1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuberkulosis adalah penyakit langsung yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium Tuberculosis. Cara penularan penyakit Tuberkulosis (TB Paru) biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium tuberkulosis yang dilepaskan pada saat penderita TB Paru batuk, pada anak -anak sumber umumnya berasal dari penderita TB Paru dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru paru akan berkembang biak menjadi banyak ( terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah) dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening (Smeltzer, 2000) Apabila individu telah terkena TB Paru maka dapat berakibat perubahan konsep diri, perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Dampak bagi keluarga adalah penularan berupa droplet infecsion (penularan lewat udara) yang sangat berbahaya dapat menular kapanpun. Dampak dari keluarga dapat menyebar kedalam komunitas yang luas (Depkes, 2009) Menurut Darwanto (2007). Penyakit Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Penyakit tuberkulosis paru banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari kelompok sosial ekonomi rendah dan berpendidikan rendah. Meningkatnya kasus HIV/AIDS 1
2 yang menurunkan daya tubuh juga menyebabkan meningkatnya kembali penyakit TB paru dinegara-negara yang sudah berhasil mengendalikan penyakit. Banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, penderita dengan basil tahan asam (BTA) positif berisiko menularkan penyakit pada orang lainnya. Tahun 2010 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB PARU. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penderita TB Paru di Indonesia mencapai 1,5 juta orang yang sebelumya pada tahun 2009 mencapai 1,3 juta (WHO,2010) Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian MDGs. Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu Prevalensi, Mortalitas, Penemuan kasus dan Keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000 penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka Penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia telah mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015 sesuai target RJPMN. Angka keberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu91%pada tahun 2009 (WHO,2010) Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah
3 India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China. Dalam upaya penanggulangan TB Paru di Indonesia telah ditetapkan tujuan program pemberantasan yang meliputi tujuan jangka panjang yaitu menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan TB Paru dengan cara memutuskan rantai penularan sehingga penyakit TB Paru tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dan tujuan jangka pendek yaitu menyembuhkan minimal 85% penderita baru BTA (+) yang ditemukan, tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap (Depkes, 2009). Menurut Darmanto (2007) faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian TB Paru adalah sosial ekonomi. Sosial ekonomi yang rendah merupakan keadaan yang mengarah pada kondisi rumah dan kondisi kerja yang buruk. Kondisi ini dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Rungu (2003) bahwasannya sosial ekonomi menduduki peringkat tertinggi faktor yang menyebabkan TB Paru. Wilayah kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan penderita TB Paru meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2010 jumlah penderita TB Paru sebanyak 26 orang, dan pada tahun 2011 jumlah penderita TB Paru sebanyak 38 orang BTA positif dan 32 orang negatif. Dari tahun tersebut didapatkan peningatan sebanyak 33%. Data tersebut ditunjang dengan dilakukannnya studi awal didapatkan 7 dari 10 orang di Puskesmas Gabus II Kabupaten
4 Grobogan tidak mengetahui tentang tanda dan gejala TB Paru. Di wilayah kerja Puskesmas Gabus I Kabupaten Grobogan pendidikan masyarakat masih rendah, banyak yang tidak sekolah yang menyebabkan pendidikan penduduk rendah, di dapatkan dari data kelurahan sebanyak 65 % penduduknya adalah petani yang memiliki ekonomi rendah, dilain sisi juga kepadatan hunian yang begitu padat yang hal itu menyebabkan peningkatan TB Paru di wilayah tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Runggu (2003) di Kota Surabaya didapatkan bahwa, pendidikan, kepadatan hunian dan pekerjaan merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB paru. Kepadatan hunia dan pekerjaan merupakan faktor risiko tertinggi terhadap kejadian TB paru. Faktor risiko pendidikan, kepadatan penghuni dan ventilasi rumah sedikit berpengaruh terhadap kejadian TB paru. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini perlu diteliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan. B. Rumusan masalah Dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah apa sajakah Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan?
5 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan Jenis Kelamin penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan b. Mendeskripsikan pendidikan penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan c. Mendeskripsikan umur penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan d. Mendeskripsikan Pekerjaan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan e. Mendeskripsikan pengetahuan tentang TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan f. Mendeskripsikan kepadatan hunian penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan g. Mendeskripsikan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan h. Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan
6 i. Menganalisis hubungan Pendidikan dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan j. Menganalisis hubungan umur dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan k. Menganalisis hubungan pekerjaan dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan l. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang TB Paru dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan m. Menganalisis hubungan kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Grobogan D. Manfaat penelitian a. Bagi puskesmas Sebagai masukan bagi puskesmas agar selalu mensosialisasikan berbagai macam faktor-faktor penyebab TB Paru kepada semua lapisan masyarakat, sehingga setiap penyakit menular tersebut dapat terdetekasi lebih dini dan segera mendapatkan pelayanan medis secara tapat. b. Bagi perawat Sebagai gambaran bagi perawat dalam memberikan informasi yang tepat bagi masyarakat, terutama mengenai pengetahuan TB Paru. c. Bagi ilmu keperawatan
7 Hasil penelitian dapat menjadi bahan pustaka untuk menambah wawasan tentang penyakit menular. d. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelitian selanjutnya. E. Bidang ilmu Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah keperawatan komunitas