BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan. Dalam membangun dan menjalankan sebuah bisnis, lingkungan eksternal

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I.PENDAHULUAN kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

Outlook Bisnis Peternakan Menyambut Tahun Politik dan Tahun Bebas AGP

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Katalog BPS:

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan Pemerintah terkait Logistik Peternakan

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan. Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Dalam membangun dan menjalankan sebuah bisnis, lingkungan eksternal merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan karena lingkungan eksternal dapat mempengaruhi kegiatan bisnis yang dijalankan. Lingkungan eksternal dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Lingkungan eksternal dapat berupa analisis demografi sebuah wilayah apakah dapat mendukung aktivitas bisnis tersebut dan apakah wilayah tersebut memiliki potensi pasar yang besar atau kecil, lalu adanya peraturan atau kebijakan yang ada di suatu wilayah yang mengatur produk yang akan dihasilkan, seperti adanya impor daging sapi dari luar negeri baik daging beku atau sapi bakalan (masih hidup) secara besar-besaran karena tidak tercukupinya permintaan yang ada di pasar. Pada tahun 2011 dan 2012 pemerintah telah mengimpor daging sapi sebesar 157.000 ton daging dan 85.000 ton daging (BPS, 2012). Faktor eksternal yang lain seperti budaya suatu wilayah, seperti di Bali. Masyarakat Bali banyak yang memeluk agama Hindu dimana agama tersebut melarang pemeluknya untuk makan daging sapi karena dipercaya bahwa sapi merupakan salah satu tumpangan dewa. Oleh karena itu permintaan tidak besar di wilayah tersebut. Lingkungan eksternal dapat digunakan untuk mengetahui peluang (opportunity) serta ancaman (threat) yang dapat memberikan pengaruh yang besar

terhadap bisnis yang dijalankan. Perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang dapat memberikan dampak yang negatif terhadap perusahaan serta perusahaan dapat mempunyai strategi dalam mengambil keputusan-keputusan yang dibuat. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang ada di Indonesia. Keberadaannya dapat membantu mencukupi kebutuhan daging di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satu peternakan penting yang ada di Indonesia yaitu peternakan sapi. Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Dari tahun ke tahun PDB yang dihasilkan selalu meningkat tetapi prosentase peningkatannya mengalami penurunan. Pada tahun 2010, 2011 dan 2012 prosentase peningkatan PBD sektor pertanian sebesar 14,9 persen, 10,7 persen, 9,06 persen (BPS, 2012). Meskipun mengalami penurunan dalam prosentasi tetapi masih terjadi kenaikan dari tahun ke tahun. Tabel 1.1 menunjukkan jumlah populasi ternak yang ada di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Data-data tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Populasi Ternak (ribuan) 2004-2011 No Jenis/ Species Tahun/ Year 2009 2010 2011 2012 2013 *) 1 Sapi Potong/ Beef Cattle 12.76 13.582 14.824 15.981 16.607 2 Sapi Perah/ Dairy Cattle 475 488 597 612 636 3 Kerbau/ Buffalo 1.933 2.000 1.305 1.438 1.484 4 Kambing/ Goat 15.815 16.62 16.946 17.906 18.576 5 Domba/ Sheep 10.199 10.725 11.791 13.420 14.56 6 Babi/ Pig 6.975 7.477 7.525 7.900 8.246 7 Kuda/ Horse 399 419 409 437 454 8 Kelinci/ Rabbit 887 834 760 1.075 1,090 9 Ayam Buras/ Native Chicken 249.963 257.544 264,340 274.564 290.455 10 Ayam Ras Petelur/ Layer 111.418 105.21 124.636 138.718 147.279 11 Ayam Ras Pedaging/ Broiler 1.026.379 986.872 1.177.991 1.244.402 1.355.288 2

12 Itik/ Duck 40.676 44.302 43.488 44.357 46.313 Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013 Dari data tersebut bahwa populasi dari hewan ternak konsumsi terus mengalami peningkatan meskipun ada beberapa yang tidak meningkat terus, hal tersebut berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah permintaan yang ada di Indonesia. Dari sekian banyaknya jumlah populasi hewan ternak yang ada, ternyata belum cukup untuk memenuhi kebutuhan permintaan terutama daging sapi. Pemerintah masih saja melakukan import daging sapi baik yang berbasis sapi bakalan maupun daging beku. Hal ini merupakan salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hewan ternak di seluruh wilayah Indonesia. Bisnis Peternakan di Indonesia sekarang ini semakin menjanjikan bagi para pengusaha peternakan sapi dan peternak individu. Pemerintah juga mempunyai peranan yang penting bagi para pengusaha dan peternak individu sapi. Kerjasama yang baik menghasilkan persediaan sapi yang konsisten. Pemerintah juga dapat memonitor kualitas dari produk yang di hasilkan oleh pengusaha dan peternak individu. Pengusaha dan peternak individu dapat mengembangkan usahanya sebesar mungkin dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Tabel 1.2 menunjukkan adanya peningkatan industri peternak sapi. Tabel 1.2 Jumlah Perusahaan Ternak Besar dan Kecil Menurut Kegiatan Utama Tahun Jumlah Pembudidaya Sapi Potong 2000 71 2001 72 2002 73 2003 65 3

2004 35 2005 30 2006 29 2007 30 2008 34 Lanjutan Tabel 1.2 Jumlah Perusahaan Ternak Besar dan Kecil Menurut Kegiatan Utama Tahun Jumlah Pembudidaya Sapi Potong 2009 41 2010 41 2011 62 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Dari tabel diatas peternak sapi potong untuk budidaya mengalami penurunan dari tahun 2003 sampai 2006. Sedangkan pada tahun 2008 sampai 2011 mengalami peningkatan jumlah peternak sapi budidaya tetapi tidak melebihi pada saat tahun 2000. Hal ini yang dapat dijadikan peluang bisnis, karena kebutuhan dalam negeri yang masih belum tercukupi dan jumlah peternak sapi yang belum banyak. Sebagai negara agraris tentunya Indonesia memiliki banyak pasokan bahan pakan yang digunakan untuk memenuhi pakan ternak yang ada dan merupakan peluang untuk menambah jumlah sapi ternak. Indonesia belum sanggup untuk memenuhi kuota dari dalam negeri, dan masih melakukan impor daging sapi dari negara tetangga seperti Australia. Besar kemungkinan Indonesia tidak lagi melakukan impor sapi, jika Indonesia dapat mensukseskan peternakan sapi yang ada di Indonesia dengan meningkatkan kuota produksi sapi. Indonesia tidak hanya memiliki sumber pakan yang melimpah tetapi sumber daya manusia juga banyak yang berkompeten didalam peternakan sapi ini. 4

Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang no 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan yang digunakan sebagai patokan awal mendirikan bisnis peternakan penggemukan sapi potong. Kebijakan-kebijakan yang dibuat dalam undang-undang tersebut memiliki peranan penting bagi kegiatan bisnis yang dijalankan. Data BPS juga menjelaskan impor yang dilakukan pemerintah sudah semakin turun, tetapi harga daging sapi masih cukup mahal kisaran 100.000-110.000 per kilo gram (Rahkma, 2013). Jumlah kebutuhan daging sapi di Indonesia sangat besar, hal ini diiringi dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin tahun semakin bertambah besar. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237,641,326 jiwa dimana dalam sepuluh tahun terakhir pertumbuhanya mencapai 1,52 persen per tahun (BPS, 2013). Jumlah penduduk miskin yang di Indonesia sebesar 24.065 persen dari jumlah total penduduk Indonesia. Selebihnya golongan menengah ke atas. Besar kemungkinan pengkonsumsi daging sapi tersebut dari kalangan menegah keatas. Dapat dibayangkan hampir 180 juta jiwa yang calon pengkonsumsi daging sapi, oleh karena itu kebutuhan permintaan daging selalu meningkat dari tahun-ketahun. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, masyarakat kelas menengah di Indonesia berkembang sangat pesat. Jumlah kelas menengah merupakan masyarakat yang memiliki pengeluaran antara 2-20 dolar per harinya. Golongan tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2003 jumlahnya sekitar 81 juta, maka tahun 2010 telah naik mencapai 131 juta orang (Unjianto, 2013). Banyaknya 5

jumlah penduduk yang golongan menengah keatas tersebut merupakan salah satu potensi pasar yang besar bagi para investor-investor dari luar. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat konsumsi daging sebesar 449.000 ton daging sapi di tahun 2011 dan 484.000 ton daging sapi ditahun 2012 (Prihtiyani, 2012). Data konsumsi yang diberikan BPS terlihat adanya penambahan kuota daging dari tahun 2011 ke 2012 yang tidak sedikit hampir 40 ribu ton daging sapi. Peningkatan pendapatan masyarakat membuat konsumsi daging terus naik. Konsusmsi untuk penduduk Indonesia ditingkatkan dari sebelumnya. Hal ini dipertegas oleh Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, pemerintah akan menggunakan data konsumsi daging perkapita per tahun 2 kg untuk menyesuaikan dengan data pasokan daging sapi dimana sebelumnya hanya 1,76 kg perkapita pertahun (bisnis, 2011). Hal tersebut terlihat masih sangat rendah daya konsumsi dari seluruh masyarakat Indonesia. Kebijakan yang diberikan pemerintah semakin membuat peternak sapi mempunyai peluang yang besar untuk menjalankan bisnisnya. Peluang mendirikan sapi potong ini dapat dilakukan di wilayah DI Yogyakarta. Wilayah ini memiliki potensi sumber daya yang melimpah seperti pakan, tenaga kerja. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari kepala bidang peternakan DI Yogyakarta bahwa tahun 2014 menargetkan pengiriman sapi ke Ibu Kota dan Jawa Barat sebanyak 15.000 ekor sapi, dimana populasi yang dimiliki pada tahun 2012 sebanyak 358.000 ekor sapi (Antara, 2013). Pada tahun 2013 DI 6

Yogyakarta ditargetkan memiliki populasi sapi sebanyak 385.000 ekor sapi. Data dari Dinas Peternakan propinsi DI Yogyakarta, konsumsi daging sapi masyarakat diwilayah DI Yogyakarta pada tahun 2012 sebesar 6.887 ton daging sapi. Peternak sapi yang ada di wilayah Yogyakarta tidak sedikit, beberapa peternak sapi didirikan dengan kelompok tani. Salah satu peternakan sapi yang berfokus pada penggemukan di DI Yogyakarta yaitu di wilayah Segoroyoso, Pleret Bantul. Peternak sapi disana lebih mengutamakan peternakan penggemukan sapi. Salah satu perusahaan ternak penggemukan sapi di Segoroyoso yaitu CV. Restu Bumi. Perusahaan tersebut memiliki 3 tempat kandang sapi, dimana setiap kandang diisi sekitar 100 ekor sapi. Perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya secara professional dalam hal pemberian pakan. Selain CV. Restu Bumi, beberapa peternak diwilayah tersebut belum menerapkan pemberian pakan secara professional. Wilayah Segoroyoso merupakan salah satu pemasok daging sapi terbesar di DI Yogyakarta yang memiliki andil besar dalam mempengaruhi harga komoditas (Sutopo, 2013). Hal tersebut dapat menjadi monopoli harga daging di pasar DI Yogyakarta. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu adanya pengusaha baru yang menjalankan ternak penggemukan sapi potong. Peluang yang ada saat ini sangat menjanjikan untuk menjalankan bisnis ternak penggemukan sapi ini. Masih belum banyak peternak yang menjalankan penggemukan sapi secara profesional seperti pemberian pakan sapi secara intensif dengan kapasitas yang besar. Regulasi yang dibuat Dinas Peternakan dapat mendorong untuk menjalankan usaha ini. Setiap menjalankan sebuah bisnis pasti mengalami banyak kendala tidak terkecuali bisnis penggemukan sapi ini. Kendala 7

yang dihadapi salah satunya yaitu besarnya biaya pakan untuk sapi yang digemukan. Pakan yang diberikan tidak hanya hanya berupa ruput saja, tetapi juga dibutuhkan pakan berupa konsentrat agar pertumbuhan dari sapi tersebut dapat secara maksimal. Bahan pakan baik konsentrat ataupun rumput mengalami kenaikan terus-menerus dari tahun ke tahun. Untuk mengurangi biaya pakan yang besar, perusahaan harus dapat membuat alternatif yang dapat mengurangi biaya tersebut dengan menerapkan teknik proses penggemukan sapi secara cepat dengan memperhatikan kandungan nutrisi yang terdapat pada pakan. Di DI Yogyakarta sumber daya pakan baik pakan hijauan atau pakan konsentrat tidak sulit untuk dicari. Kendala lain, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat berapa besar impor sapi yang dilakukan oleh pemerintah serta adanya pesaing baru yang membuat peternakan yang sama di DI Yogyakarta. Didalam menjalankan kegiatan usaha ini, perusahaan dapat dipengaruhi berbagai hal seperti biaya operasional. Biaya operasional yang dapat berupa biaya input dan output seperti harga bahan pakan yang dijadikan pakan untuk sapi-sapi yang digemukkan. Sebagai perusahaan yang menjalankan usaha ini harus dapat memprediksi kenaikan-kenaikan harga bahan pakan yang ada. Usaha yang dijalankan oleh para peternak-peternak baru harus dapat menjalankan cost-saving. Hal tersebut ditujukan untuk dapat mengembangkan usaha yang dijalankan dan dapat berkompetisi dengan peternak sapi yang lain karena biaya yang dikeluarkan dapat dikurangi secara besar. Usaha ini pada dasarnya membutuhkan biaya yang besar dan merupakan sebuah investasi jangka panjang. Perencanaan yang dibuat oleh peternak harus tepat pada sasaran agar 8

dapat mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan. Investasi dapat dilakukan sendiri atau bekerjasama dengan investor lain guna dapat menjalankan rencana bisnis kedepannya. Peternakan sapi tidak hanya dimiliki oleh suatu organisasi dimana di produksi dalam jumlah besar.warga penduduk yang bertempat di desa juga memiliki peternakan sapi tetapi dalam jumlah kecil masing-masing rumah tangga peternak tersebut hanya memelihara 2-3 ekor sapi (Purwanto, 2013). Hal tersebut dimaksudkan hanya untuk menabung bagi para peternak individu tersebut. Cara pemberian pakan yang juga masih tergolong tradisional. Informasi teknik pemberian pakan sangat rendah. Hasil yang didapat oleh peternak tersebut juga tidak maksimal. Mereka hanya memikirkan yang penting dikasih makan saja. Pada dasarnya ada teknik pemberian pakan yang dapat memaksimalkan pertumbuhan berat badan pada sapi. Sapi yang diternak dengan cara intensif akan bertambah berat badannya 1,3-1,7 kg perhari (Rahmat dan Harianto, 2012). Sudah seharusnya sebagai calon pengusaha penggemukan sapi harus dapat memberikan arahan kepada para peternak sapi individu didalam teknik pemberian pakan, agar peternak-peternak tersebut mendapatkan revenue yang besar. Ada teknik khusus pemberian pakan yang benar yang dapat digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan dari sapi yang di ternak. Komposisi pakan yang benar meningkatkan berat badan dari sapi tersebut. Seperti pemberian pakan menggunakan rumput gajah, jerami yang difermentasi dan pemberian konsentrat yang memadai dapat meningkatkan pertumbuhan berat sapi secara maksimal. Oleh karena itu rencana bisnis ini tidak hanya asal-asalan dalam menjalankan 9

usaha ini, tetapi semua hal yang memiliki pengaruh juga harus diperhitungkan agar bisnis yang direncanakan dapat dijalankan dengan baik. 1.2 Lingkungan Internal Perusahaan Lingkungan Internal Perusahaan membahas tentang profil perusahaan yang akan dibuat, status kepemilikan perusahaan, status hukum perusahaan. Bisnis ini merupakan sebuah bisnis baru dimana belum ada usaha induknya. Sumber daya manusia dan sumber daya pakan merupakan salah satu kelebihan yang harus di tonjolkan. 1.2.1 Profil Perusahaan CV. Limou Farm Group merupakan salah satu perusahaan yang akan menjalankan bisnis dengan kegiatan peternakan penggemukan sapi potong. Peluang yang ada saat ini, mendorong untuk terbentuknya perusahaan ini. Perusahaan ini menerapkan penggemukan sapi dalam waktu singkat yaitu 4 bulan siap panen. Perusahaan ini rencana didirikan di wilayah Banguntapan Bantul, Yogyakarta. Sapi bakalan yang digemukkan meliputi sapi impor atau sapi persilangan yang memiliki pertumbuhan berat badan yang cepat seperti sapi limousine, simental dan brahman. Kelebihan perusahaan CV. Limou Farm Group yaitu memiliki beberapa pemasok sapi bakalan yang digunakan untuk mendukung pasokan awal sapi sebelum digemukkan, memiliki pemasok pakan yang murah yang dapat mengurangi biaya operasional, menjual sapi 10

dengan harga yang lebih terjangkau serta memiliki sistem penjadwalan operasional sapi yang konsisten untuk pemanenannya. Perusahaan ini juga memperhatikan kualitas dari sapi yang dimiliki seperti kualitas pakan, kualitas kesehatan dan kualitas kebersihan. Didalam mendirikan CV. Limou Farm Group ada beberapa kelemahan yang dimiliki seperti biaya investasi yang besar untuk membangun perusahaan ini, karena perusahaan ini memulai dari awal. Sebagai perusahaan baru, tentunya masih kurang dikenal oleh para pemain sapi diwilayah DI Yogyakarta. 1.2.2 Status Kepemilikan Perusahaan Biaya yang besar merupakan salah satu hambatan bisnis ini susah untuk dijalankan sendiri. Adanya dana dari invertor akan memudahkan bisnis ini dapat dijalankan dengan cepat. Perusahaan ini rencananya didirikan oleh lebih dari satu orang dengan menjadikan perusahaan ini berstatus hukum CV (CommanditaireVennotschap). Salah satu investor menjadi sekutu aktif dimana salah satu akan mengelola bisnis ini. Investor yang lain menjadi sekutu pasif, hanya sebagai penanam modal saja tidak ikut dalam menjalankan bisnis ini. 1.3 Rumusan Masalah Kebutuhan daging sapi di Indonesia sangat tinggi jika dilihat dari besarnya jumlah daging sapi yang telah dikonsumsi jumlahnya sangat besar. Pemerintah 11

belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan daging sapi dari dalam negeri saja. Pemerintah juga melakukan impor daging sapi baik sapi bakalan maupun daging beku dari negara-negara tetangga. Banyaknya pelaku usaha penggemukan sapi juga belum bisa memenuhi kebutuhan daging sapi, oleh karena itu untuk membuat usaha penggemukan sapi yang baru merupakan salah satu peluang usaha yang menguntungkan. Didalam membuat usaha penggemukan sapi ini dibutuhkan pakan yang mencukupi guna mendukung berjalannya usaha ini. Proses penggemukan sapi jangan sampai memakan waktu yang cukup lama (4 bulan). Oleh karena itu dibutuhkan informasi yang cukup, pada umur berapa, jenis sapi apa, jenis pakan apa dan proses perlakuan yang seperti apa agar sapi-sapi tersebut dapat meningkat berat badan yang telah dimiliki dalam waktu tertentu dengan pertumbuhan sebesar 1,5 kg/hari dan siap untuk dijual, tetapi belum banyak bisnis yang menjalankan serupa. Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa terdapat peluang bisnis dipeternakan penggemukan sapi secara cepat yang dapat dikonversi menjadi bisnis nyata yang menguntungkan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah rencana bisnis yang matang untuk mendirikan bisnis ini agar peluang tersebut bisa terwujud menjadi bisnis yang layak. 1.4 Tujuan Studi Tujuan studi ini adalah membuat sebuah rencana bisnis dimana dapat mengetahui peluang dan hambatan apa saja yang ada di bisnis ini yang 12

berpengaruh atas kelayakan bisnis. Perencanaan bisnis ini diharapkan memberikan sebuah petunjuk untuk mendapatkan arah dan tujuan dari bisnis peternakan sapi yang terpadu sehingga dapat menentukan target dan pencapaian yang akan datang. Perencanaan bisnis ini juga diharapkan untuk dapat memberikan kontrol kegiatan dari bisnis yang dijalankan. Perencanaan bisnis ini juga dapat digunakan untuk menjalankan sebuah bisnis peternakan yang terpadu guna mendapatkan hasil revenue yang maksimal. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Enterpreneur Dapat menjadi acuan dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis peternakan penggemukan sapi potong. 1.5.2 Akademisi Dapat memberikan gambaran rencana bisnis pada peternakan penggemukan sapi potong. 13