BAB III ANALISIS KARYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB II LANDASAN TEORI

Bentuk Musik Variasi Pada Karya Musik Hom Pim Pah

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai

BAB I PENDAHULUAN. program studi. Mata kuliah instrumen pilihan wajib ini menawarkan beberapa pilihan.

Tes Teori Tambahan Pengganti Nilai Kurang pada Kegiatan Praktik

LAPORAN PENELITIAN CONDUCTOR ORCHESTRA DALAM KONSER JANUARY OVERTURE

BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

ANALISIS BENTUK MUSIK PADA KARYA YEARS OF THE BITTER AND THE SWEET. Oleh : Ulfa Ayunin ( )

TINJAUAN ESTETIKA MUSIK PADA KARYA QUINTET FOR TENOR SAXOPHONE AND STRING QUARTET. Abstrak

TEKNIK PERMAINAN PIANO PADA BAGIAN SONATA DALAM KARYA MUSIK JOURNEY TO THE SECRET ISLAND

KARYA MUSIK ALAINN DALAM TINJAUAN ARANSEMEN

Harmoni II. Kord Pengganti (Substitution Chord) Progresi II V I VI

TINJAUAN BENTUK MUSIK PADA KOMPOSISI MUSIK PLACE OF BIRTH (SIDAYU)

TEKNIK PERMAINAN DRUM PADA KARYA MUSIK BEGIN FROM BROKEN HEART. Oleh : Hendra Tomy Wahyudi. Pembimbing : Agus Suwahyono, S.Sn, M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

KARYA BERMAIN DALAM TINJAUAN KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. judul yang akan digarap kemudian menentukan bentuk musik dan disesuaikan dengan perjalanan

BENTUK MUSIK SONATA DALAM KARYA MUSIK ABORISCO

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

Teknik Permainan Gitar Pada Karya Musik Spirito Con Grazia Ed Espressivo

BAB I PENDAHULUAN. secara spesifikasi. Tindakan tersebut dinamakan dengan analisis.

BAB V TEKNIK PERMAINAN

ANALISIS BENTUK MUSIKAL DAN STRUKTUR LAGU TANAH AIRKU KARYA IBU SOED ARANSEMEN JOKO SUPRAYITNO UNTUK DUET VOKAL DAN ORKESTRA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

KARYA MUSIK SCHERZO CON BRILLANTE DALAM TINJAUAN PENERAPAN KOMPOSISI

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

BAB III ANALISIS A. Komposisi musik program Perang Pattimura: Penyerbuan Benteng Duurstede

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan cerita, puisi, ide atau adegan. Bagian instrumental pada

Tangkurak Koriang dalam Bentuk Formasi Orkestra: Suatu Perwujudan dari Musik Tradisi Masyarakat Pulau Binjai Kabupaten Kuantan Singingi

BAB I PENDAHULUAN. Musik keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa

Bentuk Penyajian Musik pada Karya The Spirit of Samurai, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Tugas Akhir Jurusan Sendratasik Tahun 2013

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

STRUKTUR HARMONI PADA KARYA MUSIK SING ISN T LIPSYNC. Oleh Nur Irfan Ismail Pembimbing : Budi Dharmawanputra S.pd, M.

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

Teknik Permainan Piano Goyang Borjuis, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013

LAPORAN PENELITIAN CONDUCTOR ORCHESTRA DALAM KEGIATAN DIES NATALIS UNY KE 47

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.? 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga

ARANSEMEN LAGU KULIHAT IBU PERTIWI UNTUK FLUTE, KLARINET DENGAN KUARTET GESEK

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BENTUK MUSIK DAN MAKSUD YANG TERKANDUNG DALAM TIAP BAGIAN MUSIK DALAM KARYA MUSIK LEARNING TO BLOW

BAB 3 KARYA MUSIK MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Theodor & Hanns Eisler. Composing For The Films (New York: Oxford University Press, 1947), 40.

MENGENAL IRAMA 8 BEAT

BAB III ANALISIS KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran musik bisa didapat melalui jalur formal, non formal

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI

Harmoni I. Progresi I IV V

(Penggalan frase 1, frase 2 dan frase 3 pada bagian A)

ARTIKULASI BUNYI PADA POLA RITME DRUM DALAM KARYA MUSIK HEART BEAT. Oleh : Alvita Amelia K. Dosen Pembimbing : Moh. Sarjoko S.Sn, M.Pd.

2015 STUDI TENTANG PERILAKU BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH INSTRUMEN PILIHAN WAJIB SULING III DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK FPSD UPI

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAB II KAJIAN TEORI. bahasa dan sastra, dan lain sebagainya. Menurut Banoe (2003 : 288), musik

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

REMA INTAN PERMATA SUDRAJAT,

BAB I PENDAHULUAN. Banoe, Pono. Kamus Musik. Yogyakarta, 409 2

TINJAUAN HARMONI PADA KARYA MUSIK FORZA TREDICI

Gambar bagian-bagian gitar

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1

ULANGAN KENAIKAN KELAS VII Semester 2

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik

BAB I PENDAHULUAN. Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.3.

ANALISIS BENTUK DAN STRUKTUR KOMPOSISI QUARTET IN D MAYOR BAGIAN KE TIGA KARYA WOLFGANG AMADEUS MOZART SKRIPSI

BAB IV ANALISIS MASALAH. Batu Matia Telu, Teorenda, Lelendo Ndao, dan Taibenu memiliki pola melodik dan ritmik tertentu yang khas sebagai berikut:

Makalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik

TINJAUAN UMUM MUSIK dan JOGJAKARTA MUSIK CENTER

MODUL PRAKTIKUM. Penyusun: Tim

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

STRUKTUR HARMONI DALAM KARYA RONDO ALLEGRETTO. Anastasia Vini Rosariani

S I L A B U S. II. Deskripsi Mata Kuliah

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

Transkripsi:

BAB III ANALISIS KARYA Komposisi Tre Discordes dalam Fantasia, Kolaborasi Arumba, Kuartet Gesek dan Instrumen Tiup Dalam Tiga Nuansa terinspirasi oleh pertunjukan angklung modern yang dilakukan di Saung Angklung Udjo Bandung, saat penulis melakukan observasi pada tanggal 20 dan 22 Oktober 2014. Di situ angklung dapat memainkan bukan hanya lagu tradisional atau lagu pop saja, namun juga memainkan komposisi-komposisi musik klasik Barat. Ternyata, angklung juga dapat dikombinasikan dengan alat musik modern lain seperti combo band. Dari pengalaman tersebut, kemudian penulis mendapatkan ide untuk mengangkat musik daerah, yaitu angklung sebagai sarana ekspresi musikal yang dikombinasikan dengan musik dari negara lain. Penulis kemudian melanjutkan observasi dengan melakukan wawancara dengan Drs. Haris Sungkawa dan Hardianto S.Pd. Keduanya dikenal sebagai Guru Besar Angklung yang telah mengajar dan mengadakan konser baik di dalam maupun luar negeri. Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2014 di kampus UPI Bandung. Penulis juga diberi kesempatan mengikuti kelas dasar angklung untuk mengetahui bagaimana dasar-dasar bermain angklung dan mengenal jenis-jenis angklung. Di dalam komposisi ini, disuguhkan tiga nuansa musik yang berbeda yaitu Sunda, Irlandia, dan Persia. Nuansa Sunda dipilih karena Sunda merupakan daerah asal kelahiran penulis, sedangkan Irlandia dipilih karena penulis sangat menyukai dan terinspirasi oleh musik Irlandia, khususnya The Corrs. Sementara nuansa Persia dipilih karena di dalam lingkup fakultas sangat sedikit komposer maupun musisi yang mengangkat musik Persia. Ketiga nuansa tersebut akan diwakili oleh masing-masing instrumen yang juga berbeda. Nuansa Sunda diwakili oleh penggunaan arumba khususnya angklung dan calung, yang merupakan alat musik daerah Jawa Barat. Selain kedua instrumen tersebut, penulis menambahkan flute untuk menggambarkan permainan suling sunda 23

karena sulit mendapatkan pemain suling Sunda asli. Nuansa Irlandia, diwakili oleh penggunaan instrumen gesek dan irish whistle. Sedangkan untuk nuansa Persia, diwakili oleh penggunaan saxophone dan gitar yang menggunakan efek suara sitar. Alasan penggunaan angklung dan calung untuk mewakili nuansa Sunda adalah karena karakteristik dan asal muasal instrumen tersebut yang memang asli dari Sunda dan mewakili warna suara yang sangat khas. Sedangkan kuartet gesek dipilih untuk mewakili nuansa Irlandia karena musik tradisional Irlandia menggunakan instrumen biola (yang disebut fiddle). Selain fiddle, musik Irlandia juga menggunakan irish whistle, yang merupakan alat musik tiup tradisional Irlandia. Penggunaan saxophone dalam nuansa Persia untuk mewakili penggunaan alat musik tiup khas Persia yaitu ney. Karakter saxophone yang jauh berbeda dengan instrumen tiup sebelumnya sekaligus untuk memudahkan pendengar dalam membedakan tiap nuansa. Komposisi ini terdiri dari tiga bagian yaitu A,B, dan C. Melodi utama yang digunakan pada bagian A adalah: Gambar 3.1 Melodi utama nuansa Sunda Gambar 3.2 Melodi utama nuansa Irlandia 24

Gambar 3.3 Melodi utama nuansa Persia A. Bagian A Bagian A menggambarkan karakter dari masing-masing nuansa, yaitu Sunda, Irlandia dan Persia. Bagian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu A.1, A.2, dan A.3. 1. Bagian A.1 Nuansa Sunda yang diwakili oleh angklung, calung, dan flute memainkan motif utama bernuansa Sunda (birama 1-8). Dimainkan dalam sukat 4/4 dan tonalitas C mayor, dengan tempo moderato. Tempo ini dipilih untuk menggambarkan suasana musik Sunda yang lincah. Hal tersebut juga digambarkan dengan kuartet gesek yang memainkan iringan dengan teknik pizzicato. Bagian ini dimainkan sepanjang 24 birama. Birama 1-16 merupakan tema utama, sementara birama 17 sampai birama 24 merupakan pengembangan tema dan jembatan menuju perubahan nuansa, dari Sunda ke Irlandia. Dalam nuansa Sunda, tangga nada yang digunakan adalah laras pelog, yaitu Do, Mi, Fa, Sol, Si, Do. Akord yang digunakan antara lain C, Em, F, dan G. Kadens dalam codetta yang digunakan dalam bagian ini adalah deceptive cadence. 25

Gambar 3.4 Pengembangan tema dan jembatan nuansa dalam bagian A.1 2. Bagian A.2 Progresi melodi mengalami perubahan nuansa menjadi nuansa Irlandia pada bagian A.2, yang diwakili oleh kuartet gesek dan irish whistle. Bagian ini dibagi menjadi dua yang dimainkan dalam tangga nada E minor dan tempo allegro. Bagian pertama, yaitu birama 26 sampai birama 32 instrumen gesek memainkan progresi akord Em add 9 - C/E-A 7 /E-C/E, yang diulang dua kali. Bagian ini dimainkan dengan irama reel dan bertujuan untuk memperkenalkan irama musik Irlandia. 26

Gambar 3.5 Birama 26 32 Pengenalan motif dan irama Irlandia Pada birama 34-41, violin satu memainkan motif utama nuansa Irlandia dengan hanya diiringi oleh gitar. Motif utama juga dimainkan oleh irish whistle (pada birama 42-50) dengan kuartet gesek yang bermain bersamaan sebagai pengiring. 27

Gambar 3.6 Birama 34 41 Nuansa Irlandia dengan iringan gitar Pada bagian A2 (birama 50-57), terdapat modulasi menuju tangga nada B minor. Violin dua kemudian memainkan motif kedua. Bagian ini dimainkan dengan progresi akord Bm-A-E-G-Em-A. 28

Gambar 3.7 Birama 50 57 Motif kedua nuansa Irlandia Pada birama 58-68 terdapat modulasi menuju tangga nada E minor dan memainkan motif utama. Dalam keseluruhan bagian ini perkusi (tom-tom etnik) juga memainkan irama irlandia yang mengadaptasi permainan Bodhran (rebana Irlandia). Gambar 3.8 Pola irama perkusi Irlandia 3. Bagian A.3 Setelah nuansa Irlandia selesai dimainkan, komposisi mengalami perubahan nuansa menjadi nuansa Persia. Dalam nuansa ini saxophone 29

dan gitar (dengan menggunakan efek sitar) mendominasi dengan memainkan motif utama Persia. Nuansa ini dimainkan dalam tonalitas E dalam tempo andante, dan menggunakan tangga nada minor harmonis. Bagian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, yaitu birama 69-70, merupakan bagian awal yang memperkenalkan irama Persia (pīshdarāmad). Birama tersebut diawali oleh violoncello yang memainkan teknik pizzicato. Selanjutnya pada birama 71-86, saxophone dan gitar (yang dimainkan dengan efek suara sitar) saling bersahut-sahutan memainkan motif utama. Violin solo juga ikut mengisi bagian tersebut dengan motif Persia yang ekspresif. Gambar 3.9 Irama Persia Bagian selanjutnya yaitu birama 87-90, violin dua, viola, dan violoncello memainkan iringan dalam nuansa ini dengan teknik arco. Hal ini dilakukan untuk mengubah suasana irama Persia yang sebelumnya tenang, menjadi lebih kuat dan tegas. Instrumen saxophone tetap memainkan melodi utama bersahutan dengan iringannya. Selanjutnya dalam birama 91-92 irama iringan kembali menjadi tenang dan lincah. Hal ini digambarkan dengan iringan violin dua, viola, dan violoncello yang kembali memainkan komposisi dengan teknik pizzicato. Seluruh komposisi pada bagian A menggambarkan tentang keragaman budaya dan pengenalan karakter dari masing-masing budaya tersebut. Keragaman budaya dan karakter tersebut menampilkan jenis alat musik yang khas serta idiom musikal. 30

B. Bagian B Bagian ini adalah bagian dimana setiap instrumen yaitu arumba, kuartet gesek dan instrumen tiup (yang sebelumnya sudah ditetapkan untuk mewakili nuansa Sunda, Irlandia, dan Persia) saling bertukar nuansa. Diawali dengan calung yang memainkan motif melodi Persia pada birama 93-97, kemudian disusul oleh flute yang juga memainkan motif melodi Persia dalam birama 97 sampai birama 101. Setelah itu angklung kemudian menyusul memainkan motif melodi Persia dalam birama 101 sampai birama 104. Gambar 3.10 Cuplikan motif Persia yang dimainkan calung Gambar 3.11 Cuplikan motif Persia yang dimainkan flute Gambar 3.12 Cuplikan motif Persia yang dimainkan angklung Setelah nuansa Persia dimainkan oleh alat musik yang berasal dari Sunda, dalam birama 104/3 posisi melodi utama bergeser dan dimainkan oleh perwakilan dari kuartet gesek, yaitu violin satu dan violin dua. Instrumen gesek ini kemudian memainkan motif melodi Sunda, namun masih dalam iringan nuansa Persia. Pada birama 112, flute kemudian mengisi motif melodi Persia sepanjang tiga birama, sementara instrumen gesek masih memainkan motif melodi Sunda sampai birama 113. Birama 114-122, violoncello memainkan motif melodi Persia yang berulang-ulang. Bagian ini sekaligus menjadi transisi. 31

Gambar 3.13 Birama 112-114 motif melodi Persia yang dimainkan flute Birama 123-174 merupakan bagian terakhir dalam bagian B. Pada awal bagian ini, komposisi mengalami perubahan sukat menjadi 6/8, yang mengadaptasi irama single jigs Irlandia. Motif melodi Irlandia pun dimainkan oleh saxophone sepanjang delapan birama, diiringi oleh kuartet gesek yang memainkan progresi akord VI-V-I/III-I dalam tonalitas G mayor. Selanjutnya pada birama 130/6 saxophone dan irish whistle bersama sama memainkan motif kedua dari nuansa Irlandia dalam oktaf yang berbeda. Bagian ini mengalami perubahan tonalitas menjadi D mayor dan kuartet gesek mengiringi dengan progresi akord VI-V-IV-I/III-IV-I/III-II-V. Hal tersebut berlangsung sampai birama 146. Gambar 3.14 Motif irlandia yang dimainkan saxophone dan irish whistle Birama 146/6, angklung dan calung kemudian mengambil alih memainkan motif kedua dari nuansa Irlandia. Motif melodi dan progresi akord yang digunakan masih sama dengan birama sebelumnya, hanya iringan kuartet gesek menjadi lebih bervariasi. Bagian ini berlangsung sampai birama 154. Motif kedua dari nuansa Irlandia masih dimainkan dalam birama 155-162, namun dengan modulasi menjadi E mayor. Angklung, calung, gitar, violin satu, dan saxophone bersama-sama memainkan motif kedua tersebut. Bagian ini dinamika juga berubah menjadi forte. Perpindahan 32

tonalitas dan dinamika tersebut bertujuan untuk menaikkan intensitas dan suasana musik menjadi lebih riuh. Birama 162/6-171 hanya flute yang memainkan motif kedua dari nuansa Irlandia dengan diiringi oleh gitar akustik dengan dinamika mezzo forte. Hal ini dilakukan untuk memberikan nuansa tenang setelah sebelumnya terasa riuh. Birama 171-174 menjadi transisi untuk melangkah ke bagian akhir yaitu bagian C. Seluruh komposisi pada bagian B menggambarkan tentang keanekaragaman budaya yang dapat saling bertoleransi, menghormati, dan membuat warna yang unik ketika suatu budaya mencoba masuk dan menyelami budaya yang lain. C. Bagian C Bagian C merupakan bagian akhir dari komposisi ini. Diawali birama 175, komposisi mengalami modulasi menuju tonalitas D mayor dan mengalami perubahan tempo menjadi moderato. Violin satu memainkan motif tema Irlandia selama delapan birama (yang pada bagian A terlebih dahulu muncul) dengan modifikasi pada pola ritmiknya. Hal tersebut dilakukan agar pendengar mengingat kembali motif-motif melodi utama tiap nuansa yang sebelumnya sudah diperkenalkan. Pada birama 179, saat violin satu masih memainkan motif tema Irlandia, gitar (yang dimainkan dengan efek suara sitar) kemudian menyusul memainkan motif bernuansa Persia. Sementara itu, instrumen perkusi yaitu tom tom etnik memainkan pola ritmik Persia, dan hi-hat memainkan pola ritmik Sunda. Mulai pada birama 183, violin dua, viola, dan violoncello menyusul memainkan nuansa dan pola ritmik Sunda (seperti dalam bagian A) dengan teknik pizzicato. Bagian ini calung juga memainkan motif utama nuansa Sunda yang pada bagian A terlebih dahulu diperkenalkan, namun dengan tangga nada B minor natural. Birama 191-197, saxophone menimpali dengan memainkan motif utama Persia (yang sebelumnya sudah muncul) dengan modifikasi. Birama 198, irish whistle juga menimpali dengan motif Irlandia yang panjang. 33

Bagian ini seluruh instrumen memainkan motif melodi masing-masing secara bersamaan. Gambar 3.15 Suasana riuh ketika instrumen bersama-sama memainkan nuansa masing-masing Menjelang akhir komposisi ini kuartet gesek memainkan motif dalam not seperenambelas yang di repetisi. Dimainkan pada birama 207-217. Pada birama 213-214, repetisi motif kemudian berubah menjadi not seperempat, dan birama selanjutnya yaitu birama 215, 216 dan 217 pengulangan motif menjadi semakin melebar dalam not setengah dan not penuh. Birama 218-223, instrumen gitar (dengan efek sitar) kemudian kembali memainkan motif yang bernuansa Persia. Irish whistle juga memainkan motif Irlandia pada birama 223/4-228. Angklung memainkan motif yang bernuansa Sunda pada birama 228-240. Terakhir, gitar kembali memainkan nuansa Persia pada birama 238-241. Birama ini 218-241 adalah bagian yang dimainkan dengan tempo rubato et ad libitum, yaitu tempo dimainkan sesuai dengan interpretasi pemain. Bagian ini juga dibuat untuk mengingatkan pendengar akan peran masing-masing instrumen dan nuansa yang dimainkan. Bagian penutup dalam komposisi ini adalah birama 243-247. Bagian ini memainkan progresi akord VI-II-V-VI, yang dimainkan dengan tempo 34

adagio con maestoso, (sedang/melangkah dan megah), dinamika fortissimo, dan diakhiri deceptive cadence (V-VI) dengan perubahan dinamika sforzando crescendo untuk menambah kesan yang lebih megah. Gambar 3.16 Deceptive Cadence Bagian C ini, secara keseluruhan menggambarkan tentang bagaimana masing-masing budaya kembali bermain pada karakter masing-masing, namun secara bersamaan dan suasana yang harmonis. Gambaran tersebut dapat menciptakan suatu harmoni musikal yang indah dan unik. 35