I. PENDAHULUAN. Memasuki abad yang penuh dengan lingkungan bisnis sangat. kompleks ini telah memaksa organisasi menghadapi tantangan yang

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Banding Badan Mutu ke PT. Surveyor Indonesia dan WQA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk

I. PENDAHULUAN. pangsa pasar dan memenangkan persaingan. lingkungan bisnis yang kompleks dalam rangka mewujudkan visi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Untuk menghadapi tantangan persaingan tersebut, perusahaan harus mempunyai daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya perekonomian, keikutsertaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia. Sumber : APBI, Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

BAB I PENDAHULUAN. tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

Bab III Kondisi Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

Pengumuman Hasil Sertifikasi Legalitas Kayu pada IUIPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimantan Barat oleh SUCOFINDO ICS

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERGURUAN TINGGI DENGAN PROGRAM STUDI BERAKREDITASI A DAN BERAKREDITASI B

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selalu saja disertai oleh investasi,

BABII LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan dunia internasional menunjukkan bahwa Indonesia saat ini

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Farah Esa B

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengingat pendidikan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi

IV. METODE PENELITIAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai hanya dengan mempertimbangkan dari sisi keuangan atau dari kinerja

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi Era Persaingan Bebas / Globalisasi, pada saat ini terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencakup penekanan pada produk, biaya, harga, pelayanan, penyerahan tepat

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produsen tepung terigu pertama dan terbesar di dunia, pabrik ini berada

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan global,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan. Di

BAB. VI. Pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard menerjemahkan

I. PENDAHULUAN. Mutu sudah menjadi isu penting dalam menciptakan keunggulan perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF SRI WIDAYATI, SYAMSUL MA ARIF BUNASOR SANIM.

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT EXTRUPACK DENGAN METODE HUMAN RESOURCE SCORECARD

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik dalam produk maupun jasa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan. lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PENERBIT PT. PABELAN DI SURAKARTA SKRIPSI

Belajar (KB), yaitu: KB1 tentang Evolusi Manajemen Strategis dan KB2 tentang Perkembangan Manajemen Strategis Modern.

BAB I. PENDAHULUAN. mempercepat terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015,

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat penulis menulis skripsi ini, sudah banyak hotel-hotel yang berdiri di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era

ISO Nur Hadi Wijaya

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat pada dunia usaha sangat berpengaruh terhadap

BAB VII PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia berada pada posisi yang strategis antara dua benua dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad yang penuh dengan lingkungan bisnis sangat kompleks ini telah memaksa organisasi menghadapi tantangan yang sangat besar. Kecenderungan yang dihadapi pada masa globalisasi adalah hadirnya aktivitas bisnis signifikan yang menghasilkan pertumbuhan dramatis dalam hal intensitas dan keragaman persaingan. Organisasi tidak hanya harus memahami dan berinteraksi di pasar domestik namun juga harus dapat berinteraksi dengan baik di pasar asing untuk menghadapi pesaing yang tidak dikenalnya. Kecenderungan pertumbuhan di era globalisasi sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang merubah pola persaingan industri. Tekanan globalisasi dan teknologi ini mengharuskan organisasi menghadapi perubahan lingkungan yang sangat dinamis sehingga organisasi mampu mencapai masa depan yang lebih baik (Hax dan Majluf,1991). Menurut Mulyadi (2005), lingkungan bisinis yang kompetitif dan turbulen menyebabkan kompleksnya masa depan yang akan dimasuki oleh perusahaan. Masa depan yang kompleks memerlukan berbagai pemikiran dari sebagian besar anggota organisasi untuk menggambarkan secara jelas kondisi masa depan yang akan diwujudkan oleh perusahaan. Diperlukan konsensus dari berbagai personel yang dilibatkan untuk merumuskan berbagai sasaran yang akan dituju perusahaan di masa depan.

Prahalad dan Ramaswamy (2004) menyatakan bahwa kesuksesan dalam bersaing di masa depan tergantung dari pendekatan paradigma baru perusahaan dalam menyikapi penciptaan nilai (value creation), yaitu dengan mengalihkan fokus strateginya dari pengelolaan sumber daya dan kapabilitas (product and firm centric) ke pengelolaan pengalaman pelanggan (customer experiences) sebagai sumber utama penciptaan nilai. Interaksi secara intensif setiap pelanggan dengan perusahaan untuk penciptaan pengalaman bersama akan menjadi landasan membuka peluang sumber daya baru bagi keuntungan bersaing (competitive advantage). Membangun interaksi antara pelanggan dan perusahaan adalah langkah awal membangun sistem penciptaan nilai bersama. Dasar interaksi pelanggan dan perusahaan adalah dialok yang mendorong kemampuan dan keinginan untuk saling berkomunikasi dua arah, kesetaraan akses dan keterbukaan informasi secara maksimal, serta penilaian yang jelas resiko-manfaat dari setiap tindakan dan keputusan. PT SUCOFINDO (selanjutnya disebut SUCOFINDO) didirikan pada tahun 1956, merupakan perusahaan patungan dengan komposisi saham 95 % dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan 5 % dimiliki oleh Societe Generale de Surveillance (SGS). SGS merupakan salah satu perusahaan inspeksi terbesar di dunia yang berpusat di Swiss. SUCOFINDO adalah perusahaan inspeksi pertama di Indonesia yang menyediakan berbagai layanan jasa di bidang inspeksi, supervisi, pengkajian, dan pengujian dengan didukung oleh tenaga ahli, jaringan kerja luas, serta kemitraan usaha strategis dengan berbagai institusi 2

internasional. Pada tahun awal operasinya sampai dengan 1985, SUCOFINDO melakukan inspeksi penyimpanan komoditi pertanian untuk stok pangan nasional dengan produk utama beras sebagai makanan pokok, inspeksi bongkar muat barang ekspor dan impor atas permintaan pembeli atau produsen, juga menyediakan jasa inspeksi teknis. Keberhasilan menjalankan tugas ini secara professional dan credibel, SUCOFINDO mendapat kepercayaan eksportir internasional dan lembaga donor asing untuk melakukan pekerjaan inspeksi dan supervisi yang lebih luas lagi. Pada tahun 1986, SUCOFINDO mendapat hak eksklusif sebagai satu-satunya badan usaha yang diberi kewenangan untuk melakukan tugas berbagai inspeksi di bidang ekonomi, seperti: Export Inspection, Masterlist Verification Services, Verification on Export Realization and Local Content Verification for automotive products and parts. Jasa Penugasan Pemerintah tersebut merupakan peralihan dari tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang diserahkan kepada Badan Pengendalian Ekspor dan Pengolahan Data Departemen Keuangan RI (Bapeksta Keuangan), kemudian Bapeksta Kuangan menunjuk SUCOFINDO. Pada akhir tahun 2000 kewenangan eksklusif tersebut diserahkan kembali kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Selain menjalankan Jasa Penugasan Pemerintah, SUCOFINDO tetap mempertahankan dan menjalankan Jasa Sektor Swasta yang selama ini menjadi dasar usahanya sebelum mendapat kepercayaan menjalankan Jasa Penugasan Pemerintah. Diversifikasi dan pengembangan Jasa Sektor Swasta terus menerus dilakukan sebagai 3

antisipasi bahwa suatu saat Jasa Penugasan Pemerintah akan ditarik kembali setelah infrastruktur dan kepercayaan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai semakin membaik. Sejak tahun 1992, SUCOFINDO secara bertahap mulai mempersiapkan dan mengembangkan Jasa Sektor Swasta untuk mengantisipasi ketergantungan pendapatan keuangan dan order dari Jasa Penugasan Pemerintah. Antisipasi ini termasuk membangun unit bisnis Sertifikasi yaitu SUCOFINDO INTERNATIONAL CERTIFICATION SERVICES. SUCOFINDO INTERNATIONAL CERTIFICATION SERVICES (selanjutnya disebut SICS), adalah salah satu Strategic Business Unit Sertifikasi yang dibentuk oleh SUCOFINDO pada bulan Juli 1994 dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan SUCOFINDO yang ingin memperoleh sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001. SICS didirikan dengan tujuan menjadi lembaga sertifikasi nasional bagi organisasiorganisasi yang berada di Indonesia. Pada Oktober 1995, SICS memperoleh akreditasi pertamanya sebagai lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), dan pada bulan Juli 1996 menjadi badan sertifikasi sistem manajemen mutu pertama di Indonesia yang memperoleh akreditasi Internasional, yaitu dari Lembaga Akreditasi Raad voor Accreditatie (RvA) - Netherland. Pada 1997, SICS mulai mengembangkan jasa-jasa sertifikasi lainnya antara lain Jasa Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, Sertifikasi Produk Kelistrikan, Sertifikasi Food Hygiene/HACCP 4

(Hazard Analytical Critical Control Point), Sertifikasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), serta Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. Sejalan dengan perkembangannya, SICS bertekad untuk menjadi lembaga sertifikasi Nasional yang mampu bersaing dengan lembaga sertifikasi asing yang banyak beroperasi di Indonesia. SICS dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan secara proaktif agar dapat bertahan dan tumbuh di tengah ancaman lingkungan bisnis sertifikasi yang makin kompleks dan dinamis. Disisi lain, SICS harus mampu menjaga kredibilitas sertifikasi sistem manajemen yang diterbitkannya seiring dengan tumbuhnya keinginan sejumlah perusahaan untuk mendapatkan sertifikat tanpa menerapkan sistem manajemen secara memadai dan peluang ini dimanfaatkan pula oleh sebagian lembaga sertifikasi dengan menerbitkan sertifikat sistem manajemen kepada perusahaan yang belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Dampak dari kemudahan pemberian sertifikat ini adalah menurunnya citra lembaga sertifikasi dan citra sertifikat sistem manajemen secara keseluruhan SICS adalah salah satu lembaga sertifikasi sistem manajemen Nasional terbesar yang beroperasi di Indonesia dalam hal jumlah klien dan penerbitan jumlah sertifikat sistem manajemen. Namun konsekuensi ini tidak menjadikan SICS sebagai tuan rumah di negeri sendiri dalam arti SICS tidak mampu mendominasi pasar sertifikasi bila dibandingkan dengan badan sertifikasi asing yang beroperasi di Indonesia. 5

TUV 5% QAS 4% MAL 4% Others 2% AFAQ 3% BVQI 10% DNV 2% Sucofindo ICS 13% KEMA 10% L LRQA 16% SGS ICS 31% AFAQ BVQI DNV KEMA LLOYD SGS ICS Sucofindo ICS TUV QAS MAL Others Gambar 1. Persentase Pangsa Pasar Sertifikasi ISO 9001 di Indonesia pada Desember 1998. Sumber : Kajian pangsa pasar sertifikasi ISO 9001, oleh tim pemasaran Sucofindo ICS 1998. Hal ini terlihat dari data kajian pasar sertifikasi yang dilakukan oleh tim pemasaran SICS pada tahun 1998 yang ditampilkan pada Gambar 1, bahwa dari 10 lembaga sertifikasi (2 diantaranya adalah lembaga sertifikasi nasional yaitu SICS dan MAL, sedangkan 8 lainnya adalah lembaga sertifikasi asing) yang beroperasi di Indonesia pada saat itu, SICS hanya menguasai 13 % pangsa pasar sedangkan sisanya di kuasai oleh lembaga sertifikasi asing. Pada tahun 1998, sertifikat yang diterbitkan di Indonesia hanya sistem manajemen mutu ISO 9001. Namun demikian, dengan meraih 13% pangsa pasar saat itu, SICS menempati posisi peringkat ke-3 setelah Lembaga Sertifikasi SGS ICS dan Lloyd Register for Quality Assurance (LRQA). Saat ini, terdapat 25 Lembaga Sertifikasi Nasional dan Asing yang beroperasi dan berkantor di Indonesia (sumber : LIPBI 2005). Potensi pasar sertifkasi yang masih tumbuh, menarik minat masuknya lembaga 6

sertifikasi asing untuk beroperasi di Indonesia sehingga terjadi perubahan peta persaingan dan pangsa pasar. Berdasarkan Laporan Hasil Survei Investigasi Kompetitor SICS pada tahun 2005, terdapat 11 Lembaga Sertifikasi yang mendominasi pangsa pasar sertifikasi sistem manajemen. SICS menerbitkan 476 sertifikat sistem manjemen dari sekitar 5,331 sertifikat sistem manajemen yang telah diterbitkan oleh lembaga sertifikasi di Indonesia. Dengan demikian SICS saat ini hanya menguasai 9 % pangsa pasar dan berada di peringkat ke-5 setelah SGS, SAI Global, TUV Rheinland, dan LRQA. Keragaman jenis jasa sertifikasi yang diterbitkan telah meningkat pula bila dibanding dengan tahun 1998 yang hanya berfokus pada sistem manajemen mutu ISO 9001, kini telah berkembang antara lain: sistem manajemen lingkungan ISO 14001, sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja OHSAS 18001/ SMK3, sistem manajemen keamanan pangan HACCP/ISO 22000, sistem manajemen keamanan teknologi informasi ISO 17799. Berdasarkan data sertifikasi dan pangsa pasar SICS yang ditampilkan pada Gambar 2, dapat dinilai bahwa terjadi penurunan pangsa pasar dari 13 % pada tahun 1998 menjadi 9% pada November 2005, begitu pula posisi peringkat ke-3 pada tahun 1998 menurun menjadi peringkat ke-5 pada tahun 2005. 7

TUV Nord 5% BVQI 6% PSB 3% B4T 3% MAL 3% Lain2 6% SICS 9% SGS 25% URS 7% LRQA 10% TUV Rhein 11% SAI Global 12% SICS SGS SAI Global TUV Rhein LRQA URS BVQI TUV Nord PSB B4T MAL Lain2 Gambar 2. Persentase Pangsa Pasar SICS untuk Sertifikasi Sistem Manajemen di Indonesia, November 2005. Sumber : Laporan Survey Investigasi Kompetitor SICS, 2005. 1.2 Rumusan Masalah Menghadapi kondisi persaingan di bidang jasa sertifikasi yang semakin ketat, maka SICS perlu menyusun perencanaan strategik yang tepat, komprehensif, koheren serta mampu melihat jauh ke depan agar tetap dapat bertahan dan tumbuh lebih baik. Sebelum disusun suatu rencana strategik yang tepat, perlu dikaji terlebih dahulu permasalahanpermasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja SICS berdasarkan perspektif Balanced Scorecard? 2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal SICS dan intensitas persaingan di industri jasa sertifikasi? 3. Bagaimana kompetensi inti SICS? 4. Bagaimana posisi SICS saat ini dan strategi apa yang sebaiknya diterapkan? 8

5. Bagaimana tujuan dan program kerja SICS yang sebaiknya disusun berdasarkan strategi yang direkomendasikan? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kinerja internal SICS. 2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal makro dan intensitas persaingan industri jasa sertifikasi. 3. Mengidentifikasi kompetensi inti SICS. 4. Memetakan posisi SICS dan menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan mengahadapi tekanan persaingan. 5. Menyusun tujuan dan program kerja SICS. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi SICS dan pembaca lainnya. Bagi SICS, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam pengembangan organisasi dan formulasi strategi. Bagi pembaca lainnya, penelitian ini dapat menjadi perbandingan ataupun acuan dalam melakukan studi lanjutan yang relevan. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kajian data keuangan dan operasional, tujuan, kebijakan, dan program kerja SICS selama lima tahun terakhir yaitu 2001 sampai dengan 2005. 9