PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA SEKTOR INFORMAL

dokumen-dokumen yang mirip
METODE KAJIAN. Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAGIAN I. PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB III METODE KAJIAN

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

penelitian 2010

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mandiri Pedesaan itulah proses hegemoni terjadi, pelibatan masyarakat dalam

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dari Pembangunan ekonomi merupakan upaya-upaya yang dilakukan

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia yang semakin maju, Indonesia

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Pemerintah akan dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis,

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB III METODE KAJIAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

TINJAUAN TEORITIS Tinjauan Pustaka a. Masalah Sosial dan Kemiskinan

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri

Transkripsi:

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA SEKTOR INFORMAL Program Pembangunan Nasional (Propenas) Indonesia tahun 2001-2005 memiliki kebijakan dan program pembangunan yang menitikberatkan pada penguatan lembaga dan organisasi, pemberdayaan miskin, dan keswadayaan. Salah satu sasaran umum Propenas adalah upaya peningkatan keberdayaan dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik khususnya miskin, rentan sosial, dan pelaku ekonomi kecil. Propenas sejalan dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah pada UU nomor 32 tahun 2004 yang menjelaskan bahwa otonomi daerah harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam. Penyelenggaraan otonomi daerah pada akhirnya harus disertai pula dengan meningkatnya kemampuan lembaga-lembaga di untuk mengembangkan pilihan dalam kehidupan sosial ekonomi serta partisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan. Mekanisme partisipasi lembaga dan organisasi belum berkembang secara efektif dan demokratis dalam proses pengambilan keputusan sehingga pembangunan yang dilaksanakan belum dapat mengakomodasi kreasi dan aspirasi secara optimal. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pemulihan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan tidak akan berjalan secara optimal jika pemerintah tidak dapat memberdayakan kemampuan usaha pelaku ekonomi khususnya kecil dan memberikan dukungan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi melalui penyedian akses bagi untuk memperoleh input sumberdaya ekonomi dan kesempatan dalam kegiatan produksi dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di daerah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut dengan mewujudkan keterkaitan kegiatan sosial-ekonomi perdesaan dan perkotaan, peningkatan akses terhadap sumber daya lokal, pengembangan jaringan usaha, dan pengurangan kendala peraturan/birokrasi. Dukungan terhadap peningkatan

kondisi sosial-ekonomi miskin masih diperlukan melalui upaya pemberdayaan dan pemihakan kepada miskin untuk menghadapi berbagai masalah struktural yang tidak dapat dipecahkan oleh sendiri. Penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir merupakan sarana pengimplementasian Program Pembangunan Nasional dan otonomi daerah dalam kerangka penanggulangan kemiskinan dan pengembangan ekonomi lokal secara aspiratif, partisipatif dan demokratis. Penggalian masalah, kebutuhan dan penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir dilakukan melalui diskusi kelompok, kuesioner analisis SWOT, wawancara dan observasi. Pelaku usaha sektor informal memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian lokal sehingga dapat mencapai kemajuan usaha dan peningkatan taraf kesejahteraan. Keterhambatan dalam kemajuan usaha yang dialami pelaku usaha sektor informal disebabkan ketidakmampuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha mereka. Pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Campaka mengalami kesulitan dalam mencapai akses terhadap permodalan, pemasaran, dan program-program. Oleh karena itu, pemberdayaan usaha sektor informal diarahkan untuk mengembangkan kemampuan pelaku usaha sektor informal dalam mencapai akses dan kontrol terhadap permodalan, pemasaran, dan program-program sehingga dapat memajukan usahanya secara mandiri dan berkelanjutan didukung oleh adanya sinergi antara pelaku usaha sektor informal dan kelompok-kelompok maupun keterpaduan kelembagaan komunitas melalui jejaring sosial. Penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal dilakukan dengan tahap-tahap pemahaman dan pengungkapan masalah dan Design (Kerangka Penyusunan Program). Penyusunan program melalui tahap asessment dan design merupakan kerangka dasar yang perlu dilakukan untuk dapat menyusun suatu program yang dapat diaplikasikan kepada.

Pengungkapan dan Pemahaman Masalah Pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan tahap dalam proses penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal. Tahap ini merupakan penggalian masalah dan sumber yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh pelaku usaha sektor informal dalam komunitas. Pengungkapan dan pemahaman masalah dilakukan melalui analisa SWOT. a. Identifikasi Masalah Pelaku Usaha Sektor Informal Pengidentifikasian masalah usaha sektor informal diperlukan sebagai dasar untuk menyusun program pemberdayaan usaha sektor informal secara partisipatif. Hal tersebut artinya melibatkan mereka mulai dari mengenali masalah dan kebutuhannya, menyusun rencana program, melaksanakan dan evaluasi program. Keterbatasan pelaku usaha sektor informal dalam mengakses sumber daya merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan beberapa permasalahan lainnya. Gambaran masalah yang dialami oleh pelaku usaha sektor informal dapat dilihat pada Gambar 4 yaitu :

Taraf pendapatan Rendah Keterbatasan dalam mengakses pemasaran sehingga kurang kuat/tangguh dalam menghadapi persaingan usaha Keuntungan usaha hanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari Keterbatasan dalam mengakses sumber daya Belum mampu mengorganisir diri dan mengembangkan jejaring usaha Usaha yang dilakukan tidak berkembang Tidak mengetahui program-program pengembangan AKIBAT MASALAH Ketidakberdayaan Usaha Sektor Informal INTI MASALAH Keterbatasan kapasitas diri pelaku usaha sektor informal Ketidaktahuan mengenai informasi yang dibutuhkan dalam mengembangkan usaha Keterbatasan permodalan usaha sektor informal Modal Kecil (modal sendiri, modal pinjaman) Ketimpangan Produktivitas Kerja dan Laba Usaha Sektor Informal Rentang waktu kerja/jam kerja cukup lama, dan laba usaha sangat kecil Ketidaksampaian Informasi mengenai program-program kepada Kelembagaan kurang berfungsi dengan baik dan belum mengutamakan penyampaian informasi kepada SEBAB MASALAH Gambar 4 : Analisis Pohon Masalah Usaha Sektor Informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung

Gambar 4 menjelaskan bahwa inti masalah yang dialami oleh pelaku usaha sektor informal usaha di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir adalah ketidakberdayaan usaha sektor informal. Ketidakberdayaan ini berawal dari keterbatasan kapasitas diri pelaku usaha sektor informal terutama ketidaktahuan terhadap adanya informasi-informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan usahanya. Keterbatasan permodalan merupakan salah satu kendala dimana modal yang dimiliki masih kecil yang berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman (pinjaman dari kerabat, tetangga, atau bahkan rentenir). Ketimpangan produktivitas kerja dan laba usaha mengindikasikan bahwa hasil usaha (laba) yang diperoleh relatif sangat kecil dan hal itu merupakan hasil kerja dengan susah payah. Ketidaksampaian informasi-informasi penting mengenai program kepada merupakan salah satu dampak dari ketidakberfungsian kelembagaan dalam menyampaikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh. Beberapa hal tersebut akhirnya menyebabkan ketidakberdayaan usaha sektor informal. Ketidakberdayaan usaha sektor informal tersebut mengakibatkan usaha sektor informal mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses terhadap sumberdaya yang ada di Kelurahan Campaka, keterbatasan dalam mengorganisir diri pelaku usaha sektor informal dan mengembangkan jejaring usaha, ketidaktahuan atau ketidakpahaman mengenai program-program, dan usaha sektor informal menjadi kurang kuat dalam menghadapi persaingan usaha dan hanya mampu bertahan. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan taraf pendapatan usaha sektor informal relatif kecil, laba usaha lebih dimanfaatkan pada pemenuhan kebutuhan seharihari, dan usaha yang dilakukan tidak berkembang dengan baik. b. Identifikasi Sumber Daya Pengidentifikasian sumber daya berupaya memilah sumber-sumber yang ada pada diri pelaku usaha sektor informal (internal) dan lingkungan dimana mereka tinggal (eksternal). Potensi sumber yang berasal dari diri pelaku usaha sektor informal antara lain adanya motivasi tinggi pelaku usaha sektor informal dalam mengembangkan usaha yang berasal dari dirinya sendiri yang didukung oleh pihak keluarga/kerabat maupun tetangga. Motivasi tinggi ini merupakan dasar keinginan untuk mengubah nasib dan memajukan usaha. Motivasi ini perlu

mendapat dukungan dari berbagai pihak baik dari, kelembagaan lokal maupun peraturan yang ada. Keuletan usaha yang dimiliki pelaku usaha sektor informal merupakan potensi yang perlu didukung dengan berbagai bantuan usaha yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan usaha. Potensi sumber yang berasal dari lingkungan (external resources) antara lain adanya program-program yang ditujukan untuk mengembangkan perekonomian lokal khususnya usaha sektor informal, adanya kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal dan informal yang ada di Kelurahan Campaka antara lain keluarga, kelompok arisan, rentenir, LPM Kelurahan, Pemerintah Daerah (pemerintah propinsi, pemerintah kota, pemerintah kecamatan, dan pemerintah kelurahan. Potensi eksternal ini perlu diperkuat melalui pengembangan jejaring kelembagaan sehingga lebih memperkuat pencapaian kemajuan usaha sektor informal. Perumusan Tujuan Program Pemberdayaan Usaha Sektor Informal Penyusunan rancangan program pemberdayaan usaha sektor informal dilandasi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dan tujuan khusus merupakan fokus program pemberdayaan usaha sektor informal. a. Tujuan Umum Tujuan umum yang akan dicapai dalam upaya pemberdayaan usaha sektor informal antara lain : Mengembangkan kemampuan pelaku usaha sektor informal untuk mencapai peningkatan taraf pendapatan dan kemajuan usaha secara berkesinambungan. Tujuan umum ini memiliki pengertian bahwa pengembangan usaha dan peningkatan taraf pendapatan para pelaku usaha sektor informal dapat dicapai melalui pengembangan kemampuan pelaku usaha sektor informal sebagai upaya mengatasi keterbatasan diri pelaku usaha, keterbatasan modal, ketimpangan produktivitas kerja dan laba usaha, dan ketidaksampaian informasi-informasi pengembangan usaha kepada pelaku usaha sektor informal.

b. Tujuan Khusus Tujuan khusus pemberdayaan usaha sektor informal dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah yang ditujukan untuk menanggulangi akibat masalah yang perlu dipecahkan. Tujuan khusus tersebut adalah: 1. Meningkatkan akses terhadap sumber daya Pelaku usaha sektor informal diarahkan untuk mampu melakukan dan memperoleh akses dan kontrol terhadap permodalan dengan melibatkan kelembagaan yang ada di dalam maupun di luar komunitas Kelurahan Campaka baik formal maupun informal. Selain itu, pelaku usaha sektor informal diperkuat kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain dalam melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya yang ada di Kelurahan Campaka sehingga dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kemajuan usaha mereka. Sumber daya yang perlu diakses tersebut adalah sumber daya financial (bantuan keuangan dari program-program ) dan sumber daya sosial berupa kelembagaan dan modal sosial. Peningkatan akses terhadap sumber daya ini diharapkan dapat meningkatkan kecukupan modal sehingga diharapkan dapat mengembangkan usaha mereka dengan sebaik-baiknya. 2. Meningkatkan akses terhadap pemasaran Pelaku usaha sektor informal harus ditingkatkan kemampuannya dalam melakukan dan memperoleh akses terhadap peluang pemasaran sehingga mereka menjadi pelaku usaha sektor informal yang tangguh dalam menghadapi persaingan usaha dan memahami langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memajukan usaha mereka. 3. Mengembangkan pengorganisasian diri pelaku usaha sektor informal dan pengembangan jejaring usaha Pelaku usaha sektor informal harus dilibatkan dalam siklus perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang ada di kelurahan Campaka. Pelibatan pelaku usaha sektor informal dalam siklus perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program harus diarahkan terhadap pengorganisasian diri pelaku usaha sektor informal dalam suatu kesatuan jaringan yang dapat mengembangkan kapasitas internal komunitas dan

mampu menjangkau akses dan kontrol terhadap berbagai sumber daya termasuk program-program. 4. Meningkatkan akses pengetahuan dan keterampilan eterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha sektor informal perlu diatasi melalui upaya penambahan pengetahuan/wawasan dan keterampilan usaha bagi mereka. Penambahan pengetahuan/wawasan dapat dikelola dengan penguatan arus informasi melalui keorganisasian intra komunitas pelaku usaha sektor informal didukung penguatan jejaring komunikasi dan informasi ke berbagai pihak. Penguatan arus komunikasi dan informasi dapat mengarahkan mereka untuk dapat menentukan informasi dan keterampilan apa yang diperlukan untuk mengembangkan diri mereka dan memajukan usahanya. Kerangka Penyusunan Program Perancangan Program Pengembangan Masyarakat pada kajian pemberdayaan usaha sektor informal menggunakan metoda analisis SWOT. Tahapan penggunaan analisis SWOT dalam kajian ini, adalah sebagai berikut : 1. Penetapan stakeholder utama, karena banyaknya stakeholder yang terlibat serta dengan berbagai tujuan berbeda dapat mengakibatkan kekacauan dalam penentuan S dengan O atau O dengan W yang dapat saling bertukar, maka pemilihan stakeholder dilakukan untuk mempersempit domain dokumen perencanaan agar mudah dikelola (manageable) (Soesilo, 2002). Stakeholder utama yang dipilih sebagai unit analisis SWOT adalah seluruh responden yang merupakan para pelaku usaha sektor informal sebanyak 20 orang. 2. Identifikasi SWOT melalui perumusan faktor internal dan eksternal sehingga diperoleh empat strategi (SO, ST, WO, WT) digambarkan kedalam matriks analisis SWOT. Pemilihan strategi yang akan dikembangkan dari empat strategi (SO, ST, WO, WT) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai bobot dan urgensi dari masing-masing faktor melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden. Strategi terpilih dijabarkan kembali ke dalam bentuk rencana tindakan (action plan) berupa program dan kerangka pelaksanaan program.

Analisis Stakeholder Analisis stakeholder diperlukan untuk melihat peran stakeholder dan sejauhmana kondisi kemampuan keorganisasian pihak-pihak yang perlu terlibat dalam program yang dilaksanakan di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir. Analisis stakeholder berupaya mengemukakan bagaimana interest dan komitmen stakeholder terhadap program pengembangan dan bagaimana pula pengaruh setiap stakeholder terhadap program. Analisis stakeholder dapat dilihat secara jelas pada tabel berikut :

Tabel 13 Analisis Stakeholder dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal Di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung Interest/Komitmen Kualitas Pengaruh Stakeholder Peranan Kondisi Kapabilitas Keorganisasian Status Quo Terbuka Terhadap Perubahan Tinggi Sedang Rendah 1 2 3 4 5 6 7 8 Pemerintah Kota Bandung Memfasilitasi pemberian program pengembangan Memiliki perhatian terhadap Pengembangan usaha sektor informal Melakukan perencanaan program Keterbatasan dana dan tim teknis - - - Pemerintah Kecamatan Pemerintah Kelurahan Memfasilitasi pelaksanaan program pengembangan Memfasilitasi pelaksanaan program pengembangan Keterbatasan tim teknis - - - Keterbatasan tim teknis - - - Kamar Dagang dan Industri Memfasilitasi pengembangan usaha dalam kerangka pengembangan ekonomi lokal Memiliki perhatian terhadap pengembangan usaha sector informal Keterbatasan fokus perhatian Focus perhatian lebih tertuju pada penguatan perekonomian secara makro - - -

Lembaga Swadaya Masyarakat 1 2 3 4 5 6 7 8 Mengawasi dan memberikan saran terhadap pelaksanaan program pengembangan Perlu adanya peningkatan perhatian - - - LPM dari Perguruan Tinggi Memberikan saran terhadap pelaksanaan program Perancangan strategi pemecahan masalah usaha sektor informal - - - Pengurus LPM Kelurahan Membantu melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program pengembangan Perlu adanya penataan kembali tata laksana dan tata tertib keorganisasian Perlu adanya pembenahan visi dan misi keorganisasian - - Komunitas Usaha Sektor Informal Menjadi pemrakarsa dan pelaksana program-program Penyiapan dan penentuan koordinator dan anggota kelompok usaha sektor informal Pengembangan pengetahuan/wawasan tentang berbagai program Pendisiplinan diri dalam melaksanakan program Penguatan inisiatif lokal dan peningkatan kemandirian dalam mengembangkan usaha sektor informal Keterbatasan kemampuan dalam mengembangkan usaha Keterbatasan dalam mengakses dan mengkontrol sumber daya Keterbatasan dalam melakukan jejaring usaha Keterbatasan dalam pengorganisasian diri Keterbatasan dalam mengorganisir diri dalam lingkup intra komunitas - - -

Ketua RT 1 2 3 4 5 6 7 8 Pendataan ulang pelaku usaha sektor informal Penyiapan perwakilan anggota pelaksana programprogram pengembangan Melakukan keterlibatan dalam perencanaan program Pengelolaan pembelajaran kedisiplinan pembayaran angsuran dana bergulir Perlu adanya peningkatan pengetahuan/wawasan mengenai programprogram Perlu adanya pemahaman dan pemikiran yang kritis dalam pelaksanaan programprogram - - - Ketua RW Penyiapan perwakilan anggota pelaksana program Melakukan keterlibatan dalam perencanaan program Pengelolaan pembelajaran kedisiplinan pembayaran angsuran dana bergulir pada setiap program pengembangan Perlu adanya peningkatan pengetahuan/wawasan mengenai programprogram Perlu adanya pemahaman dan pemikiran yang kritis dalam pelaksanaan programprogram - - - Tokoh Masyarakat Melakukan keterlibatan dalam perencanaan program Peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pemikiran yang kritis dalam pelaksanaan program pengembangan Menumbuhkan partisipasi dan keswadayaan. Peningkatan perhatian dan dukungan terhadap program-program pengembangan - - -

Masyarakat 1 2 3 4 5 6 7 8 Melakukan keterlibatan dalam perencanaan program Pengembangan pengetahuan mengenai program-program Pengembangan kesadaran dan kedisiplinan anggota komunitas dalam program pengembangan Peningkatan kapasitas partisipasi/keswadayaan dan kemandirian Peningkatan kapasitas dalam kelembagaan dan modal sosial Perlu adanya peningkatan pengetahuan/wawasan mengenai programprogram Perlu adanya pemahaman dan pemikiran yang kritis dalam pelaksanaan programprogram - - - Keterangan : Stakeholder : Pihak-pihak yang perlu terlibat dalam proses pemberdayaan usaha sektor informal Peranan : Peran yang dilaksanakan untuk melakukan proses pemberdayaan usaha sektor informal Kondisi Kapabilitas Keorganisasian : Keadaan yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam mengorganisir diri untuk melakukan pemberdayaan usaha sektor informal Interest/Komitmen : Kecenderungan pelaksanaan program Status quo : Suatu arah pemikiran yang tidak menghendaki adanya perubahan Terbuka Terhadap Perubahan : Suatu arah pemikiran yang terbuka dan menghendaki adanya perubahan Kualitas Pengaruh : Suatu kondisi yang menyatakan kekuatan pengaruh terhadap program pemberdayaan usaha sektor informal

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa stakeholder yang perlu dilibatkan terdiri dari Pemerintah Kota Bandung (Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perekonomian), pemerintah Kecamatan dan Kelurahan, Kamar Dagang dan Industri, Lembaga Swadaya Masyarakat, LPM dari Perguruan Tinggi, LPM Kelurahan, Komunitas Usaha Sektor Informal, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh Masyarakat, dan perwakilan Masyarakat. Pemerintah Kota Bandung melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perekonomian memberikan perhatian yang sangat kondusif terhadap pengembangan usaha sektor informal dengan menghadirkan beberapa program yang berlandaskan pemberdayaan ekonomi rakyat. Kamar Dagang dan Industri Kota Bandung memberikan perhatian yang baik terhadap pengembangan usaha sektor informal. Stakeholder lainnya yang memiliki perhatian adalah LPM dari Perguruan Tinggi (salah satu diantaranya LPM STKS Bandung). Stakeholder yang berasal dari lingkungan Kelurahan Campaka antara lain LPM Kelurahan Campaka, Komunitas Usaha Sektor Informal, Ketua RW dan Ketua RT, Tokoh Masyarakat, dan perwakilan. Pemerintah Kota berperan sebagai fasilitator dan pemberi bantuan pinjaman dan menjalin kerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri. Pihak LPM dari Perguruan Tinggi berperan memberikan dukungan terhadap eksistensi dan pengembangan usaha sektor informal. LPM Kelurahan Campaka berperan sebagai pemberi dukungan dan saran terhadap kemajuan usaha sektor informal. Stakeholder utama dilakukan oleh komunitas usaha sektor informal dibantu oleh Ketua RW, Ketua RT, dan segenap unsur yang memiliki perhatian terhadap pemberdayaan usaha sektor informal. Keterpaduan tiga komponen utama (Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat) merupakan dasar strategi. Penyusunan Strategi Program Pemulihan perekonomian nasional merupakan salah satu solusi makro yang dapat memberikan pengaruh positif dan peluang bagi usaha sektor informal untuk mengembangkan usaha dan mencapai kemajuan usaha sebagaimana yang diharapkan. Keberadaan pihak yang memberikan perhatian dan pembelaan terhadap usaha sektor informal memang diperlukan. Keberadaan pihak luar

komunitas usaha sektor informal sangat diperlukan dimana mereka pada saat ini berupaya memperhatikan dan memperjuangkan aspirasi, harapan dan tujuan pelaku usaha sektor informal dalam memajukan usaha mereka. Pemecahan masalah persaingan usaha sejenis dilakukan melalui pembentukan kelompok usaha sejenis. Antar anggota kelompok yang memiliki tempat usaha berdekatan masing-masing mengupayakan pembedaan produk yang dijualnya dan harga yang relatif sama jika ada produk yang sama di tempat usaha anggota yang lain. Hal tersebut dapat dilakukan melalui komunikasi yang terjalin antar anggota kelompok usaha sejenis yang dikembangkan secara berkesinambungan melalui suatu jaringan informasi. Penyusunan strategi program didasarkan pada ruang lingkup internal dan eksternal komunitas usaha sektor informal. Program ditujukan kepada internal dan eksternal komunitas melalui pengembangan Jaringan Informasi Usaha Sektor Informal. Jaringan ini mengupayakan peningkatan kemampuan komunitas usaha sektor informal sehingga dapat memberdayakan usaha sektor informal oleh pelaku usaha sektor informal. Jaringan ini mengupayakan terciptanya jaringan usaha yang kuat dan komunikasi yang baik antar pelaku usaha, serta penyebaran informasi secara menyeluruh kepada seluruh pelaku usaha sektor informal. Rincian kegiatan pembentukan Jaringan Informasi Usaha Sektor Informal dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 14 Pembentukan Jaringan Informasi Usaha Sektor Informal Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung No. Item Penjelasan 1 2 3 1. Nama Kegiatan Pembentukan Jaringan Informasi Usaha Sektor Informal Deskripsi Kegiatan Penanggung jawab Pelaksana Stakeholder terkait Kegiatan ini merupakan upaya penciptaan suatu wadah yang dapat membantu pelaku usaha sektor informal dalam memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan bagi pengembangan usaha sektor informal Pemerintah Kelurahan Campaka Lembaga Pengabdian Masyarakat Kelurahan Campaka 1. Pemerintah Kota Bandung (Bagian Perekonomian, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Koperasi dan UKM) 2. Pemerintah Kecamatan Andir 3. Pemerintah Kelurahan Campaka 4. LPM Kelurahan Campaka 5. Ketua RW dan Ketua RT 6. Tokoh Masyarakat 7. Komunitas Usaha Sektor Informal Tujuan 1. Tujuan Umum : Mengembangkan kemampuan pelaku usaha sektor informal untuk mencapai peningkatan taraf pendapatan dan kemajuan usaha secara berkesinambungan. 2. Tujuan Khusus : a. Meningkatkan akses terhadap sumber daya finansial dengan memanfaatkan sumber daya kelembagaan dan modal sosial

1 2 3 b. Meningkatkan akses terhadap pemasaran c. Mengembangkan pengorganisasian diri pelaku usaha sektor informal dan pengembangan jejaring usaha d. Meningkatkan akses pengetahuan dan keterampilan usaha. Jenis Kegiatan 1. Sosialisasi penyamaan persepsi mengenai kebutuhan pembentukan jejaring untuk mengatasi permasalahan usaha sektor informal. 2. Pendataan ulang pelaku usaha sektor informal di setiap Rukun Tetangga 3. Musyawarah pembentukan jaringan a. Merumuskan latar belakang pembentukan jaringan b. Merumuskan cakupan jaringan c. Merumuskan dan mengesahkan susunan pengurus, keanggotaan dan sekretariat tingkat Kelurahan, rukun warga, dan rukun tetangga d. Merumuskan agenda kegiatan, sumber dan alokasi dana, serta mekanisme pertanggungjawaban e. Merumuskan legalitas formal jejaring 4. Pengesahan legalitas keberadaan jejaring oleh pihak pemerintah kelurahan Campaka 5. Perencanaan dan pelaksanaan pertemuan rutin berkala jaringan informasi usaha sektor informal Wilayah Pelaksanaan Sasaran Setiap lingkungan RT di setiap RW di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Penduduk Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung yang berkecimpung dalam usaha sektor informal di sektor perdagangan dan termasuk kategori keluarga Sejahtera I dan II

1 2 3 Sumber Pendanaan 1. Swadaya 2. Bantuan dari perusahaan yang ada di dalam atau di luar wilayah Kelurahan Campaka 3. Stakeholder (LSM, Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kelurahan dan Kecamatan, LPM Kelurahan Campaka, dan Komunitas Pelaku Usaha Sektor Informal) Waktu Pelaksanaan Mekanisme Pelaksanaan Januari Desember 2007 1. Melakukan pendataan ulang para pelaku usaha sektor informal di setiap RT 2. Pembentukan kelompok usaha diawali mulai tingkat RT; panitia pembentukan kelompok usaha terdiri dari LPM Kelurahan Campaka, Ketua RW dan Ketua RT. 3. Kelompok usaha setiap RT memberikan perwakilannya di tingkat RW untuk membentuk jaringan informasi antar kelompok usaha tingkat Rukun Warga 4. Jaringan informasi antar kelompok usaha tingkat RT memberikan perwakilannya di tingkat Kelurahan untuk membentuk jaringan informasi antar kelompok usaha tingkat Kelurahan 5. Kelompok usaha tingkat RTdibagi kembali dalam sub kelompok (misalnya satu sub kelompok terdiri dari 5 orang pelaku usaha) 6. Jaringan informasi tingkat Kelurahan bekerja sama dengan pihak LPM Kelurahan berupaya mencari berbagai informasi tentang program pemberdayaan dan informasi usaha. 7. Jaringan informasi tingkat Kelurahan menyampaikan berbagai informasi yang diterima ke setiap Ketua RW, dan informasi menyebar dari Ketua RW ke setiap Ketua RT.

1 2 3 8. Jaringan informasi tingkat Kelurahan menyampaikan berbagai informasi yang diterima ke setiap Ketua jaringan informasi tingkat RW, kemudian ke setiap Ketua Kelompok Usaha tingkat RT dan selanjutnya informasi disebarkan ke seluruh anggota kelompok. 9. Kelompok usaha setiap RT memberikan perwakilannya di tingkat RW untuk membentuk jaringan informasi antar kelompok usaha tingkat Rukun Warga 10. Jaringan informasi antar kelompok usaha tingkat RT memberikan perwakilannya di tingkat Kelurahan untuk membentuk jaringan informasi antar kelompok usaha tingkat Kelurahan 11. Kelompok usaha tingkat Rukun Tetangga dibagi kembali dalam sub kelompok (misalnya satu sub kelompok terdiri dari 5 orang pelaku usaha) 12. Jaringan informasi tingkat Kelurahan bekerja sama dengan pihak LPM Kelurahan berupaya mencari berbagai informasi tentang program pemberdayaan dan informasi usaha. 13. Jaringan informasi tingkat Kelurahan menyampaikan berbagai informasi yang diterima ke setiap Ketua RW, dan informasi menyebar dari Ketua RW ke setiap Ketua RT. 14. Jaringan informasi tingkat Kelurahan menyampaikan berbagai informasi yang diterima ke setiap Ketua Forum Komunikasi tingkat RW, dan informasi menyebar dari jaringan informasi tingkat RW ke Ketua Kelompok Usaha tingkat RT dan selanjutnya informasi disebarkan ke seluruh anggota kelompok. Hasil yang diharapkan 1. Pelaku usaha sektor informal dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan bagi pengembangan usaha sektor informal.

2. Kelompok usaha yang sudah terbentuk di setiap RT menjadi dasar penentuan sasaran program-program pemberdayaan usaha sektor informal.