersebut berperan sebagai antifertilitas dan penghambat pembentukan kutikula pada serangga (Sianturi, 2001). Jahe (Zingiber officinale) dengan kandungan senyawa gingerol yang ketika bereaksi dengan serangga dapat menimbulkan lisis, serta kaemferol yang dapat merusak sistem pernafasan pada serangga (Indah & Made, 2016). Penggunaan pestisida nabati juga dapat dijadikan alternatif dalam mengendalikan hama krop (Crocidolomia binotalis Zell.) yaitu hama penting pada tanaman kubis-kubisan atau keluarga Brassicaceae yang dapat menurunkan produktivitas tanaman termasuk tanaman kailan (Brassica oleracea) yang merupakan komoditi populer dan potensial serta memiliki nilai komersil yang tinggi (Cahyono, 2001). Kailan banyak dibudidayakan di Indonesia konsumsi

3 tanaman kailan khususnya di Indonesia mencapai 1,48 juta t / ha pada tahun 2012 (Badan Pusat Statistik, 2012). Sehubungan dengan hal tersebut juga maka produksi tanaman kailan perlu ditingkatkan. Pengendalian C. Binotalis dengan pestisida kimia dirasa efektif, namun dampak yang ditimbulkan dari pestisida kimia pada lingkungan dan makhluk hidup tidak baik jika digunakan secara terus menerus karena dapat menimbulkan residu kimia yang bersifat toksik (Oka, 1994). Penggunaan pestisida nabati daun pepaya (Carica papaya L.), biji mahoni (Swietenia mahagoni), serta jahe (Zingiber officinale) yang memiliki kandungan sebagai pembunuh, penolak serta penghambat organisme pengganggu tanaman diharapkan dapat menjadi alternatif yang murah serta mudah dalam pengendalian pada hama C.binotalis ini dengan tujuan agar penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama C.binotalis dapat diminimalisir karena dampak negatifnya terhadap lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah penggunaan beberapa pestisida nabati berpengaruh terhadap mortalitas hama krop (Crocidolomia binotalis Zell.) pada pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleracea Var. Achepala). 2. Konsentrasi manakah yang paling tepat dalam mengendalikan hama krop (Crocidolomia binotalis Zell.) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleracea Var. Achepala) dari beberapa pestisida nabati.

4 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mempelajari efektivitas dari beberapa pestisida nabati terhadap populasi hama krop (Crocidolomia binotalis Zell.) pada pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleracea Var. Achepala). 2. Mempelajari konsentrasi dari beberapa pestisida nabati yang paling tepat dalam mengendalikan hama krop (Crocidolomia binotalis Zell.) pada pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleracea Var. Achepala). 1.3 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai metode pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan cara mudah, murah dan ramah lingkungan dengan penggunaan pestisida nabati. Selain itu diharapkan pengendalian OPT dapat diterapkan oleh para petani sebagai alternatif dalam pengendalian hama krop (Crocodolomia binotalis Zell.) pada tanaman kailan (Brassica oleracea Var. Achepala) untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia yang bersifat tidak baik pada lingkungan jika digunakan secara terus menerus. 1.4 Kerangka Pemikiran Kailan (Brassica oleracea) termasuk famili Brassicaceae, merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena kailan memiliki nilai komersil yang cukup tinggi (Cahyono, 2001). Minat masyarakat Indonesia akan tanaman kailan cukup tinggi hal tersebut dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu konsumsi kailan pada tahun 2012 mencapai 1,48 t ha -1 (Badan Pusat Statistik, 2012).

5 Berdasarkan data tersebut, maka produksi tanaman kailan perlu ditingkatkan. Beberapa faktor dapat menyebabkan rendahnya produktivitas tanaman kailan, salah satunya diakibatkan oleh serangan hama. Adapun hama penting pada tanaman kailan adalah ulat krop (Crocidolomia binotalis Zell.). Hama krop (C.binotalis) termasuk kedalam ordo Lepidoptera hama ini menyerang daun yang masih muda menuju titik tumbuh tanaman kailan yang sangat merusak dan dapat mengurangi produksi kailan (Lubis, 1982). Upaya yang selama ini telah dilakukan pada hama krop (C. binotalis) adalah dengan pestisida kimia karena hal ini dianggap sebagai pilihan utama serta efektif dalam mengendalikan hama krop (C.binotalis). Pada kenyataannya, penggunaan pestisida kimia dalam jangka waktu panjang serta frekuensi yang sering dapat mengakibatkan dampak negatif. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya penggunaan pestisida yaitu terjadinya resistensi hama, resurjensi, serta berkurangnya populasi musuh alami. Residu dari pestisida kimia juga mengakibatkan pencemaran lingkungan serta bersifat toksik yang berbahaya bagi makhluk hidup (Oka, 1994). Berdasarkan halhal tersebut, diperlukan suatu cara alternatif untuk mengatasi permasalahan mengenai pengendalian hama, termasuk pengendalian hama krop (C. binotalis). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati atau bio pestisida merupakan pestisida yang terbuat dari bagian-bagian tumbuhan yang dapat mengendalikan organisme pengganggu tanaman (Harjono, 1999).

6 Pestisida nabati memiliki keunggulan, diantaranya pestisida nabati mudah terurai dialam. Pestisida nabati juga tidak akan menimbulkan residu kimia pada tanah atau tanaman, sehingga pestisida nabati aman untuk digunakan. Selain itu pestisida nabati tergolong murah dibandingkan pestisida kimia, serta mudah dalam pengerjaannya. Tumbuhan yang dapat dijadikan pestisida nabati salah satunya adalah pepaya (Carica papaya L.) salah satu bagian tanaman pepaya yaitu daun pepaya memiliki kandungan kimia yaitu enzim papain, flavonoid, saponin, tanin yang dapat digunakan sebagai larvasida yang tentunya bisa dijadikan sebagai pestisida nabati (Priyono, 2007). Salah satu penelitian menyebutkan bahwa yang menggunakan larutan daun pepaya sebanyak 40 g / 100 ml air menyebabkan mortalitas pada larva P. xylostella sebesar 100% (Siahaya dan Rumthe,2014). Biji mahoni (Swietenia mahagoni) mengandung zat aktif swietenin dan limonoid, yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama (Soenandar M, 2010). Hasil salah satu penelitian Septian, dkk (2013) menyebutkan bahwa konsentrasi larutan pestisida nabati biji mahoni yaitu 55 ml / L menunjukkan nilai mortalitas sebesar 80% pada larva S.litura. Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman lainnya yang dapat dijadikan pestisida nabati, jahe sebagai tanaman obat memiliki pangsa pasar yang baik serta banyak dibudidayakan di Indonesia (Indah dan Made, 2016). Jahe memiliki kandungan yang kaya manfaat, salah satunya terdapat gingerol yang dapat menimbulkan lisis, mengganggu membran sel dan pernafasan sehingga mengakibatkan terganggunya sistem pencernaan serangga (Indah dan Made, 2016).

7 Salah satu penelitian mengenai jahe sebagai insektisida nabati yaitu penggunaan filtrat 500 gl -1 (100%) jahe yang di encerkan menjadi konsentrasi 20% menyebabkan mortalitas pada hama P.xylostella masing-masing sebesar 94 % (Asfi, 2015). Kailan (Brassica oleracea Var. Achepala) Menyerang daun yang masih muda menuju titik tumbuh, menghambat pertumbuhan kailan dan mengurangi produksi kailan OPT : -Plutella xylostella -Crocidolomia binotalis Zell. Penggunaan pestisida nabati dari tumbuhan yang memiliki sifat sebagai repelent dan antifeedant Pengendalian: Fisik, Kimiawi, Biologi Penggunaan pestisida nabati -Daun Pepaya (Carica papaya) -Biji Mahoni (Swetenia mahgony) - Jahe (Zingiber officinale) - Daun Pepaya : enzim papain, flavonoid, saponin,tanin yang digunakan sebagai larvasina - Biji mahoni : zat aktif swetenin dan limonoid, yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati - Jahe : terdapat gingerol yang dapat menimbulkan lisis Daun kailan yamg masih muda tidak terserang sehingga pertumbuhan dan produksi kailan dapat dipertahankan Gambar 1 Diagram Alur Pemikiran

8 1.5 Hipotesis 1. Pestisida nabati efektif terhadap pengendalian hama krop (Crocidolomia binotalis Zell.) untuk mempertahankan pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleracea Var. Achepala) 2. Salah satu konsentrasi pestisida nabati efektif terhadap mortalitas hama krop (Crocidolomia binotalis Zell.) sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleracea Var.Achepala) dapat dipertahankan.