BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni -13 Juli 2013 responden yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang diit dan penyakit asam urat dengan kadar asam urat pada penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada pendertia gout sebanyak 128 orang. B. Karakteristik responden 1. Umur Variabel Umur : 30-40 Th 41-50 Th > 50 Th Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Frekuensi (n) 9 27 92 Persentase (%) 7,0 21,1 71,9 Total 128 100 Kategori umur berdasarkan WHO Mean Median Modus SD 56,28 57,0 50 8,482 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa umur responden berumur >50 tahun sebanyak 92 orang (71,9%), disusul umur 41-50 tahun sebanyak 27 orang (21,1%), dan umur 30-40 tahun sebanyak 9 orang (7,0%). Hasil dari 128 orang dengan nilai rata-rata umur adalah 56,28 tahun, umur dengan nilai standar deviasi sebesar 8,482, nilai modus 50, median 57,0. 31
32 2. Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Variabel Frekuensi (n) Presentase (%) Laki - laki Perempuan 71 57 55,5 44,5 Total 128 100 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa jenis kelamin responden adalah laki-laki sebanyk 71 orang (55,5%), dan perempuan sebanyak 57 orang (44,4%). 3. Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA DII/PT Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Variabel Frekuensi (n) Presentase (%) 6 33 37 37 15 4,7 25,8 28,9 28,9 88,3 Total 128 100 Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa untuk pendidikan responden memiliki pendidikan SMP dan SMA sebanyak 37 orang (28,9%), dan pendidikan terendah 6 orang (4,7%).
33 4. Pekerjaan Tidak bekerja PNS/ABRI Pensiunan Swasta Buruh Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Variabel Frekuensi (n) Presentase (%) 30 14 10 27 47 23,4 10,9 7,8 21,1 36,7 Total 128 100 Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa pendidikan responden memiliki pekerjaan sebagai buruh sebanyak 47 orang (36,7%) dan terendah pensiunan sebanyak 10 orang (7,8%). C. Pengetahuan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penyakit Asam Urat Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Variabel Baik Frekuensi (n) 50 Persentase (%) 39,1 Mean Median Modus SD 9,56 9,0 7 3.845 Kurang baik 78 60,9 Total 128 100 Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan responden tentang penyakit asam urat kurang baik sebanyak 78 orang (60,9%) dan yang baik sebanyak 50 orang (39,1%). Hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang penyakit asam urat dengan nilai rata-rata 9,56 disusul nilai median 9,0, nilai modus 7, dan nilai standar deviasi 3,845.
34 D. Pengetahuan Diit Asam Urat Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Diit Asam Urat Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Variabel Baik Frekuensi (n) 55 Persentase (%) 43,0 Mean Median Modus SD 10,17 9,0 8,0 4,432. Kurang baik 73 57,0 Total 128 100 Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan responden tentang penyakit asam urat kurang baik sebanyak 73 orang (57,0%) dan yang baik sebanyak 55 orang (43,0%). Hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan diit asam urat dengan nilai rata-rata 10,17 disusul nilai median 9,0, nilai modus 8, dan nilai standar deviasi 4,432. E. Kadar Asam Urat Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Variabel Mean Median Modus SD Minimum Maksimum < 7,2 Mg/ dl 8,312 8,0 8 1,1877 2 20 > 7,2 Mg/dl Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa hasil distribusi kadar asam urat dengan nilai rata-rata 8,3, disusul nilai median 8,0, nilai modus 8, dan nilai standar deviasi 1,1877, disusul nilai minimum 2, nilai maksimum 20.
35 F. Hubungan Pengetahuan Tentang Diit Asam Urat Dengan Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Gambar 4.1. Pengetahuan Tentang Diit Asam Urat Dengan Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto p =0,007 r = -0.239 Berdasarkan grafik 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari hasil uji bivariat yang memiliki titik titik mengumpul dengan garis negatif dengan nilai p = 0,007 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan diit dengan kadar asam urat. Sedangkan koefisien korelasi r - 0,239 yang berarti bahwa tingkat pengetahuan diit asam urat memiliki hubungan yang lemah dengan kadar asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pengetahuan diit yang kurang baik akan berdampak pada kondisi asam urat.
36 G. Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Asam Urat Dengan Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Gambar 4.2 Pengetahuan Tentang Penyakit Asam Urat Dengan Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto p =0,001 r = -0.320 ** Berdasarkan grafik 4.2. dapat dijelaskan bahwa dari hasil uji bivariat yang memiliki titik titik mengumpul dengan garis negatif dengan nilai p = 0,001 yang berarti bahwa diatas tentang penyakit asam urat yang kurang baik yang akan berdampak pada kadar asam terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang asam urat dengan kadar asam urat. Sedangkan koefisien korelasi r -0,320 yang berarti tingkat hubungan sedang antara pengetahuan tentang penyakit asam urat dengan kadar asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pengetahuan urat.
37 H. Pembahasan Pada bab ini membahas tentang hubungan pengetahuan penyakit asam urat dan pengetahuan diit asam urat pada penderita gout meliputi : 1. Univariat a. Pengetahuan tentang diit pada penderita gout Hasil pengetahuan tentang diit pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto kurang baik sebanyak 73 orang (57,0%), dimana pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang sedemikian besarnya mempengaruhi timbulnya pemahaman dan sikap yang pada akhirnya akan menimbulkan suatu perilaku. Semakin rendah pengetahuan pasien tentang asam urat maka semakin menurun rasa tanggung jawab, kurang tertib, kurang taat dalam melaksanakan pengobatan yang berdampak pada negatif yaitu dapat berlanjut yang menimbulkan peningkatan kadar asam urat. Pengetahuan penyakit asam urat pada penderita gout yang masih kurang, untuk itu perlu adanya suatu solusi ataupun peningkatan informasi tentang diit yang benar, dimana tenaga kesehatan setempat untuk lebih meningkatkan program penyuluhan atau konseling bagi penderita asam urat secara kontinue agar tingkat pengetahuan responden bertambah informasinya dan berdampak pada kadar gula darah responden. b. Pengetahuan penyakit asam urat pada penderita gout Hasil pengetahuan penyakit asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto sebagian besar kurang baik sebanyak 78 orang (60,9%). Pengetahuan merupakan salah satu faktor prediposisi terbentuknya perilaku seseorang, dimana perilaku seseorang yang terbentuk dan didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kurang tingkat pengetahuan yang dimiliki responden tewntang asam urat berpengaruh
38 pada kadar asam urat penderita gout demikian sebaliknya. c. Kadar asam urat pada penderita gout 2. Bivariat Hasil Kadar asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto sebagian besar > 7,2 mg/dl sebanyak 113 orang (88,3%). Kadar asam urat adalah jumlah kadar asam urat dalam darah setelah dihitung dengan menggunakan AU Sure digital asam urat dl dinyatakan dalam satuan mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia. Asam urat cenderung dialami pria,dimana perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. Sementara pada pria, asam uratnya cenderung lebih tinggi daripada perempuan karena tidak memiliki hormon estrogen tersebut. Gangguan asam urat terjadi bila kadar tersebut sudah mencapai lebih dari 12 mg/dl (Sustrani, 2004). a. Hubungan antara pengetahuan tentang diit dengan kadar asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Hasil frekuensi pengetahuan responden tentang diit asam urat sebagian besar kurang baik sebanyak 73 orang (57,0%), hasil uji analisis Rank Spearmans diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang diit dengan kadar asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto yang menunjukkan hasil titik-titik mengumpul dengan garis negatif dengan nilai r = -0,239 dan p value < yaitu 0,007, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang diit dengan kadar asam urat dengan hubungan yang sedang yaitu r = -0,239, dimana pengetahuan dengan arah negatif artinya ada hubungan negatif antara pengetahuan diit dengan kadar asam urat. Hasil diatas sejenis didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dharmayuda (2003), yang meneliti tentang hubungan pemberian diit rendah purin pada penderita artritis dengan penurunan kadar asam
39 urat, dimana hasil diketahui bahwa pemberian diit rendah purin selama 7 hari pada 30 penderita artritis dapat menurunkan kadar asam urat dari 10,41 ± 2,43 mg/dl menjadi 10,32 ± 2,35 mg yang secara statistik bermakna dengan p < 0,001. Pengetahuan yang dimiliki responden tentang diit asam urat tidaklah cukup untuk mengendalikan kadar asam urat dimana dalam prakteknya responden tidak memperhatikan diit sehari-hari, hal ini dimunkinkan dipengaruhi oleh faktor tingkat sosial, ketersediaanbahan makananyang bnyak mengandung asam urat. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari keluarga maupun pihak terkait dalam hal ini tenaga kesehatan untuk lebih memberikan informasi yang benar tentang penyakit dan diit asam urat yang tepat. Pengetahuan tentang penyakit asam urat pada penderita gout dilihat dari cara pengaturan makanan sangat perlu dilakukan oleh penderita gout. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan nukleotida purinnya akan meningkatkan produksi asam urat. Sebaliknya, mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin tinggi dan memperbanyak konsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin rendah akan dapat mengurangi resiko gout (Krisnatuti (2006). Pengetahuan tentang penyakit asam urat pada penderita gout dilihat dari cara pengaturan makanan sangat perlu dilakukan oleh penderita gout. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan nukleotida purinnya akan meningkatkan produksi asam urat. Sebaliknya, mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin tinggi dan memperbanyak konsumsi makanan dengan kandungan nukleotida purin rendah akan dapat mengurangi resiko gout (Krisnatuti (2006). Pengetahuan tentang diit yang masih kurang disebabkan oleh pengetahuan tentang penyakit asam urat yang diderita responden masih kurang sehingga berdampak pada penatalaksaan asupan diit yang
40 kurang, untuk itu responden untuk lebih jauh mengetahui informasi dengan cara mencari sumber dari majalah, elektonik dan informasi dari tenaga kesehatan. Hsail tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang diit asam urat maka akan berpengaruh pada pengetahuan diit asam urat semakin tinggi yang dapat menurunkan adanya kadar asam urat pada responden. b. Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Asam Urat Dengan Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto Berdasarkan pengetahuan responden tentang penyakit asam urat sebagian besar kurang baik sebanyak 78 orang (60,9%). Hasil analisis hubungan dengan uji analisis Rank Spearmans untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang penyakit asam urat dengan kadar asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto yang menunjukkan hasil titik-titik mengumpul dengan garis negatif dengan nilai r = -0,320 dan p value < yaitu 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit asam urat dengan kadar asam urat pada penderita gout di Desa Tirto Kecamatan Tirto dengan hubungan yang sedang yaitu r = -0,320. Terjadinya penyakit asam urat salah satunya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik /riwayat keluarga, kegemukan, hipertensi dan penyakit jantung, umur,.berat badan berlebih, serta kurang minum, selain itu penderita tidak melaksanakan diit dan tidak mengetahui akibat yang muncul karena ketidak patuhan diit yang dilakukan, selain itu mengetahui makanan sumber asam urat tetapi tidak patuh melaksanakan diit asam urat. Hasil diatas sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh Choe (2008), tentang studi kasus diet dan obesitas pada penderita gout di Jakarta, diketahui bahwa diet kaya fiber, folat, vitamin C seperti buah dan sayur dapat melindungi tubuh dari gout. Obesitas adalah merupakan efek langsung yang signifikan terhadap
41 kejadian gout dengan nilai signifikan p value < 0,05. Menurut Prince dan Wilson (2005) tanda dan gejala asam urat adalah terjadinya peningkatan asam urat serum, nyeri hebat datang tiba-tiba, pergerakan kaku, mudah letih dan lesu, ruam kulit, sakit tenggorokan, nafsu makan berkurang, lidah berwarna merah (gusi berdarah). Pengetahuan tentang penyakit asam urat pada responden perlu ditegakkan lagi terutama bagi penderita yang positif mengalami peningkatan asam urat dalam darah, untuk itu dukungan dari tenaga kesehatan untuk lebih memberikan informasi tentang penyakit asam urat serta tatalaksana perawatannya terutama dari segi pemeriksaan secara teratur. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang penyakit asam urat maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki responden mengenai nilai kadar asam urat dan faktor resiko adanya kadar asam urat. I. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai kelemahan dan keterbatasan yaitu pada saat pengambilan data dilakukan secara langsung dengan responden mengunakan kuesioner tanpa melakukan evaluasi lanjut, serta dalam mengisi kuesioner ada yang diberi penyuluhan sebelum maupun sesudah diberi penyuluhan kesehatan dengan bentuk jawaban cheklist sehingga jawaban cenderung subjektif tidak sesuai dengan kemampuan responden. Ada beberapa responden yang kurang konsentrasi dalam mengisi kuesioner sehingga selalu diingatkan oleh peneliti. J. Implikasi Keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penerapan kebijakan asuhan keperawatan komunitas di wilayah kerja puskesmas yang menaungi Desa Tirto Kecamatan Tirto, dimana tenaga kesehatan setempat dapat memberikan informasi atau penyuluhan yang
42 berhubungan dengan kadar asam urat selain itu penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan memasukkan semua faktor faktor yang terkait dengan kadar asam urat pada responden, dan perlu dilakukan evaluasi dalam keperawatan, sedangkan dampak dari hasil penelitian ini dapat dirasakan oleh responden yang membutuhkan pengetahuan yang berhubungan dengan informasi tentang penyakit dan diit asam urat.