BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Tidak KKM. Faktor-faktor yang mempengaruhi KKM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak. memberikan intervensi kepada objek dan hanya mewawancarai.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. control untuk menganalisis hipertensi dengan kejadian presbiakusis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

Informed Consent Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Kariadi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

Transkripsi:

13 BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kerangka Teori Infark Miokard Akut Tidak KKM KKM Gagal Jantung Kongestif Aritmia Kardiogenik syok Kematian Faktor-faktor yang mempengaruhi KKM Usia Riwayat Diabetes Melitus Heart rate Tekanan darah sistolik Hemoglobin Leukosit Neutrofil Mieloperoksidase Kadar gula darah Kadar asam urat Keterangan : : Diteliti Gambar 3.1 Kerangka Teori : Teori KKM : Kejadian Kardiovaskular Mayor

14 3.2 Kerangka Konsep Variabel Bebas Usia Jenis Kelamin Riwayat DM Riwayat Merokok Heart rate Tekanan Darah Sistolik Kadar Hemoglobin Nilai Leukosit Kadar Natrium Darah Kadar LDL Darah Variabel Terikat Kejadian Kardiovaskular Mayor Gambar 3.2 Kerangka Konsep 3.3 Hipotesis 1. Usia merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 2. Jenis Kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 3. Riwayat DM merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 4. Riwayat Merokok merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 5. Heart rate merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 6. Tekanan darah sistolik merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.

15 7. Kadar hemoglobin merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 8. Nilai leukosit merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 9. Kadar natrium darah sistolik merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA. 10. Kadar LDL darah merupakan faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien IMA.

16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovakular Mayor (KKM) pada pasien Infark Miokard Akut (IMA). Desain penelitian ini menggunakan pendekatan case control untuk memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada pasien Infark Miokard Akut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Lokasi ini dipilih atas pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan utama di wilayah Sumatera Utara.. Berdasarkan survei di RSUP Haji Adam Malik Medan, didapati sebanyak 468 kasus Infark Miokard Akut pada tanggal 1 Januari 2014-31 Desember 2015, sehingga cukup representatif untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. 4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu dimulai dari bulan Maret 2016 sampai bulan Desember 2016. Waktu penelitian terhitung mulai dari awal pembuatan proposal pada bulam Maret 2016 sampai seminar hasil pada bulan Desember 2016. 4.3 Populasi dan Subjek Penelitian 4.3.1 Populasi Target Populasi target penelitian adalah pasien dengan Infark Miokard Akut (IMA). 4.3.2 Populasi Terjangkau Populasi terjangkau adalah pasien Infak Miokard Akut (IMA) yang dirawat di ICCU RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. 4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

17 Pengambilan sampel dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara consecutive sampling. 26 4.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi a) Kriteria Inklusi Pasien yang didiagnosis menderita Infark Miokard Akut dan dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan antara bulan Januari 2014 sampai bulan Desember 2015. b) Kriteria Eksklusi Data rekam medis tidak lengkap. 4.3.5 Perkiraan Besar Sampel Pada penelitian ini digunakan rumus: 27 Maka jumlah sampel minimal adalah 116 subyek Keterangan: n 1 n 2 = jumlah kasus minimal = jumlah kontrol minimal Z α = Tingkat kemaknaan [1,96] Z β = power [0,842] P 1 = perkiraan proporsi efek pada kontrol [0,5] Q 1 = 1-P 1 [0,5] P 2 = perkiraan proporsi efek pada kasus [0,25] P 2 = P 1 : [OR(1-P 1 )+P 1 ] Q 2 = 1-P 2 [0,75] P = ½(P 1 +P 2 ) [0,375]

18 Q = 1-P [0,625] OR = rasio odds yang dianggap bermakna secara klinis [3] 4.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui rekam medis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan data rekam medis pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) pada tahun 2014-2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik. Kemudian data yang telah dikumpulkan, dianalisa dan dicatat sesuai dengan variabel yang diteliti. 4.5 Defenisi Operasional 1. Pasien Infark Miokard Akut a. Defenisi operasional : Pasien yang dinyatakan menderita Infark Miokard Akut (IMA), berdasarkan hasil diagnosis dokter sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis. c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Ya, apabila terdiagnosis IMA Tidak, apabila tidak terdiagnosis IMA e. Skala ukur : Nominal 2. Usia a. Defenisi operasional : Usia pasien saat pemeriksaan dilakukan c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi >65 tahun dan 65 tahun e. Skala ukur : Nominal 3. Jenis Kelamin a. Defenisi operasional : Indikasi jenis kelamin ketika lahir sebagai laki-laki atau perempuan c. Alat ukur : Rekam Medis

19 d. Hasil ukur : Dikelompokkan antara laki-laki dan perempuan e. Skala ukur : Nominal 4. Riwayat Diabetes Melitus a. Defenisi operasional : Riwayat DM pada pasien sesuai rekam medis c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Ya, jika terdapat riwayat DM dan Tidak, jika tidak terdapat riwayat DM e. Skala ukur : Nominal 5. Riwayat Merokok a. Defenisi operasional : Riwayat merokok pada pasien sesuai rekam medis c. Alat ukur : Rekam Medis d. Hasil ukur : Ya, jika memiliki riwayat merokok aktif dan tidak, jika tidak memiliki riwayat merokok aktif e. Skala ukur : Nominal 6. Heart Rate a. Defenisi operasional : Jumlah denyut jantung admisi yang dihitung per menit c. Alat ukur : Rekam Medis d. Hasil ukur :Dikelompokkan menjadi >100 x/menit dan 100 x/menit e. Skala ukur : Ordinal 7. Tekanan darah sistolik a. Defenisi operasional : Data awal tekanan darah sistolik admisi dalam mmhg c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi <100 mmhg dan 100 mmhg e. Skala ukur : Ordinal

20 8. Kadar Hemoglobin a. Defenisi operasional : Nilai hasil pemeriksaan hemoglobin darah admisi sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis. c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Normal pada laki-laki apabila 13 mg/dl, pada wanita apabila 12 mg/dl. Anemia pada laki-laki apabila <13 mg/dl, pada wanita apabila <12mg/dl. e. Skala ukur : Ordinal 9. Nilai Leukosit a. Defenisi operasional : Nilai hasil hitung leukosit darah admisi sesuai dengan yang tercatat di rekam medis. c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi >10 4 /mm 3 dan 10 4 /mm 3 e. Skala ukur : Ordinal 10. Kadar Natrium Darah a. Defenisi operasional : Kadar natrium darah admisi sesuai dengan yang tercatat di rekam medis onal c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi <135 meq/l dan 135 meq/l e. Skala ukur : Ordinal 11. Kadar LDL darah a. Defenisi operasional : Kadar LDL darah admisi sesuai yang tercatat pada rekam medis onal c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi 160 mg/dl dan <160 mg/dl

21 e. Skala ukur : Ordinal 12. Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) a. Defenisi operasional : Kejadian komplikasi kardiovaskular yang terdiri atas kematian, kardigenik syok, aritmia dan gagal jantung kongestif. c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi KKM dan Tidak KKM e. Skala ukur : Nominal 13. Kematian a. Defenisi operasional :Suatu keadaan matinya batang otak, baik yang disebabkan oleh kardiovaskular maupun nonkardiovaskular sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis. b. Cara ukur :Observasi c. Alat ukur :Rekam medis d. Hasil ukur :Meninggal atau Hidup e. Skala ukur : Nominal 14. Gagal Jantung Kongestif a. Defenisi operasional :Suatu keadaan jantung tidak dapat memompa darah sesuai dengan yang terdiagnosis dan tercatat di rekam medis c. Alat Ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : Ya, apabila terdiagnosis gagal jantung kongestif. Tidak, apabila tidak terdiagnosis gagal jantung kongestif. e. Skala ukur : Nominal 15. Syok Kardiogenik a. Defenisi operasional : Syok yang disebabkan oleh karena kegagalan primer jantung dalam memompa sesuai dengan yang terdiagnosis dan tercatat pada rekam medis.

22 c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur :Ya, apabila terdiagnosis syok kardiogenik Tidak, apabila tidak terdiagnosis syok kardiogenik. e. Skala ukur : Nominal 16. Aritmia a. Defenisi operasional : Gangguan pada irama jantung sesuai dengan yang terdiagnosis dan tercatat pada rekam medis. c. Alat ukur : Rekam medis. d. Hasil ukur : Ya, apabila terdiagnosis aritmia Tidak, apabila tidak terdiagnosis aritmia. e. Skala ukur : Nominal 4.6 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 27 a) Editing, yaitu data yang telah diperoleh perlu dilakukan penyuntingan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komputer. b) Coding, yaitu data berupa jumlah pasien yang mengalami STEMI sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, hasil pemeriksaan hemoglobin, leukosit, tekanan darah sistolik, heart rate, usia dan jenis kelamin dan Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) yang telah terkumpul, diberi kode secara manual. c) Entry, yaitu data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer. d) Cleaning Data, yaitu setelah seluruh data dimasukkan, maka perlu dilakuka koreksi kembali untuk melihat kemungkinan kesalahan dalam pemberian kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya. e) Saving, yaitu data disimpan dalam komputer sebelum dilakukan analisa. f) Analisi Data, yaitu semua data yang telah diperoleh akan dianalisa menggunakan program komputer dengan analisis chi square kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat

23 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit yang terletak di Medan, Sumatera Utara. Sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990, RSUP H.Adam Malik berdiri sebagai rumah sakit tipe A. Selain itu, berdasarkan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Rumah sakit tersebut diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993. 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Populasi dan Sampel Pada penelitian ini, data sampel diperoleh dari rekam medis, yaitu data pasien Infak Miokard Akut di RSUP H. Adam Malik Medan mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2015. Dari total 468 kasus miokard infark yang tercatat telah menjalani rawat inap, sebanyak 116 kasus yang terdiri dari 58 kasus yang mengalami KKM dan 58 kasus yang tidak mengalami KKM yang memenuhi kriteria ekslusi dan inklusi diambil datanya dan dianalisis. 5.1.3 Karakteristik Sampel a. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1.3a, dari 116 pasien yang didiagnosa Infark Miokard Akut, sebanyak 91 orang berjenis kelamin laki-laki (78,4%) dan sebanyak 25 orang berjenis kelamin perempuan (21,6%). Kelompok usia terbanyak adalah usia 50-59 tahun yaitu sebanyak 49 orang (42,2%) diikuti kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 30 orang (25,9%).

24 Tabel 5.1.3a Distribusi Sampel Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Total n % n % n % <40 tahun 2 1,7 0 0 2 1,7 40-49 tahun 18 15,5 2 1,7 20 17,2 50-59 tahun 38 32,8 11 9,5 49 42,2 60-69 tahun 24 20,7 6 5,2 30 25,9 70 tahun 9 7,8 6 5,2 15 12,9 Total 91 78,4 25 21,6 116 100 Rata-rata (tahun) Rentang (tahun) 57,93±9,919 27-98 b. Distribusi Jenis Kejadian Kardiovaskular Mayor Pada Pasien IMA. Pada penelitian ini diambil sampel sebanyak 116 yang terdiri dari 58 kasus yang mengalami KKM dan 58 kasus yang tidak mengalami KKM. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1.3b dapat diketahui bahwa distribusi jenis KKM pada pasien IMA paling banyak terdapat pada pasien yang mengalami gagal jantung kongestif saja yaitu 33 orang (56,9%) diikuti pasien yang mengakami aritmia saja sebanyak 5 orang (8,6%).

25 Tabel 5.1.3b Distribusi Jenis KKM Pada Pasien IMA Jenis KKM n % 1 2 1,2 1,3 1,4 2,3 2,4 3,4 1,3,4 2,3,4 1,2,3,4 33 5 3 1 1 1 1 5 2 3 3 56,9 8,6 5,2 1,7 3,4 1,7 1,7 6,9 3,4 5,2 5,2 Total 58 100% Keterangan : 1 : Gagal jantung kongestif 2 : Aritmia 3 : Syok Kardiogenik 4 : Kematian

26 5.1.4 Analisis Bivariat Terhadap KKM Tabel 5.1.4 Hasil Analisis Bivariat Terhadap KKM Faktor-faktor KKM Tidak KKM OR n % N % (CI 95%) Pvalue Usia 65 tahun >65 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Riwayat DM (+) (-) Riwayat Merokok (+) (-) Heart Rate >100 x/menit 100 x/menit TD Sistolik <100 mmhg 100 mmhg Hemoglobin Anemia Normal 17 41 45 13 21 37 39 19 15 43 12 46 25 33 Leukosit >10000/mm 3 49 10000/mm 3 9 Natrium <135 meq/l 135 meq/l LDL 160 mg/dl <160 mg/dl 31 27 14 44 14,7 35,3 38,8 11,2 18,1 31,9 33,6 16,4 12,9 37,1 10,3 39,7 21,6 28,4 42,2 33,6 26,7 23,3 12,1 37,9 12 46 46 12 14 44 39 19 3 55 4 54 8 50 9 19 27 39 8 50 10,3 39,7 39,7 10,3 12,1 37,9 33,6 16,4 2,6 47,4 3,4 46,6 6,9 43,1 7,8 16,4 16,4 33,6 6,9 43,1 1,589 (0,679-3,720) 0,903 (0,372-2,190) 0,284 0,821 1,784 (0,797-333,991) 0,157 1,000 (0,460-2,172) 6,395 (1,739-23,518) 3,522 (1,063-11,669) 1,000 0,002 0,031 4,735 (1,907-11,756) 0,0001 2,652 (1,081-6,509) 2,709 (1,273-5,767) 1,989 (0,763-5,186) 0,03 0,009 0,155 Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan bahwa faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap KKM adalah heart rate

27 (p=0,002), hemoglobin(p=0,0001), leukosit (p=0,03), dan tekanan darah sistolik (p=0,031). 5.1.5 Analisis Multivariat terhadap KKM Setelah dilakukan uji bivariat pada setiap faktor yang diduga berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut, dilakukan analisis multivaraiat terhadap faktor-faktor yang memenuhi syarat nilai p<0,25. Analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik dengan metode backward wald dengan hasil sebagai berikut. Tabel 5.1.5 Hasil Analisis Multivariat Terhadap KKM Faktorfaktor Heart Rate KKM Tidak KKM OR n % N % (CI 95%) Pvalue >100 x/menit 15 12,9 3 2,6 5,148 0,019 100 x/menit 43 37,1 55 47,4 (1,310-20,225) TD Sistolik <100 mmhg 12 10,3 4 3,4 3,183 0,090 100 mmhg 46 39,7 54 46,6 (0,835-12,128) Hemoglobin Anemia 25 21,6 8 6,9 5,027 Normal 33 28,4 50 43,1 (1,811-13,953) 0,002 Leukosit >10000/mm 3 49 42,2 9 7,8 2,895 0,050 10000/mm 3 9 33,6 19 16,4 (1,000-8,380) Natrium <135 meq/l 31 26,7 27 16,4 2,111 0,088 135 meq/l 27 23,3 39 33,6 (0,894-4,989)

28 Berdasarkan hasil analisis multivariat pada tabel 5.1.5 diketahui bahwa faktorfaktor yang berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) pada penelitian ini adalah hemoglobin (OR 5,027; CI 95% :1,811-13,953; p=0,002) dan heart rate (OR 5,148; CI 95% :1,310-20,225; p=0,019). 5.2 Pembahasan 5.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dengan pengambilan data 1 Januari 2014-31 Desember 2015. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1.3a, dari 116 pasien yang didiagnosa Infark Miokard Akut, sebanyak 91 orang berjenis kelamin laki-laki (78,4%) dan sebanyak 25 orang berjenis kelamin perempuan (21,6%). Hal tersebut mendukung penelitian Jouhsilahti dkk yang menyatakan terdapat perbedaan yang nyata antara perbedaan jenis kelamin terhadap penyakit jantung koroner. Pada pasien berusia setengah baya, penyakit jantung koroner 2-5 kali lebih sering terjadi pada laki-laki meski rasio jenis kelamin tersebut bervariasi pada setiap populasi. 28 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Nallathambi yang menyatakan bahwa proporsi pasien Sindroma Koroner Akut yang berjenis kelamin laki-laki adalah 83,5% sedangkan proporsi pasien Sindroma Koroner Akut yang berjenis kelamin perempuan adalah 16,5%. 29 Pada penelitian Hosseini dkk disebutkan bahwa proporsi pasien STEMI berjenis kelamin laki-laki pada usia 40 tahun adalah 92,7% sedangkan proporsi pasien STEMI berjenis kelamin laki-laki pada usia >40 tahun adalah 74%. 30 Hal tersebut mendukung hasil penelitian pada tabel 5.1.3a yang menyatakan bahwa jumlah pasien berusia <40 tahun yang mengalami IMA pada penelitian ini adalah 2 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (1,7%) dan tidak ada pasien berjenis kelamin perempuan. Sedangkan jumlah pasien berusia 40 tahun adalah 89 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (76,7%) dan 25 orang pasien berjenis kelamin perempuan (21,6%). Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat secara nyata seiring bertambahnya usia. 10 Risiko terjadinya penyakit jantung cenderung meningkat 2,2 kali setelah usia 55 tahun dan kelompok usia 75 tahun ke atas beresiko 2,49 kali

29 lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan kelompok usia 15-24 tahun. 31 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1.3a, usia termuda adalah 27 tahun dan usia tertua yaitu 98 tahun. Kelompok usia terbanyak adalah usia 50-59 tahun yaitu sebanyak 49 orang (42,2%) diikuti kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 30 orang (25,9%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Novika yang menyatakan bahwa kelompok usia dengan proporsi tertinggi pada pasien IMA adalah kelompok usia 55-59 tahun yaitu sebanyak 19,1% (dengan proporsi laki-laki 13,6% dan perempuan 5,5%). 32 5.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) pada Pasien Infark Miokard Akut. Berdasarkan hasil analisis multivariat pada tabel 5.1.5 diketahui bahwa faktorfaktor yang berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) pada penelitian ini adalah hemoglobin dan heart rate. Berdasarkan tabel 5.1.5 diketahui bahwa pada penelitian ini, jumlah pasien infark miokard akut dengan nilai hemoglobin anemia adalah 33 orang (28,4%). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Jumalang dkk yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien infark miokard akut memiliki nilai hemoglobin yang normal (83,9%). 33 Hal tersebut juga didukung penelitian Hidayat. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa 32,3% pasien Sindroma Koroner Akut yang diteliti mengalami anemia. 8 Pada penelitian ini ditemukan hasil yang signifikan antara nilai hemoglobin dan KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) dengan OR 5,027 (CI 95% :1,811-13,953; p=0,002). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hidayat yang mengatakan terdapat hubungan signifikan antara nilai hemoglobin dan KKM yang terdiri dari infark miokard berulang, kematian, revaskularisasi intervensi perkutaneus koroner berulang pada masa perawatan yang sama, serta tindakan segera CABG selama perawatan pada pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) dengan RR 2,093 (CI 95%, 1,273-3,440, p=0,003). 8 Pada penelitian Zhang dkk, hasil analisis multivariat regresi logistik menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nilai hemoglobin dan KKM yang terdiri dari kematian kardiovaskular, aritmia ventrikular, stroke,

30 dan infark miokard berulang dengan nilai OR 0,972 (CI 95%; 0,984-0,998; p=0,033). Pada penelitian tersebut disimpulkan disamping skor risiko GRACE, peningkatan rasio neutrofil dan limfosit serta penurunan hemoglobin juga merupakan faktor prediktor independen terjadinya KKM setelah 1 tahun, khususnya pada pasien yang mendapat LVEF setelah PCI pada pasien STEMI. 34 Hasil tersebut juga didukung penelitian Nikolsky dkk. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa melalui analisis multivariat, anemia merupakan faktor prediktor terjadinya kematian selama masa perawatan di rumah sakit pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) yang menjalani primary percutaneous coronary intervention dengan HR 3,26 (CI 95% : 1.01-10,52; p=0,048). 35 Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anemia secara signifikan berpengaruh terhadap Kejadian Kardiovaskular Mayor pada pasien Infark Miokard Akut. Hal tersebut dimungkinkan karena anemia menyebabkan kurangnya supply oksigen ke organ termasuk jantung. Kekurangan oksigen pada sel jantung akan dikompensasi dengan peningkatan volume sekuncup dan laju jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang adekuat pada seluruh tubuh. Namun, hal tersebut malah akan memperpanjang jarak antara oxygen demand dan oxygen supply. 36 Selain hemoglobin, heart rate juga menunjukkan hasil yang signifikan pada penelitian ini (OR 5,148; CI 95% :1,310-20,225; p=0,19). Berdasarkan tabel 5.1.5, dikteahui bahwa proporsi pasien IMA dengan heart rate >100x/menit adalah 15,5% total populasi (18 orang) sedangkan jumlah pasien IMA dengan heart rate >100 x/menit yang mengalami KKM adalah 12,9% total populasi (15 orang). Hasil tersebut, sejalan dengan hasil penelitian Putri yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara denyut jantung dan KKM yang terdiri dari kematian kardiovaskular dan nonkardiovaskular, stroke, infark miokard akut berulang, dan revaskularisasi intervensi koroner berulang (p<0,001). Berdasarkan hasil uji multivariat regresi logistik pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa pasien dengan sindroma koroner akut dengan denyut jantung admisi >100 kali per menit memiliki risiko mengalami KKM 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan

31 dengan pasien Sindroma Koroner Akut dengan denyut jantung 100 kali per menit (OR 3,80; CI 95%: 1,90-6,63; p<0,001). 9 Hasil penelitian ini juga didukung penelitian Salwa dkk. Pada penelitian Salwa dkk dikatakan bahwa syok kardiogenik lebih sering terjadi pada pasien STEMI dengan heart rate >100 kali per menit (p=0,021). Gejala gagal jantung paling jarang terjadi pada kelompok pasien dengan heart rate 60-69 kali per menit. Gejala gagal jantung meningkat secara signifikan terhadap peningkatan heart rate pada nilai 90 kali per menit atau diatasnya (p=0,001). Kematian pada masa perawatan di rumah sakit signifikan berhubungan pada pasien dengan heart rate <60 kali per menit (p=0,0397), pasien dengan heart rate 90-99 kali per menit (p=0,0008) dan pasien dengan heart rate >100 kali per menit (p<0,0001). Melalui analisis multivariat, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa heart rate merupakan faktor resiko independen terhadap kematian karena sebab kardiovaskular selama perawatan di rumah sakit (OR 1.51, 95% CI 1.25 1.82).Hal tersebut berlaku terhadap penurunan maupun penigkatan heart rate. 37 Heart rate merupakan faktor resiko kardiovaskular sederhana yang menyediakan informasi prognosis yang penting pada pasien STEMI yang ditatalaksana dengan PCI. 38 Namun, meskipun hubungan antara heart rate dan outcome telah banyak diteliti, untuk mengerti hubungan antara heart rate dan adverse events masih sangat menantang. 38 Hal ini kemungkinan disebabkan karena heart rate merupakan faktor penyebab dan merupakan indikator terjadinya proses patofisiologi. 38 Heart rate mempengaruhi kebutuhan dan supply oksigen pada miokardium sehingga perfusi miokardium mungkin dapat menjelaskan hubungan erat yang telah diamati antara heart rate dan ukuran infark. 39,40 Pengaruh peningkatan heart rate pada patofisiologi PJK berhubungan dengan metabolisme dasar sel otot jantung. Miokardium memperoleh oksigen terutama pada saat fase diastol (80%). Peningkatan heart rate menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen bersamaan dengan penurunan jumlah oksigen yang diterima yang disebabkan oleh penurunan durasi diastole. Selain itu, peningkatan heart rate pada pasien PJK dapat menghasilkan vasokonstriksi pembuluh darah koroner. 41

32 Terdapat perbedaan hasil antara penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya. 8-11,25 Hal tersebut disebabkan karna perbedaan karakteristik sampel penelitian, design penelitian, jumlah sampel, dan metode analisis data. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang menggunakan data sekunder yaitu rekam medis sehingga seringkali tidak begitu akurat dan dapat menimbulkan bias. 27 Selain itu, dikarenakan data penelitian yang diperoleh melalui rekam medis tanpa bertemu langsung dengan pasien, keterbatasan pengetahuan akan karakteristik sampel juga menjadi kendala.

33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan 1. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) adalah anemia dan heart rate. 2. Jumlah kasus Infark Miokard Akut (IMA) yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 1 Januari 2014-31 Desember 2015 adalah 468 kasus. 3. Pada penelitian ini dijumpai proporsi masing-masing jenis Kejadian Kardiovaskular Mayor yang terdiri dari gagal jantung kongestif 74,1%, aritmia 27,5%, syok kardiogenik 25,9% dan kematian 25,9%. 4. Proporsi kejadian anemia pada sampel adalah 28,5% sedangkan proporsi sampel dengan heart rate >100 x/menit adalah 15,5%. 1.2 Saran 1. Bagi Penelitian Selanjutnya Bagi calon peneliti yang ingin meneliti terkait faktor-faktor yang mempengaruhi KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA), sangat disarankan untuk meneliti dengan jumlah sampel yang lebih besar, analisis serta design penelitian prospektif. Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi bias yang terjadi selama penelitian. 2. Bagi Pihak Rumah Sakit Pihak rumah sakit disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terkait faktor-faktor yang mempengaruhi KKM pada pasien Infark Miokard Akut (IMA). Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap prognosis penyakit pasien sehingga dapat dilakukan pencegahan-pencegahan terhadap halhal yang tidak diinginkan pada pasien yang berisiko. 3. Bagi Instalasi Rekam Medik Dokumentasi data perjalanan penyakit pasien sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, sehingga pada peneliti menyarankan agar proses

34 dokumentasi data sebaiknya dilakukan dengan lebih lengkap dan terstruktur. Peneliti juga menyarankan agar rekam medis dikelompokkan berdasarkan kode yang lebih spesifik sehingga penelitian dapat berjalan lebih baik.