Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 5, Oktober 2015 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS BAHASA PETUNJUK MELALUI METODE SIMULASI DENGAN PENDEKATAN PAKEM SMP Negeri 1 Bojong Kab. Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan ketrampilan menulis materi bahasa petunjuk melakukan sesuatu melalui metode simulasi dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pekalongan semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Subyek penelitian yaitu kelas VIII-A berjumlah 42 orang siswa terdiri atas 21 laki-laki dan 21 perempuan. Prosedur penelitian terdiri atas 2 siklus. Siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus II meliputi dengan beberapa penambahan dan perbaikan pada seksi pelaksanaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan observasi. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: (1) Sisw a dikatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 68; (2) Nilai yang diperoleh siswa di atas KKM atau ketuntasan klasikal minimal 80%; dan (3) Siswa yang memiliki perilaku baik mengikui pelajaran minimal 70%. Kata Kunci: Menulis Bahasa Petunjuk, Metode Simulasi, Pendekatan PAKEM 2015 Didaktikum PENDAHULUAN Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa kelas IX tentang kertampilan menulis, diketaui bahwa siswa belum mampu menulis dengan baik khususnya menulis bahasa petunjuk melakukan sesuatu. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas IX, para siswa mengeluh jika pelajaran sampai pada pokok bahasan pembelajaran menulis. Hal tesebut dikarenakan mereka belum mampu menyusun dan membuat tulisan (khususnya menulis petunjuk) dengan struktur yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan yang sering dialami siswa diantaranya sistematika penulisan sering terbalik dan kurang logis, belum menggunakan bahasa yang efektif, kejelasan petunjuk masih kurang, serta ketidakefektifan kalimat. Kesalahan ini disebabkan karena siswa mengalami beberapa kesulitan dalam menulis petunjuk, diantaranya kesulitan dalam menuangkan ide, terbatasnya kosakata, terbatasnya pengetahuan, dan pengalaman siswa sehingga membuat petunjuk tertulis ternyata dianggap sukar. Sementara itu, dari hasil diskusi refleksi dengan guru observer bahasa pembelajar Indonesia SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pekalongan, didapatkan keterangan bahwa permasalahan tersebut disebabkan oleh: (1) kemampuan dasar pada siswa dalam menulis sangat berbeda -beda; (2) kurangnya latihan menulis khususnya bahasa petunjuk; dan (3) pendekatan pembelajaran yang belum tepat dalam [pembelajaran menulis bahasa petunjuk. 26 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5. (2015)
Bertolak dari permasalahan-permasalahn yang mucul diatas, peneliti ingin menerapkan metode simulasi yang dipadukan dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyendangkan atau PAKEM dalam pembelajaran menulis bahasa petunjuk. Diharapkan, metode tersebut dapat meningkatkan ketrampilan menulis bagi siswa kelas VIII A SMP 1 Bojong Kabupaten Pekalongan. Terkait dengan ketrampilan menulis, Trigan (1986: 3) menjelaskan bahwa me nulis merupakan suatu ketrampilan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain. Sementara menurut Gie (2002: 3), mengarang atau menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Melalui bahasa tulis, peneliti atau pengarang berusaha mengungkapkan ide-idenya agar dipahami pembaca. Dari uraian diatas dapat dismpulkan bahwa menulis adalah ketrampilan berbahasa untuk mnyampaikan ide-idenya kepada orang lain melalui bahasa tulis. Sehubungan dengan metode yang digunakan, menurut Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar (2003: 2) menyatakan bahwa PAKEM adalah akronim dari Pembelajaran A ktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus meniptakan suasana yang mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan KBM yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan agar siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu untuk mencurahkan perhatiannya (time on ask) tinggi. Menurut Sudjana (2000: 89) simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura-pura atau berbuat seoalah-olah. Kata simulation berarti tiruan atau perbuatan yang berpura-pura, dengan demikian simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (materi pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi yang dilakukan. Dengan demikian, metode simulasi dapat dijelaskan sebagai metode permainan yang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam peristiwa tersebut, sehingga para siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan pendekatan PAKEM dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga suasana kelas bisa lebih menyenangkan. Dengan kondisi yang menyenangkan diharapkan para siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Bojong Kabupaten Pekalongan semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Subyek penelitian yaitu kelas VIII-A berjumlah 42 orang siswa terdiri atas 21 laki-laki dan 21 perempuan. Prosedur penelitian terdiri atas 2 siklus. Siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus II meliputi dengan beberapa penambahan dan perbaikan pada seksi pelaksanaan. Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang berupa RPP, soal tes, lembar observasi, dan rubrik penilaian. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas tindakan diawali dengan kegiatan pendahuluan di mana peneliti melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada para siswa tentang kegunaan mempelajari menulis bahasa petunjuk melakukan sesuatu. Selanjutnya, pada kegiatan inti guru menyajikan topik yang akan disimulaikan, memberi contoh sebuah simulasi cara menggunakan media atau benda yang tersedia untuk diamati siswa. Kemudian siswa merancang kelompok di mana setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima siswa yang pengelompokannya ditentukan oleh guru. Masing-masing kelompok mendapatkan PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS BAHASA PETUNJUK MELALUI METODE SIMULASI DENGAN PENDEKATAN PAKEM 27
media belajar yang berbeda dan diberi tugas untuk mensimulasikan penggunaan media-media tersebut di depan kelas. Setelah simulasi dilaksanakan, sampai pada tahap pemantapan siswa ditugaskan untuk mentranskripsikan hasil pengamatannya dalam bentuk tulisan berupa petunjuk penggunaan atau pembuatan media yang dipergunakan oleh kelompok lain. Kegiatan selanjtnya yaitu guru menjelaskan sistem penilaian petunjuk tertulis kelapa siswa dan meminta salah satu siswa menampilkan hasil tulisannya di papan tulis. Guru juga menanyakan nilai yang diperoleh dari hasil pekerjaan siswa di papan tulis. Sebagai tindak lanjut guru meminta siswa berlatih kembali menulis petunjuk dengan memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Pada khir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Observasi atau pengamatan dilakukan selama proses pembelajarn berlangsung. Peneliti menyampaikan materi pembelajaran, sedangkan guru mitra/kolaborator melakukan pengamatan. Pengamatan ini dilakukan oleh guru/mitra observer secara keseluruhan siswa di lapangan dengan memberikan tanda check list ( ). Sasaran observasi adalah keaktifan dan ketidakaktifan para siswa saat melakukan persiapan, pelaksanaan, dan pemantapan dalam simulasi belajar. Refleksi dilakukan setelah tindakan siklus I berakhir, peneliti melakukan analisis mengenai hasil tes. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui seberapa besar ketrampilan menulis siswa, bagaimana sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, dan kendala apa yang ditemui guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1) ketrampilan menulis siswa pada siklus I; (2) pengungkapan sikap siswa dalam kegiata n belajar mengajar; dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dlakukan guru selama mengajar. Hasil yang diperoleh pada siklus I digunakan sebagai dasar perbaikan pada siklus II. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (ulangan harian). Tes tertulis digunakan untuk mendapatkan data kemampuan siswa terkait materi menulis bahasa petunjuk melakukan sesuatu. Teknik non-tes (pedoman observasi perilaku siswa dan observasi aktivitas guru) untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Teknik non-tes juga digunakan untuk mengetahui perkembangan performa guru dalam menyajikan pembelajaran di dalam kelas. Hasil tes siswa dinilai dengan skor 20 s.d. 100, kemudian dihitung reratanya. Perilaku siswa dan aktivitas guru diberikan skor dari 7 s.d 28, kemudian dihitung reratanya sama seperti hasil tes siswa. Begitu pula dengan aktivitas guru yang dinilai skor dari 20 s.d 100 kemudian diambil reratanya. Dari data yang diperoleh ditafsirkan dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Indikator kinerja dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: (1) Siswa dikatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 68; (2) Nilai yang diperoleh siswa di atas KKM atau ketuntasan klasikal minimal 80%; dan (3) Siswa yang memiliki perilaku baik mengikui pelajaran minimal 70%. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan metode simulasi dengan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan mengahasilkan peningkatan hasil ulangan tes siswa terhadap materi menulis bahasa petunjuk. Adanya peningkatan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran dan meningkatkan performa guru dapat diperhatikan pada Tabel 1. 28 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5. (2015)
Tabel 1. Perkembangan Hasil Ulangan Harian Rentang Kriteria Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 85-100 Sangat Tinggi 0 0 6 14,3 70-84 Tinggi 20 47,6 36 85,7 51-69 Rendah 20 47,6 0 0 25-50 Sangat Rendah 2 4,8 0 0 Jumlah 42 100 42 100 Jika digambarkan dalam grafik perkembangan hasil ulangan harian siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: 85,7% 0 0 0 14,3% 0 0 0 Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah 85-100 70-84 51-69 25-50 Persentase Siklus I Persentase Siklus II Gambar 1. Grafik Perkembangan Hasil Ulangan Harian Pada siklus I siswa yang mendapatkan skor di bawah 69 sebanyak 22 siswa terdiri dari berkriteria rendah 20 siswa dan sangat rendah 2 siswa. Sedangakan pada siklus II, siswa yang memperoleh skor di bawah 69 sebanyak 0 siswa, setelah menggunakan metode simulasi dengan pendekatan PAKEM ada peningkatan 22 siswa (52,4%). Peningkatan ini dapat terjadi karena setelah pelaksanaan, peneliti dan guru mitra duduk bersama untuk mendiskusikan, menganalisis kelebihan dan kekurangan, dan mencari solusi perbaikan. Dari hasil diskusi disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang sudah baik harus dipertahankan bila mungkin ditingkatkan untuk menambah penguatan sedangkan langkah-langkah yang masih kurang agar segera diperbaiki dan diterapkan pada siklus 2. Setelah diadakan penelitian tes akhir pada siklus I diperoleh nilai terendah dari seluruh siswa adalah 50. Sedangkan nilai tertinggi 80 dan nilai rata-rata dari keseluruhan siswa adalah 66,9. Sementara untuk siklus II, diperoleh nilai terendah dari seluruh siswa adalah 70. Sedangkan nilai tertinggi 95 dan nilai rata-rata dari keseluruhan siswa adalah 78. Adapun data perolehan nilai tes akhir yang dicapai siswa secara rinci pada siklus I dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut ini: PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS BAHASA PETUNJUK MELALUI METODE SIMULASI DENGAN PENDEKATAN PAKEM 29
Tabel 2. Daftar Perkembangan Nilai Ulangan Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Nilai Tertinggi 80 95 Nilai Terndah 50 70 Rata-rata 66,9 78 Jika digambarkan dalam grafik perkembangan nilai ulangan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 95 80 78 70 66,9 50 Nilai Tertinggi Nilai Terndah Rata-rata Siklus I Siklus II Gambar 2. Grafik Perkembangan Nilai Ulangan Siklus I dan Siklus II Selanjutnya dari hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan perilaku siswa selama proses pembelajaran menggunakand metode simuli dengan pendekatan PAKEM berlangsung, diketahui tidak adanya nilai skor perilaku yang sangat rendah pada pada siklus I dan siklus II, sedangkan nilai skor 12 s.d 17 yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 25 siswa pada siklus I namun tidak ditemukan pada siklus II. Untuk kategori tinggi, ditemukan 15 siswa pada siklus I dan meningkat menjadi 27 siswa pada siklus II atau dapat dikatakan terjadi kenaikan 28,5%. Pada kategori sangat tinggi yaitu dengan rentang skor 24 s.d. 28, ditemukan 2 siswa pada siklus I dan mengalami peningkatan 29% atau sejumlah 15 siswa pada siklus II. Berikut dijelaskan dalam tabel dan grafik: Tabel 3. Nilai Perkembangan Perilaku Siswa Siklus I dan Siklus II Rentang Kriteria Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 24-28 Sangat tinggi 2 4,8 15 35,8 18-23 Tinggi 15 35,7 27 64,2 12-17 Rendah 25 59,5 0 0 7-11 Sangat Rendah 0 0 0 0 Jika digambarkan dalam grafik perkembangan nilai perilaku siswa pada harian siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 3. 30 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5. (2015)
64,2% 59,5% 35,8% 35,7% 4,8% 0 0 0 Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah 24-28 18-23 12-17 7-11 Persentase Siklus I Persentase Siklus II Gambar 3. Grafik Perkembangan Nilai Perilaku Siswa Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap aktivitas guru/peneliti, diketahui terdapat peningkatan dari skor yang awalnya 70 meningkat menjadi 8 sehingga dapat dikatakan terdapat peningkatan 17% pada performa guru. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: metode simulasi dengan pendekatan PAKEM dapat meningkatkan ketrampilan menulis bahasa petunjuk siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku siswa pada pelajaran bahasa menulis petunjuk setelah diterapkan metode simulasi dengan pendekatan PAKEM. Model pembelajaran yang dirancang dalam penelitian juga dapat meningkatkan performa guru mengajar/peneliti. Dengan demikian, metode simulasi dengan pendekatan PAKEM dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran menulis bahas petunjuk melakukan sesuatu. DAFTAR PUSTAKA Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offer. Saputro, Suprihadi. 2004. Stratgei Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar, 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual dan Kecakapan Hidup. Semarang: Depdikbud Supraptono, Eko dkk. 2010. Materi Pelatihan PTK bagi Guru dalam Pengembangan Profesional. Gugus Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik UNNES: Semarang Sukamto, T. 1997. Teori Belajar dan model-model Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS BAHASA PETUNJUK MELALUI METODE SIMULASI DENGAN PENDEKATAN PAKEM 31