BAB III ANALISIS A. Komposisi musik program Perang Pattimura: Penyerbuan Benteng Duurstede

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS A. Komposisi musik program Perang Pattimura: Penyerbuan Benteng Duurstede"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS A. Komposisi musik program Perang Pattimura: Penyerbuan Benteng Duurstede Narasi dari komposisi ini merupakan gabungan dari beberapa sumber sejarah tentang penyerbuan benteng Duurstede. Komposer menyatukan narasi dan bagian penting dari referensi dengan tujuan untuk mencari benang merah sehingga lebih membantu proses komposisi yang dibuat secara deskriptif naratif. Narasi dari sumber sejarah kepahlawanan Pattimura yang di dapatkan tidak mengandung percakapan, sehingga ide-ide musik dari bagianbagian dalam komposisi ini adalah interpretasi suasana, perasaan, dan nuansa yang komposer bayangkan dan gambarkan secara subjektif. Komposisi ini menggunakan leitmotif sebagai materi untuk menggambarkan tokoh-tokoh dalam narasi dan untuk menggambarkan suasana dan nuansa tertentu seperti perasaan senang dan sedih. Tokoh-tokoh yang digambarkan melalui leitmotif antara lain, Pattimura, pemimpin persiapan, Residen Van Den Berg, Jean Lubert Van Den Berg (anak dari Residen Van Den Berg), Pieter Matheus Souhoka dan Salomon Pattiwael. Komposer menggunakan media ansambel yang terdiri dari paduan suara, instrumen gesek, perkusi, piano, flute, tahuri dan gitar bass elektrik. Instrumen-instrumen ini berfungsi sebagai 32

2 leitmotif dan pencipta nuansa untuk menguatkan penggambaran suasana. Komposer menggunakan huruf vokal yang bernada dan tidak bernada dalam nyanyian paduan suara untuk mewakili suasana pada tiap bagian. Nyanyian paduan suara sengaja tidak menggunakan lirik agar tetap mewakili inti dari musik program sebagai musik instrumental. Pergantian dinamika dan tempo dalam komposisi ini diciptakan untuk membantu menggambarkan situasi yang dramatis dari isi cerita berdasarkan interpretasi komposer. Berikut ini adalah analisis komposisi Perang Pattimura: Penyerbuan benteng Duurstede yang telah diuraikan dalam empat bagian dan sub bagian untuk memudahkan proses analisis. 1. Kadatangan Bagian pertama pada komposisi ini diberi judul Kadatangan yang artinya kedatangan. Bagian ini dibagi atas tiga sub bagian yaitu, suasana di pagi hari, kedatangan pasukan Pattimura, dan kepanikan dalam benteng Duurstede. a. Suasana di pagi hari Bagian awal komposisi ini dimulai dengan tempo 55. Birama 1-6 merupakan penggambaran nuansa subuh yang di mulai pada tonalitas F Mayor. Suara tenor dan bass pada paduan suara juga, biola alto dan cello pada seksi gesek membunyikan nada F dan C tanpa interval terts dari F untuk memberikan kesan nuansa subuh yang sunyi, kosong dan sepi. 33

3 Piano pada birama 3 adalah leitmotif bintang fajar yang perlahan-lahan memudar dipagi hari. Gambar 3.1 Leitmotif Bintang Fajar Pada birama 7-10 terjadi repetisi melodi dengan modulasi pada tonalitas G Mayor untuk menaikan tensi suasana subuh, dan menggambarkan cakrawala yang perlahan mulai terang. Pada birama seksi gesek dan piano menggambarkan matahari yang perlahan-lahan muncul lewat melodi yang bersifat sekuen naik dengan modulasi ke tonalitas A Mayor juga penggunaan dinamika cresendo dan ritardando untuk menggambarkan kemegahan cahaya matahari. Paduan suara berfungsi untuk memperkuat harmonisasi lewat penggunaan huruf vokal yang disesuaikan dengan suasana pada tiap bagian. Harmoni pada bagian ini disesuaikan dengan pola melodi pada leitmotif. Pada birama 12-14, leitmotif matahari dimunculkan oleh biola 1 dengan melodi khas Maluku. Instrumen yang lain berfungsi sebagai harmoni yang mendukung suasana dengan akord ditahan pada A Mayor. Gambar 3.2 Leitmotif Matahari Pada birama 15 seksi gesek bergerak sekuen naik untuk menggambarkan matahari yang semakin tinggi dan megah 34

4 dengan melintas pada tonalitas C Mayor dan diakhiri dengan modulasi ke tonalitas D Mayor. Birama adalah pengembangan dari birama dengan tempo yang sedikit dipercepat. Biola alto dan flute adalah representatif dari suara angin pantai yang digambarkan dengan pola melodi yang berulang juga penggunaan dinamika cresendo dan decresendo, yang kemudian diakhiri dengan teknik thrill. Instrumen lainnya pada bagian ini berfungsi sebagai pelengkap harmoni, melodi juga ritme. b. Kedatangan pasukan Pattimura Leitmotif Pattimura digambarkan lewat instrumen Tahuri. Komposer mewakilkan leitmotif Pattimura lewat suara tahuri yang panjang dan tebal, agar lebih kontekstual dan mencirikan sosok Pattimura lewat posisinya sebagai seorang pemimpin. Leitmotif Pattimura, lewat suara Tahuri dibunyikan seperti efek suara dan sengaja tidak mengikuti tonalitas agar lebih flexibel pada pergantian tonalitas jika sosok Pattimura akan dimunculkan pada tonalitas yang berbeda. Suara Tahuri sengaja komposer munculkan dari birama 19 agar terkesan menjadi satu dengan bagian berikutnya yang adalah kedatangan pasukan Pattimura. Gambar 3.3 Leitmotif Pattimura Tempo pada bagian ini adalah 120 yang adalah 2 kali lipat tempo bagian sebelumnya. Komposer sengaja merubah tempo 35

5 menjadi 2 kali lipat tempo sebelumnya agar pendengar lebih mudah menggambarkan pergantian situasi dari masing-masing bagian. Pada birama 20-23, perkusi merepresentasikan kehadiran pasukan Pattimura, dibunyikan satu per satu hingga bersama-sama, dan dimulai dari dinamika pianissimo yang mengeras hingga mezzoforte untuk memberi kesan suara tifa yang terdengar dari kejauhan yang perlahan-lahan mendekat dan mengeras dan menggambarkan kedatangan pasukan Pattimura yang makin lama semakin dekat dan terlihat semakin banyak. Gambaran watak orang Maluku yang keras digambarkan lewat pola ritme perkusi yang enerjik. Pada birama 24, pola ritme pasukan Pattimura dimunculkan lewat perkusi, gitar bas dan piano dengan pola yang sama terus menerus hingga birama 58. Dalam bagian ini piano dibunyikan pada nada C pada bass clef untuk menggambarkan rasa amarah yang dalam, yang dirasakan pasukan Pattimura saat itu, dengan pola ritme yang disesuaikan dengan pola ritme perkusi. Komposer menggunakan konsep pedal point untuk menggambarkan kesatuan hati dan pikiran dari pasukan Pattimura untuk melawan kolonialisme. Pada bagian ini piano dan perkusi adalah satu kesatuan yang berfungsi untuk menggambarkan situasi, kondisi, pikiran dan tindakan yang dilakukan pasukan Pattimura. 36

6 Pada birama 27 hingga birama 44, komposer mengadaptasi lagu pahlawan Pattimura yang diciptakan oleh Alm. M. Siahay. Lagu ini menceritakan tentang kisah Pahlawan Pattimura. Komposer menggunakan lagu ini dengan asumsi bahwa pendengar dapat mengidentifikasi kehadiran dan perawakan Pattimura yang hebat. Melodi lagu ini dibawakan oleh flute, sedangkan seksi gesek dan paduan suara mengambil berfungsi sebagai harmoni. Pola harmoni yang dimainkan seksi gesek mengikuti pola melodi pada lagu ini. Pada birama 44-49, leitmotif pasukan Pattimura dimunculkan pada treble clef piano dengan melodi berciri khas Maluku dan kemudian direpetisi hingga birama 58. Leitmotif ini menggambarkan pasukan Pattimura yang sedang berkumpul disekitar benteng Duurstede untuk menanti penyerbuan. Gambar 3.4 Leitmotif Pasukan Pattimura Pola harmoni pada bagian ini berkisar pada tonalitas C Mayor. Kedatangan pasukan Pattimura mulai disadari oleh penghuni benteng Duurstede, bagian ini digambarkan oleh seksi gesek pada birama 52 sampai birama 59 penggunaan teknik cresendo dari pianissimo hingga mezzoforte. Pada birama 58 terlihat biola 1 dan 2 memainkan pola melodi 1 / 16 sedangkan biola alto dan celo yang memperkuat harmoni dan memainkan teknik tremolo juga thrill untuk menggambarkan rasa kaget dan takut yang mulai dialami dalam benteng Duurstede karena 37

7 menyadari keberadaan pasukan Pattimura yang semakin banyak. Birama 59 adalah klimaks dari bagian ini. Klimaks dari rasa kaget digambarkan melalui teknik stakato pada seksi gesek dengan perubahan ritme yang bersifat unison pada instrumen lainnya dan diakhiri dengan teknik glisando untuk menggambarkan rasa terkejut yang berubah menjadi panik secara tiba-tiba. c. Kepanikan dalam benteng Duurstede Pada birama 60 terjadi perubahan tonalitas ke C minor untuk membantu menggambarkan suasana kepanikan dan ketakutan yang dirasakan di dalam benteng Duurstede. Leitmotif Residen Van Den Berg lewat biola 1 dimunculkan pada birama kemudian diulang dengan pengembangan pada ritme dan melodi hingga birama 67. Gambar 3.5 Leitmotif Residen Van Den Berg Pola melodi pada leitmotif Residen Van Den Berg dibuat bergerak naik dan turun untuk menggambarkan situasi dan perasaan kuatir yang dialaminya pada saat itu. Sedangkan biola 2, biola alto dan cello mewakili penghuni benteng Duurstede yang merasa panik yang digambarkan dengan pola ritme yang beri teknik stakato dan beberapa kali menggunakan teknik thrill dan tremolo untuk menggambarkan ketakutan. Pada piano, 38

8 leitmotif pasukan Pattimura di adaptasi ke tonalitas C minor dengan pengembangan pada pola ritmenya dan aksen dengan maksud ingin menggambarkan watak orang Maluku yang keras dan berniat keras untuk melakukan perlawanan terhadap penindasan bangsa Belanda. Untuk menggambarkan tensi suasana yang semakin memanas karena keberadaan pasukan Pattimura, pola ritme perkusi yang adalah representatif pasukan Pattimura dikembangkan dan diperbanyak ritme 1 / 16 untuk menggambarkan perasaan pasukan Pattimura yang sudah tidak sabar untuk menyerbu benteng Duurstede. Pada birama 64 dan 65 terjadi perubahan ritme pada seksi perkusi, menjadi pola ritme yang unison dengan penambahan aksen untuk memberi kesan keberadaan pasukan Pattimura yang bersatu dan kuat, yang terus menggertak dan mengancam keberadaan penghuni benteng Duurstede (seperti pada tarian cakalele 1 ). Pada bagian ini terus dimunculkan leitmotif Pattimura untuk menggambarkan kehadiran Pattimura yang menjadi semangat bagi pasukan Pattimura. Pola harmoni pada birama 60 sampai 67 berkisar pada tonalitas C minor dan disesuaikan dengan melodi utama. Pada birama 68 dilakukan modulasi ke tonalitas D minor untuk menggambarkan tensi suasana yang semakin memuncak. Dalam bagian ini pola ritme seksi gesek dan gitar bass adalah pengembangan dari birama dengan penambahan ritme 1 Tarian perang Maluku 39

9 1 / 16. Sedangkan flute dari berfungsi sebagai pelengkap suasana ketakutan, dengan pola 1 / 16 yang bergerak naik dan diakhiri dengan teknik tremolo untuk menggambarkan orang yang berlari-lari dan ingin bersembunyi karena rasa takut yang dirasakan. Pola ini terus diulang dan diakhiri pada birama 75. Perkusi dan Tahuri masih dibunyikan hingga birama 78 dengan tujuan ingin menggambarkan akhir dari bagian kedatangan pasukan Pattimura. 2. Parsiapang Voor Baprang a. Panggilan untuk bersiap Pada bagian ini komposer berusaha membayangkan situasi yang terjadi ketika pasukan Pattimura mempersiapkan diri. Ide-ide pokok berupa pola ritme dan melodi terinspirasi dari musik khas Maluku yang sengaja ingin komposer tonjolkan dengan alasan karena bagian ini menggambarkan persiapan yang dilakukan hanya oleh pasukan Pattimura. Bagian ini dimulai pada tonalitas C Mayor, dengan pola perkusi dan bass gitar yang ritmikal dan enerjik untuk menggambarkan adrenalin pasukan Pattimura yang bersemangat melakukan persiapan. Bagian ini dimulai dengan tempo 60. Komposer sengaja hanya menggunakan 1 floor tom pada bagian awal untuk mencirikan salah satu musik Maluku, yaitu budaya 40

10 Kapata 2 yang biasanya hanya menggunakan satu tifa dengan sekumpulan orang yang bernyanyi dengan pola berbalas balasan. Ciri musik Kapata, juga terlihat pada pola melodi seksi gesek pada bagian ini. Pola pentatonis Maluku terlihat pada leitmotif pemimpin persiapan. Pemimpin persiapan adalah tokoh rekaan komposer dalam menginterpretasikan bagian ini. Leitmotif pemimpin persiapan atau pemimpin pasukan dibunyikan dari birama 2 hingga birama 6 oleh cello dengan melodi dan ritme khas musik adat Maluku. Gambar 3.6 Leitmotif Pemimpin Persiapan Leitmotif pemimpin persiapan sengaja diberi teknik stakato untuk memberi kesan orang yang sedang berbicara. Pada akhir dari leitmotif terlihat pola melodi yang diulang, untuk menggambarkan pemimpin yang memanggil orang untuk bersiap. Pada birama 6/3, pola leitmotif Pemimpin persiapan komposer bunyikan dengan instrumen yang berbeda yaitu pada biola 1 dengan alasan bahwa komposer membayangkan karakter pemimpin persiapan yang tidak hanya 1 orang dalam persiapan peperangan ini, ada 2 Nyanyian berbahasa Maluku, biasanya dinyanyikan pada upacara-upacara adat 41

11 beberapa pemimpin persiapan yang berfungsi untuk memimpin persiapan juga memberi semangat. Pada birama 11 hingga 14 seksi gesek merepresentatif pasukan Pattimura, memainkan harmoni homofon dengan pola harmoni mengikuti penggalan frase melodi dari leitmotif pemimpin persiapan, untuk memberi kesan pasukan yang menjawab atau menyetujui panggilan dari pemimpin persiapan untuk bersiap, dan bersemangat melakukan persiapan karena mendengar kata-kata dari para pemimpin persiapan. Pada birama leitmotif pemimpin persiapan pada cello dan biola 1 dikembangkan dan dibunyikan bersamasama untuk menggambarkan panggilan dari para pemimpin persiapan untuk segera bersiap karena peperangan sudah dekat. Kemudian pada birama 19 hingga 21, seksi gesek kembali memainkan harmoni homofon untuk menjawab panggilan dari pemimpin persiapan yang dibunyikan oleh celo dan biola 1. b. Piano pada bagian ini merupakan iringan yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh pasukan Pattimura, mulai dari penggunaan pola iringan 1 / 16, arpeggio dengan ritme 1 / 32, hingga pola melodi 1 / 32 yang bergerak lincah naik dan turun, semua dimaksudkan untuk menggambarkan situasi orang yang sedang aktif melakukan persiapan. Pola ritme floor tom 2 dan tom-tom mengikuti pola 42

12 ritme piano untuk menegaskan keadaan ini. Sedangkan paduan suara pada bagian ini digunakan hanya untuk memperkuat harmonisasi melalui penggunaan huruf vokal yang disesuaikan dengan nuansa. Pola harmoni pada bagian ini berkisar pada tonalitas C Mayor. Bagian akhir dari birama 21 hingga 23/1 adalah transisi dari bagian panggilan untuk bersiap ke doa. c. Doa Untuk membedakan bagian pertama dan kedua pada bagian Persiapan, tonalitas dimodulasi dari C Mayor ke D Mayor dengan tempo yang dilambatkan. Perubahan tonalitas dan tempo diciptakan dengan alasan untuk merubah tensi suasana dari persiapan peperangan ke suasana saat pasukan Pattimura melakukan doa. Dibagian ini, komposer berusaha membayangkan suasana khusyuk yang dirasakan oleh pasukan Pattimura. Bagian ini dimulai dengan leitmotif Pattimura melalui suara Tahuri, untuk menggambarkan kehadiran Pattimura yang mengajak pasukan Pattimura untuk menaikan doa. Kemudian doa dibuka dengan leitmotif dari pemuka agama sebagai pemimpin doa oleh biola 1 dan flute yang dimulai dari birama 23/2 27/1 yang terus direpetisi sampai birama 39/1. 43

13 Gambar 3.7 Leitmotif Pemuka Agama Penggunaan 2 instrumen dengan pola melodi yang berbeda 1 oktaf lebih tinggi, dimaksudkan untuk menggambarkan nuansa doa yang khusyuk yang tertuju kepada Tuhan yang diposisikan lebih tinggi. Perkusi, gitar bass dan piano dari birama berfungsi sebagai harmoni untuk mengiringi leitmotif pemimpin doa dengan pola ritme iringan musik mencirikan musik Maluku. Paduan suara pada birama juga berfungsi untuk memperkuat harmoni dan menaikan tensi suasana. Sedangkan seksi gesek dari birama 31/2 hingga 39/2 adalah gambaran dari pasukan pattimura yang ikut memanjatkan doa, gambarannya seperti doa yang berbalas-balasan, ketika pemimpin doa mengucapkan syukur atau keinginan, orang yang didoakan mengaminkan doa tersebut dengan kalimat yang berbeda. Pada birama 39-53, komposer mengadaptasi bagian reffrain dari lagu Rencanamu Indah. Lagu ini bercerita tentang rencana Tuhan yang indah atas kehidupan kita. Komposer sengaja menggunakan bagian lagu ini sebagai representatif ungkapan dan doa yang berkonteks Maluku, dan untuk menggambarkan keyakinan bangsa Maluku saat itu yang percaya bahwa rencana Tuhan itu indah dibalik setiap kejadian. Pada lagu ini, Melodi utama dibawakan oleh 44

14 biola 1, dengan instrumen yang lain berfungsi sebagai iringan. 3. Panyerbuan a. Mendekati benteng Bagian ini dimulai pada tonalitas C minor dengan tempo 60, untuk membantu menggambarkan suasana awal penyerbuan. Birama 1-20 pada bagian ini menceritakan tentang pasukan Pattimura yang dengan hati- hati, perlahanlahan mulai mendekati benteng. Vokal bass membawa leitmotif suasana awal penyerbuan. Leitmotif ini terlihat pada birama 1 hingga 4, yang kemudian direpetisi murni hingga birama 20. Perkusi pada bagian ini mewakili keberadaan pasukan Pattimura. Gambar 3.8 Leitmotif Suasana Awal Penyerbuan Pada birama 4 hingga 8 terlihat pola pergerakan pasukan Pattimura yang digambarkan dengan pola ritme yang berbeda dari masing- masing instrumen perkusi dengan dinamika yang juga berbeda, bagian ini dimaksudkan untuk menggambarkan pergerakan pasukan Pattimura yang kadang berlari dan kadang mengendap maju kearah benteng. Aksen dan dinamika digunakan untuk 45

15 menggambarkan pasukan yang kadang berlari dan membuat suara agak keras. Komposer sengaja menciptakan efek-efek suara seperti suara floor tom yang dimute agar menambah efek dramatis dari pergerakan pasukan Pattimura ini. String kuartet pada bagian ini merepresentasikan keberadaan pasukan Belanda yang mulai membangun pertahanan. Cello dibunyikan pada birama 9 dengan pola 1/16 dengan menggunakan teknik stakato dan aksen untuk menggambarkan kesigapan pasukan Belanda yang mulai bersiap membangun pertahanan. Kemudian, string kuartet secara keseluruhan mengambil bagian pada birama 13 hingga birama 20 untuk menggambarkan pasukan Belanda yang sedang melakukan persiapan. Instrumen yang lain pada bagian ini berfungsi sebagai pendukung harmoni dan ritme untuk memperkuat suasana. suara sopran dan tenor dibunyikan hanya untuk menambah efek dramatis pada penyerbuan ini. Harmoni piano dari birama 5-20, yang bergerak naik turun, juga kadang disonan, diciptakan semata- mata untuk menggambarkan perasaan campur aduk yang terjadi saat itu. b. Bendera putih Bagian penyerbuan dengan judul Bendera Putih adalah bagian dimana Residen Van Den Bergh dan penghuni benteng Duurstede mulai bingung dan putus asa 46

16 karena merasa perlawanan terhadap pasukan Pattimura saat itu adalah sia- sia. Bagian ini dimulai pada birama 21 hingga birama 38 dengan tempo yang dipercepat dan dinamika suara yang membesar. Dimulai dengan leitmotif kedua dari Van Den Bergh yang dimunculkan lewat biola 1 pada birama 21 dan 22, dan mengalami repetisi ritme, dengan perubahan melodi hingga birama 28/2. Perubahan ini dimaksudkan untuk menggambarkan perasaan Van Den Bergh yang kebingungan dalam mengambil sikap, dan pada akhirnya memutuskan untuk menaikan bendera putih sebagai tanda menyerah. Gambar 3.9 Leitmotif Kedua Residen Van Den Berg Pola arpeggio pada biola 1 dan biola 2 yang bergerak naik pada birama 28/3 digunakan untuk menggambarkan bendera yang dinaikkan hingga sampai pada puncaknya dan berkibar. Bagian bendera yang berkibar digambarkan pada birama lewat nada C tinggi dengan tonalitas berubah ke C Mayor, nada C 6 ditahan selama 3 bar dan diturunkan lewat melodi yang bergerak turun secara kromatis pada birama 32 untuk menggambarkan bendera yang diturunkan. Biola alto dan cello pada bagian ini mewakili pasukan Belanda yang berada didalam benteng Duurstede. Pola ritme 47

17 1 / 8 dengan pola lompatan melodi arpeggio dengan teknik stakato dan dibunyikan secara unison pada birama adalah gambaran pasukan belanda yang panik, dan diakhiri dengan teknik tremolo pada birama 38 untuk menggambarkan rasa takut yang dialami pasukan Belanda pada saat itu. Pada birama 21, terjadi perubahan ritme pada perkusi. Pola ritme dari masing- masing instrumen perkusi diperbanyak pola 1/16 dan ditambah pola 1/32. Maksud penambahan pola ini adalah untuk menggambarkan situasi pasukan Pattimura yang saat itu sudah mendekati benteng Duurstede, dan semakin tidak sabar untuk melakukan penyerangan. Birama 29, perkusi sekali lagi melakukan perubahan ritme untuk menaikkan tensi suasana, perubahan ritme pada bagian ini searah dengan maksud perubahan tonalitas yang terjadi pada birama 29. Tonalitas dirubah dari C minor ke C Mayor dengan maksud untuk menggambarkan pasukan Pattimura yang sadar akan ketakutan penghuni benteng lewat bendera putih yang dinaikkan dan akhirnya menjadi berani dan seolah menantang pasukan Belanda dengan teriakan- teriakan, seperti pada tarian perang Maluku. Bagian inilah yang diwakili perkusi dan digambarkan lewat pola ritme yang berubah- ubah. 48

18 Birama 33-36, string kuartet juga piano membunyikan harmoni homofon yang bergerak sekuen naik untuk menggambarkan kepanikan dan ketakutan yang dialami penghuni benteng karena merasa suasana peperangan yang semakin dekat. Instrumen lainnya pada birama ini berperan sebagai pendukung ritmik dengan konsep pedal point yang ditahan pada nada C. Penggunaan accelerando dan cresendo pada bagian ini dimaksudkan untuk menaikkan tensi suasana yang semakin memanas karena keberadaan pasukan Pattimura. Birama adalah transisi ke bagian berikutnya pada tonalitas G Mayor. c. Serbu Pada birama 39 hingga 46, komposer mengadaptasi bagian dari lagu Maju tak gentar karya C. Simanjuntak. Lagu ini berfungsi untuk menggambarkan keinginan pasukan Maluku yang berani menyerbu benteng Duurstede dan ingin terlepas dari penjajahan Belanda. Lagu tersebut merupakan media interpetasi bagi komposer dalam menggambarkan suasana, tanpa mempertimbangkan latarbelakang penciptaannya. Birama 48 hingga birama 65 adalah bagian penyerbuan, konsep komposer dalam mengkomposisi bagian ini adalah 49

19 menciptakan suasana chaos 3 atau kacau balau yang dibagi atas pertempuran bagian pertama dan pertempuran bagian kedua yang adalah pengembangan dari pertempuran bagian pertama. Tonalitas pada bagian ini, dibuat minor untuk membantu menggambarkan situasi chaos. Birama 48 hingga 54 pada tonalitas G minor adalah pertempuran bagian pertama. Pada bagian ini, string kuartet merepresentasikan pasukan Belanda yang berusaha bertahan, dengan harmoni yang stabil juga aksen dan stakato. Sedangkan piano dan perkusi merepresentasikan pasukan Pattimura. Pola arpeggio pada piano menggambarkan pola penyerangan pasukan Pattimura yang kadang menyerang tapi kadang dipukul mundur oleh pasukan Belanda. Penggunaan teknik trill, glisando, tremolo dan dinamika cresendo dan decresendo semata-mata hanya untuk menciptakan efek dramatis dari suasana chaos pada bagian ini. Birama 55, terjadi transisi kebagian berikutnya. Instrumen yang lain pada bagian ini berfungsi sebagai pendukung suasana. Birama 56 hingga 63 adalah bagian kedua. Bagian ini dimodulasi ke tonalitas A minor untuk menaikkan tensi suasana peperangan yang semakin memanas, juga pengembangan dari bagian pertama. 3 Artinya kekacau-balauan [John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1976), 107.] 50

20 d. Kematian Van den Berg Bagian ini adalah bagian yang menceritakan tentang kematian dari Residen van den Berg. Dimulai dari birama 64 dengan tempo 60, yang menceritakan tentang Residen Van den Berg yang ditemukan tak berdaya, dengan dimunculkannya kembali leitmotif kedua dari Residen van den Berg yang dikembangkan dan ditambahkan fermata untuk menggambarkan kondisi Residen yang lemah saat itu. Tahuri dibunyikan pada birama 65 untuk menggambarkan kehadiran Pattimura yang mengeluarkan keputusan untuk menembak mati Residen Van Den Berg. Seluruh instrumen pada birama 65/3 membunyikan harmoni dan aksen juga stakato sebagai representasi tembakan eksekusi terhadap Residen van den Berg. Leitmotif kedua Residen kembali dimunculkan pada birama 66 dan 67 dengan dinamika cresendo dan kemudian dikembangkan dengan Augmentasi dari leitmotif Van Den Berg. Kemudian retrograsi pada birama dengan dinamika decresendo dan tempo ritardando untuk menggambarkan Residen yang sudah tidak berdaya yang kemudian meninggal karena sudah terkena tembakan. Pada birama 70-71, adalah bagian dimana Residen meninggal, digambarkan dengan harmoni pada dinamika pianisimo. 51

21 e. Kemenangan Bagian ini adalah bagian dimana pasukan Pattimura merasa bebas dengan meninggalnya Residen van den Berg dan merayakan kemenangan atas kekalahan dari pasukan Belanda. Birama adalah transisi dari bagian sebelumnya kebagian ini. Bagian ini dimulai pada birama 74 hingga birama 87. Pada bagian ini komposer membayangkan perayaan kemenangan yang dirayakan bukan cuma oleh satu orang, tapi oleh seluruh pasukan pattimura, sehingga melodi dari suasana perayaan kemenangan komposer tempatkan pada banyak instrumen. Piano dan perkusi pada bagian ini berfungsi untuk mendukung harmoni dan ritmik. 4. Kaputusang, Kahidopang deng Kamenangan a. Suasana setelah peperangan Movement 4 adalah bagian komposisi yang berisi tentang situasi dan kondisi setelah peperangan terjadi. Movement keempat juga terdiri dari bagian-bagian yang merupakan interpretasi komposer untuk menggambarkan situasi dan perasaan bangsa Maluku pada saat itu. Bagian ini dimulai pada tonalitas C mayor, dengan introduksi pada birama 1 hingga birama 8. Bagian introduksi diisi dengan melodi-melodi yang diciptakan dari tangga nada Maluku agar mewakili konteks budaya Maluku. Leitmotif suasana 52

22 setelah peperangan dibunyikan pada birama 9 12 pada flute yang direpetisi murni hingga birama 24, instrument lainnya mengambil bagian sebagai harmoni yang mengiringi pola melodi pada leitmotif ini. Gambar 3.10 Leitmotif Suasana setelah peperangan Pola sinkopasi dan perubahan ritme juga harmoni pada bagian ini sengaja dibuat berubah- ubah sedemikian rupa untuk menggambarkan perasaan bangsa Maluku saat itu yang bercampur aduk setelah memenangkan peperangan ini. pada birama 25 dibuat transisi untuk menghubungkan bagian suasana setelah peperangan dengan bagian bayi yang ditemukan b. Bayi yang ditemukan Bagian ini menceritakan tentang bayi dari residen Van Den Berg yang ditemukan masih hidup oleh Pieter Matheus Souhoka dan kemudian diputuskan untuk tetap hidup oleh Pattimura. Bagian ini dimulai pada tonalitas A minor dengan leitmotif dari Jean Lubert Van Den Berg yang dibunyikan oleh biola 1 pada birama Gambar 3.11 Leitmotif Jean Lubert Van Den Berg 53

23 Leitmotif ini dibunyikan perlahan- lahan dari dinamika pianisimo hingga mezzoforte untuk menggambarkan suara bayi yang perlahan- lahan terdengar. Leitmotif ini kemudian direpetisi hingga birama 52. Pada birama 31/3-32 muncul leitmotif dari Pieter Matheus Souhoka yang dibunyikan pada cello hingga birama 38. Gambar 3.12 Leitmotif Pieter Matheus Souhoka Birama 39 hingga 45 adalah bagian yang menceritakan tentang perdebatan yang terjadi antara Pieter Matheus Souhoka dengan pasukan Pattimura lainnya yang ingin membunuh anak dari Van Den Berg. Pada bagian ini, komposer berusaha membayangkan situasi yang terjadi pada saat itu dimana emosi sebagian pasukan Pattimura yang masih terbawa suasana peperangan dan masih ingin melampiaskan amarah mereka terhadap anak dari Van Den Bergh ini. Birama dari Biola Alto adalah leitmotif dari tokoh terkaan yang berstatus pasukan Pattimura. Gambar 3.13 Leitmotif Tokoh Rekaan Pasukan Pattimura Leitmotif ini kemudian direpetisi hingga birama 52. Pada birama 39/2-40 kembali dimunculkan leitmotif dari 54

24 Pieter Matheus Souhoka. Kedua leitmotif ini kemudian diberi aksen dan stakato dan dibuat sengaja berbentuk polifoni 4 untuk menggambarkan perdebatan kedua sosok karakter ini. Bagian adalah bagian transisi dimana sosok Salomon Pattiwael mengambil bagian dalam perdebatan ini. sosok Salomon Pattiwael adalah sosok yang meminta agar anak dari Residen Van Den Berg jangan dibunuh, tetapi diserahkan kepadanya untuk dirawat dan dipelihara. Pada bagian 47 hingga 52 komposer memasukan karakter Salomon Pattiwael yang menengahi pembicaraan dari Pieter Matheus Souhoka dan karakter terkaan yang pertama. Leitmotif dari Salomon Pattiwael dibunyikan pada birama 47 hingga 48 pada biola 2 dan direpetisi hingga birama 52. Gambar 3.14 Leitmotif Salomon Pattiwael Leitmotif Salomon Pattiwael dibuat meniru atau mencuri pola ritme dan melodi dari kedua karakter yang berdebat agar seolah mencari jalan tengah dari perdebatan tersebut. Tahuri dibunyikan pada birama 52 untuk 4 Polifoni adalah seni penggabungan serentak beberapa jalur melodi kedalam suatu komposisi, yang masing-masing jalurnya memiliki sifat kemandiriannya berbeda dengan homofon yang jalur melodinya selalu berjalan serempak. [M. Soeharto, Kamus Musik (Gramedia: Jakarta, 1992), Hlm. 100.] 55

25 menggambarkan Pattimura yang hadir dan memutuskan bahwa anak itu harus diselamatkan dan dititipkan pada Salomon Pattiwael yang pada akhirnya membuat ketiga leitmotif yang tadinya dalam situasi berdebat menjadi menyetujui keputusan dari sang pemimpin dan digambarkan dengan pola melodi unison pada birama 53. Penggunaan instrumen lainnya pada bagian ini berfungsi hanya sebagai pendukung harmoni dan suasana. c. Bayi yang diselamatkan Bagian ini dimodulasi ke tonalitas F Mayor. Leitmotif bayi yang diselamatkan dibunyikan oleh biola 1 pada birama 55 dan direpetisi hingga birama 58. Gambar 3.15 Leitmotif Bayi Yang Diselamatkan Leitmotif ini kemudian disekuen turun perlahan-lahan hingga birama 61/3. Kemudian Transisi birama 62 untuk mengarahkan kearah bayi yang semakin tenang yang digambarkan dengan berubahnya leitmotif bayi pada birama 63 karena sudah diselamatkan. Gambar 3.16 Leitmotif Bayi yang sudah tenang Bersamaan dengan Leitmotif dari bayi, Leitmotif kedua dari Salomon Pattiwael dibunyikan pada birama 55 oleh 56

26 cello dengan pola alur melodi yang berubah bersamaan seperti biola 1, hingga birama 66. Leitmotif kedua dari Salomon Pattiwael dibuat mirip dengan leitmotif dari Jean Lubert Van Den Berg untuk menggambarkan keinginan dia untuk menyelamatkan bayi tersebut. Gambar 3.17 Leitmotif kedua Salomon Pattiwael d. Ending Bagian ini adalah bagian akhir dari isi cerita. Bagian ini dimulai pada birama 67 hingga birama 92. Menurut komposer inti dari cerita penyerbuan ini bukanlah peperangan, tapi kemenangan yang dicapai oleh pasukan Pattimura. Perasaan bebas dan merdeka karena terlepas dari penindasan ingin komposer gambarkan pada bagian ini. Perasaan ini ditonjolkan lewat pola melodi yang dinamis, pola ritme yang enerjik serta sinkopasi juga modulasi yang bergerak naik dan terkesan grande. 57

BAB I PENDAHULUAN. M. Soeharto, Kamus Musik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 86. 2

BAB I PENDAHULUAN. M. Soeharto, Kamus Musik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 86. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni. Dalam penyajiannya, musik sering berpadu dengan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Proses penyusunan komposisi dan analisis bentuk struktur komposisi musik program Bermain Layang-layang untuk kuartet gesek dan piano. A. Proses Penyusunan Komposisi Komposisi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi musik program Ester merupakan representasi kisah yang diangkat berdasarkan Kitab Ester. Pergerakan alur komposisi disesuaikan dengan tiap bagian kisah tersebut dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi Keep On Dreaming terdiri dari tiga bagian yaitu Life Is Simple, Courage And Persistence, dan Dare To Dream Big. Komposisi ini dibuat untuk ansambel musik yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB ANALSS KOMPOSS Komposisi Kehilangan Ayah Sebuah musik program untuk Kuartet Gitar dalam bentuk Sonata, terdiri dari tiga movement yang saling berkaitan karena berdasarkan pada satu ide cerita yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Suita Gambang Semarang untuk Kuartet Gitar dan Erhu merupakan komposisi yang menerapkan struktur suita modern, dimana tidak memiliki bentuk baku seperti yang ada pada suita barok.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Analisis Struktur Musik Komposisi musik program A Day s Wait dibagi menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian diberi judul It Came After Me, I Feel Like I m Dying (The Hunting)

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KARYA BAB III ANALISIS KARYA A. Konsep Penyusunan Komposisi Sonata Jazz Reggae merupakan komposisi penggabungan dari dua genre musik yaitu Jazz dan Reggae ysng disusun dalam bentuk Sonata dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Komposisi Musik Musik memiliki lima unsur yaitu: ritme, melodi, harmoni, ekspresi dan bentuk. Pembagian kelima unsur-unsur musik disini sesuai dengan pendapat Jamalus 1

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi Aku Anak Tuhan dan Raja dengan format a cappella untuk paduan suara remaja ini terdiri dari tiga bagian komposisi yang saling berkaitan berdasarkan satu cerita yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Dalam Bab III ini penulis akan menjelaskan tentang struktur dari semua komposisi. Penulis akan memaparkan secara struktural komposisi, Indahnya Bersama yang terdiri dari lima

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Paduan Suara Choir atau paduan suara oleh M. Soeharto dijelaskan sebagai kesatuan sejumlah penyanyi dari beberapa jenis suara berbeda di bawah pimpinan seorang dirigen. 1 Suara

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Konsep Penyusunan Komposisi Fantasia in C Major ini dibagi menjadi 3 lagu, yaitu Movement 1, Movement 2, dan Movement 3. Ketiga bagian lagu ini dimainkan dengan format Combo

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KARYA BAB III ANALISIS KARYA A. Konsep Penyusunan Komposisi Komposisi My Son My Hero yang terinspirasi oleh kehadiran Giorgio, anak penulis ini, akan dibagi menjadi tiga movement dengan tiga karakter tempo yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KARYA BAB III ANALISIS KARYA A. Konsep Penyusunan Komposisi Komposisi Medini ini akan dibagi menjadi tiga movement dengan tiga karakter tempo yaitu Allegro-Andante-Allegro, yang terinspirasi dari perjalanan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS DATA BAB III ANALISIS DATA A. Program Musik Komposisi ini terbagi dalam dua bagian, bagian pertama bercerita tentang kehidupan masa kecil orangtua, bagian kedua bercerita tentang kisah ketika orangtua penulis

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai analisis struktural komposisi Nocturne yang telah disusun sebelumnya. Hasil analisis struktural akan dipaparkan mengenai bagaimana mengembangkan

Lebih terperinci

Gambar bagian-bagian gitar

Gambar bagian-bagian gitar Modul 5 Kegiatan Belajar 3 BERMUSIK Adapun macam-macam instrumen musik yang dipelajari di Sekolah Dasar antara lain: 1. Instrumen gitar Gitar termasuk alat musik chordophone (dimainkan dengan cara diperik/pluck).

Lebih terperinci

TEKNIK PERMAINAN PIANO PADA BAGIAN SONATA DALAM KARYA MUSIK JOURNEY TO THE SECRET ISLAND

TEKNIK PERMAINAN PIANO PADA BAGIAN SONATA DALAM KARYA MUSIK JOURNEY TO THE SECRET ISLAND TEKNIK PERMAINAN PIANO PADA BAGIAN SONATA DALAM KARYA MUSIK JOURNEY TO THE SECRET ISLAND Oleh : Adelia Dosen Pembimbing : Drs. Heri Murbiyantoro, M.Pd Abstrak Karya musik Journey To Iceland adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS DATA BAB III ANALISIS DATA A. Kerangka Komposisi Komposisi Fantasia Dalam G Mayor Untuk Piano Empat Tangan memiliki tiga bagian, yaitu I, II, dan III. Pada komposisi ini terdapat beberapa perubahan tempo untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan Komposisi Komposisi musik program Tabuhan Telu Kagitaan terbagi dalam tiga bagian yang masing-masing bagiannya menceritakan tentang suasana yang berbeda.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi Tema dan Variasi berdasarkan lagu Mansibin Siraben untuk solo gitar ini memiliki struktur yang terdiri dari sebuah tema utama dan lima macam variasi dengan coda sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Fantasia Fantasia secara umum adalah karya musik yang tidak terikat oleh bentuk-bentuk yang sudah lazim. 1 Fantasia adalah istilah yang diambil pada zaman Renaisans untuk komposisi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA. Bagian I Kehidupan Penjala Ikan.

BAB III ANALISIS DATA. Bagian I Kehidupan Penjala Ikan. BAB III ANALISIS DATA A. Kisah Kehidupan Simon Petrus Komposisi kehidupan tentang Simon Petrus, murid Tuhan, merupakan komposisi musik program yang bersifat naratif mengenai kisah yang diangkat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Kekuatan Dan Mazmurku merupakan salah satu lagu yang diciptakan oleh Theodora Sinaga. Theodora Sinaga adalah salah satu pencipta lagu yang ada di kota

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Konsep penyusunan komposisi Senangnya Masa Kecilku komposisi ini dibagi menjadi 3 lagu, yaitu Bahagia Mengenal Sekolah, Senangnya Bermain, dan Cinta. Instrumen yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan Komposisi Suita Dalam Tangga Nada C Major Komposisi Musik untuk Trio Gitar ini merupakan komposisi yang menggunakan struktur dan karakter dari suita barok

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KARYA BAB III ANALISIS KARYA Komposisi Sonata Piano Berdasarkan tiga lagu dolanan Jawa Tengah yaitu Gundul-gundul Pacul, Cublak-Cublak Suweng, dan Suwe Ora Jamu, untuk piano tunggal terdapat tiga movement, antara

Lebih terperinci

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo Unsur- Unsur Musik Unsur Musik Bunyi Irama Notasi Melodi Harmoni Tonalitas Tekstur Gaya musik Pitch Dinamika Timbre Beat Birama Tempo Musik adalah bagian dari bunyi, namun bunyi dalam musik berbeda dengan

Lebih terperinci

Bentuk Penyajian Musik pada Karya The Spirit of Samurai, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Tugas Akhir Jurusan Sendratasik Tahun 2013

Bentuk Penyajian Musik pada Karya The Spirit of Samurai, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Tugas Akhir Jurusan Sendratasik Tahun 2013 Bentuk Penyajian Musik pada Karya The Spirit of Samurai, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Tugas Akhir Jurusan Sendratasik Tahun 2013 Oleh : Dedy Prasetya (092134226) Dosen Pembimbing: Moh. Sarjoko S.Sn, M.Pd.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi Fantasia in C Major untuk format trio ini merupakan sebuah fantasia yang terdiri dari empat bagian, yaitu Allegretto, Adagio, Andante, dan Allegro con spirito. Instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya Seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan oleh gagasan tertentu. Musik adalah suara yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan Komposisi Komposisi musik vokal dan Combo Band Bangkit Kembali digarap dalam genre pop. Komposisi ini dibagi menjadi tiga bagian yang menceritakan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara spesifikasi. Tindakan tersebut dinamakan dengan analisis.

BAB I PENDAHULUAN. secara spesifikasi. Tindakan tersebut dinamakan dengan analisis. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik tidak terlepas peranannya dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti memiliki pengalaman musik yang berbeda-beda tergantung seberapa sering seseorang mendengar

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi Sonata in C # Minor Op. 1 No. 1 untuk cello dan piano terdiri dari tiga movement, yaitu sonata-allegro form bertempo adagio, minuet dan trio bertempo allegretto, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Periode Romantik Musik adalah ilmu atau seni penyusunan nada atau suara diurutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan

Lebih terperinci

Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.6. 5

Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.6. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik jazz adalah salah satu ikon musik dan budaya musik abad ke-20 yang lahir di Amerika Serikat, yang merupakan proses akulturasi unsur budaya Afrika (terutama Afrika

Lebih terperinci

Teknik Permainan Gitar Pada Karya Musik Spirito Con Grazia Ed Espressivo

Teknik Permainan Gitar Pada Karya Musik Spirito Con Grazia Ed Espressivo Teknik Permainan Gitar Pada Karya Musik Spirito Con Grazia Ed Espressivo, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Akhir Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013 Oleh: Bobby Gunarso (092134246) Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi musik a cappella Bermazmur Bagi-Mu merupakan representasi dari kitab Mazmur, komposisi musik ini dibuat dalam format paduan suara. Komposisi musik ini disusun berdasarkan

Lebih terperinci

(Penggalan frase 1, frase 2 dan frase 3 pada bagian A)

(Penggalan frase 1, frase 2 dan frase 3 pada bagian A) DESKRIPSI CIPTA LAGU AKU SIAP LOMBA VOKAL TUNGGAL TINGKAT SD SE-DIY DALAM RANGKA KEGIATAN WISATA KAMPUS Oleh : F. Xaveria Diah K. NIP : 19791222 200501 2 003 A. Pendahuluan Lagu ini dibuat dalam rangka

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK MUSIK PADA KARYA YEARS OF THE BITTER AND THE SWEET. Oleh : Ulfa Ayunin ( )

ANALISIS BENTUK MUSIK PADA KARYA YEARS OF THE BITTER AND THE SWEET. Oleh : Ulfa Ayunin ( ) ANALISIS BENTUK MUSIK PADA KARYA YEARS OF THE BITTER AND THE SWEET Oleh : Ulfa Ayunin (072134022) Dosen Pembimbing Karya Dosen Pembimbing Penulisan : Drs. Heri Murbiyantoro, S. Sn : Drs. Bambang Sugito,

Lebih terperinci

BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN

BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN Oleh : Didik Santoso Dosen Pembimbing : M. Sarjoko. S.Sn, M.Pd. Abstrak Sesebulan adalah akronim bahasa jawa yang berarti nyebul. Nyebul yang berarti meniup. Meniup

Lebih terperinci

Tes Teori Tambahan Pengganti Nilai Kurang pada Kegiatan Praktik

Tes Teori Tambahan Pengganti Nilai Kurang pada Kegiatan Praktik Nama Kelas/No. Absen :. :. Tes Teori Tambahan Pengganti Nilai Kurang pada Kegiatan Praktik MATERI : Nada dan Interval 1. Standar nada secara internasional ditetapkan nada a adalah... A. 400 Hz B. 220 Hz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alkitab merupakan Kitab Suci Agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alkitab merupakan Kitab Suci Agama Kristen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratu Ester merupakan sebuah kisah heroik seorang wanita yang dicatat dalam alkitab. 1 Kitab Ester mencatat garis besar perjalanan seorang wanita Yahudi keturunan

Lebih terperinci

TEORI DAN PENGGUNAAN AKOR

TEORI DAN PENGGUNAAN AKOR TEORI DAN PENGGUNAAN AKOR BUKU PELAJARAN ILMU HARMONI (II) GUSTAV STRUBE Diterjemahkan oleh: A.Gathut Bintarto T., S.Sos., S.Sn., M.A. Dibiayai dari dana DIPA ISI Yogyakarta: No. 042.01.2.400980/ 2016

Lebih terperinci

BENTUK MUSIK SONATA DALAM KARYA MUSIK ABORISCO

BENTUK MUSIK SONATA DALAM KARYA MUSIK ABORISCO BENTUK MUSIK SONATA DALAM KARYA MUSIK ABORISCO Oleh : Sena Radya Iswara Samino (092134017) Dosen Pembimbing : Drs. Heri Murbiyantoro, M.Pd ABSTRAK Seseorang dengan ambisi besar dalam meraih kesuksesannya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi Serenade Jazz Song For You disusun menjadi tiga movement. Movement pertama bertempo Moderato. Pada movement pertama terdiri dari tiga bagian A-B-A yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Cinta Kepada Diri Sendiri 1. Deskripsi Syair Aku anak manis dan juga mandiri Semua ku lakukan dengan sendiri Rajin belajar agar cemerlang Membuat papa mama bangga Refren Aku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafiq. Ensiklopedia Musik Klasik (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003), 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafiq. Ensiklopedia Musik Klasik (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003), 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah bahasa yang universal. Musik dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada pendengar. Pesan tersebut dapat disampaikan dengan mudah karena musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alkitab merupakan Kitab Suci Agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alkitab merupakan Kitab Suci Agama Kristen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kisah Daud dan Goliat merupakan cerita historik yang dicatat dalam Alkitab. 1 Kisah ini dicatat dalam Kitab I Samuel pasal 17 dan dibagi menjadi tiga perikop.

Lebih terperinci

JURNAL JEGHEH. Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu.

JURNAL JEGHEH. Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu. 1 JURNAL JEGHEH Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu. Gagasan tersebut di ambil dari pengalaman pribadi ketika melihat seorang ibu yang sabar. Konsep yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 MODUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Simon Petrus memiliki nama Ibrani Simeon tetapi dalam Terjemahan Baru Indonesia (TBI) semua menjadi Simon. Mungkin, seperti banyak pada orang Yahudi dipakainya juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kronologis Terinspirasi oleh pengalaman penulis dalam menghadapi situasi saat kehilangan ayah dalam keluarga. Keluarga penulis terdiri dari ayah, ibu, dan empat orang anak. Bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik seringkali digunakan sebagai media untuk berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain, baik untuk menyampaikan pesan atau perasaan maupun mengisahkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS DATA BAB III ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dipaparkan analisis struktural yang terdapat di dalam komposisi. Komposisi Ansambel perkusi untuk musik tarian etnis suku Dayak Kanayatn yang berjudul BAHUMA merupakan

Lebih terperinci

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar Yulisetiana Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Seni Budaya Universitas Negeri Surabaya Yulisetiana73@yahoo.com Abstrak Melihat pentingnya pendidikan seni musik untuk siswa Sekolah Dasar, maka guru musik

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1 1 Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa PROGRAM SEMESTER SENI RUPA Kompetensi Dasar Indikator Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.3.

BAB I PENDAHULUAN. Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik jazz adalah salah satu ikon musik abad ke-20 yang lahir di Amerika Serikat, yang merupakan proses akulturasi unsur budaya Afrika (terutama Afrika Barat) dengan

Lebih terperinci

KOMPOSISI MUSIK ROMANTIKA KEHIDUPAN UNTUK ANSAMBEL CAMPURAN

KOMPOSISI MUSIK ROMANTIKA KEHIDUPAN UNTUK ANSAMBEL CAMPURAN KOMPOSISI MUSIK ROMANTIKA KEHIDUPAN UNTUK ANSAMBEL CAMPURAN TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik Oleh: Yoga Manggala NIM. 1011551013 JURUSAN MUSIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INSDONESIA

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK PERMAINAN

BAB V TEKNIK PERMAINAN BAB V TEKNIK PERMAINAN Concerto for The Left Hand (in D) karya Maurice Ravel merupakan sebuah karya konserto dalam bentuk orkestra dengan instrumen piano yang dibuat untuk menunjukkan kepiawaian seseorang

Lebih terperinci

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan simbol tempo dalam lagu 2. Menjelaskan makna ansambel 3. Menghubungkan antara simbol nada dengan elemen musik 4. Menghubungkan simbol nada dengan tempo dalam lagu 5. Memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. judul yang akan digarap kemudian menentukan bentuk musik dan disesuaikan dengan perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. judul yang akan digarap kemudian menentukan bentuk musik dan disesuaikan dengan perjalanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penciptaan komposisi Kembali Putih mempunyai ide yang terinspirasi dari perjalanan hidup seseorang dan dituangkan ke dalam sebuah karya. Penulis pertama menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Musik keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Musik keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa Indonesia. Di dalamnya terdapat karekteristik yang mengandung nilai nilai budaya bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan cerita, puisi, ide atau adegan. Bagian instrumental pada

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan cerita, puisi, ide atau adegan. Bagian instrumental pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik Programa adalah musik instrumental yang besar pada abad ke-19 berhubungan dengan cerita, puisi, ide atau adegan. Bagian instrumental pada programa dapat mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya dibidang seni musik, baik sebagai seorang seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik merupakan media hiburan yang sangat efektif. Secara umum, musik merupakan kegiatan kesenian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS REPERTOAR. A. French Suite No. 6 in E major, BWV 817 karya Johann Sebastian Bach

BAB III ANALISIS REPERTOAR. A. French Suite No. 6 in E major, BWV 817 karya Johann Sebastian Bach BAB III ANALISIS REPERTOAR A. French Suite No. 6 in E major, BWV 817 karya Johann Sebastian Bach 1. Analisis struktural Allemande Allemande merupakan sebuah tarian yang berasal dari Jerman Selatan. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan PropinsiJawa Tengah (Yogyakarta: DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan, ),48

BAB I PENDAHULUAN. Dan PropinsiJawa Tengah (Yogyakarta: DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan, ),48 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warisan bangsa, cerita rakyat menjadi salah satu identitas suatu daerah dimana ia berasal. Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di masyarakat

Lebih terperinci

Bentuk Musik Variasi Pada Karya Musik Hom Pim Pah

Bentuk Musik Variasi Pada Karya Musik Hom Pim Pah Bentuk Musik Variasi Pada Karya Musik Hom Pim Pah Oleh: Inggit Erlianto/092134250 Dosen Pembimbing: Agus Suwahyono S.Sn, M.Pd. Abstrak Karya musik Hompimpah merupakan karya musik yang diciptakan untuk

Lebih terperinci

2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE

2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keroncong merupakan salah satu genre musik hasil daya cipta masyarakat Indonesia. Keberadaan musik keroncong di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik sebagai hasil karya manusia dalam bentuk bunyi memiliki fungsi untuk menghibur atau untuk memenuhi kepuasan batin. Ketika berbicara tentang komposisi musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Theodor & Hanns Eisler. Composing For The Films (New York: Oxford University Press, 1947), 40.

BAB I PENDAHULUAN. Theodor & Hanns Eisler. Composing For The Films (New York: Oxford University Press, 1947), 40. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan, pengalaman dan ekspresi kepada orang lain. Ekspresi dalam musik memiliki batasan yang luas, tidak

Lebih terperinci

KARYA MUSIK SCHERZO CON BRILLANTE DALAM TINJAUAN PENERAPAN KOMPOSISI

KARYA MUSIK SCHERZO CON BRILLANTE DALAM TINJAUAN PENERAPAN KOMPOSISI KARYA MUSIK SCHERZO CON BRILLANTE DALAM TINJAUAN PENERAPAN KOMPOSISI Saifuddin Seni Drama Tari Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, didien.peach@gmail.com M. Sarjoko, S.Sn.,M.Pd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik adalah salah satu hasil dari proses kebudayaan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik adalah salah satu hasil dari proses kebudayaan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah salah satu hasil dari proses kebudayaan manusia dalam bentuk bunyi-bunyian yang memiliki unsur-unsur melodi, irama, dan tempo. Musik juga merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK PERMAINAN DRUM PADA KARYA MUSIK BEGIN FROM BROKEN HEART. Oleh : Hendra Tomy Wahyudi. Pembimbing : Agus Suwahyono, S.Sn, M.

TEKNIK PERMAINAN DRUM PADA KARYA MUSIK BEGIN FROM BROKEN HEART. Oleh : Hendra Tomy Wahyudi. Pembimbing : Agus Suwahyono, S.Sn, M. TEKNIK PERMAINAN DRUM PADA KARYA MUSIK BEGIN FROM BROKEN HEART Oleh : Hendra Tomy Wahyudi Pembimbing : Agus Suwahyono, S.Sn, M.Pd Abstrak Drum merupakan instrumen musik yang memiliki peranan penting pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harapan menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam hidup manusia, baik harapan kepada Tuhan maupun kepada manusia. Kepercayaan religius dan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 396.

BAB I PENDAHULUAN 396. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, dengan unsur dasar berupa melodi, irama, dan harmoni, serta unsur pendukung berupa gagasan, sifat, dan warna bunyi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Michael L. Brown, Melawan Godaan Dosa. (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2001), Korintus 6:9-10 (Lembaga Alkitab Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Michael L. Brown, Melawan Godaan Dosa. (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2001), Korintus 6:9-10 (Lembaga Alkitab Indonesia) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Brown, mengutip pendapat John Bunyan mengatakan, dosa adalah tindakan perlawanan terhadap keadilan Allah, pemerkosaan terhadap belas Kasih-Nya yang besar, pelecehan

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. Alterasi adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis salah satu nada dalam satu akord.

GLOSSARIUM. Alterasi adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis salah satu nada dalam satu akord. GLOSSARIUM Alterasi adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis salah satu nada dalam satu akord. Appoggiatura, not hiasan yang ditambahkan sebelum not utama Augmentasi adalah salah satu tekstur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

Teknik Permainan Piano Goyang Borjuis, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013

Teknik Permainan Piano Goyang Borjuis, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013 Teknik Permainan Piano Goyang Borjuis, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013 Oleh: Dewi Nurlia Setyaningrum (092134248) Dosen Pembimbing: Drs. Heri Murbiyantoro, M. Pd

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, rencana dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, rencana dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Secara umum, rencana dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Ambarjaya, 2012:84).

Lebih terperinci

ARANSEMEN LAGU KULIHAT IBU PERTIWI UNTUK FLUTE, KLARINET DENGAN KUARTET GESEK

ARANSEMEN LAGU KULIHAT IBU PERTIWI UNTUK FLUTE, KLARINET DENGAN KUARTET GESEK ARANSEMEN LAGU KULIHAT IBU PERTIWI UNTUK FLUTE, KLARINET DENGAN KUARTET GESEK Zefanya Dominggus 111647013 Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Jl. Parangtritis Km. 6,5 Sewon

Lebih terperinci

TINJAUAN BENTUK MUSIK PADA KOMPOSISI MUSIK PLACE OF BIRTH (SIDAYU)

TINJAUAN BENTUK MUSIK PADA KOMPOSISI MUSIK PLACE OF BIRTH (SIDAYU) TINJAUAN BENTUK MUSIK PADA KOMPOSISI MUSIK PLACE OF BIRTH (SIDAYU) Oleh : Mohammad Tsaqibul Fikri Dosen Pembimbing : Moh. Sarjoko S.Sn., M.Pd Abstrak Pada komposisi musik Place Of Birth (SIDAYU), Komposer

Lebih terperinci

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik Oleh: Devara Egga Perdana NIM. 1311968013 JURUSAN MUSIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

Lebih terperinci

CARA MUDAH MENENTUKAN AKOR SUATU LAGU

CARA MUDAH MENENTUKAN AKOR SUATU LAGU CARA MUDAH MENENTUKAN AKOR SUATU LAGU Abstrak Akor adalah unsur pokok dalam mengiringi lagu karena akor akan menjadi patokan untuk menentukan nada-nada yang akan dimainkan oleh instrumen yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik MATERI AJAR Ansambel Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik Ansambel dapat diartikan sebagai sebuah sajian musik yang dilagukan secara bersama-sama dengan menggunakan

Lebih terperinci

https://sekolahsenibudaya.wordpress.com 7

https://sekolahsenibudaya.wordpress.com 7 B. Simbol Musik (Lanjutan) 53. Hampir setiap karya musik di dalamnya mengandung unsur-unsur musik. Terdapat dua pemaknaan dalam menyikapi unsur-unsur tersebut salah satu nya adalah urutan pengelompokan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi musik Love The Sinners, Hate The Sin, merupakan gambaran kondisi emosional dan pesan dukungan sosial untuk penderita HIV AIDS, pecandu narkoba, dan LGBT. Komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.? 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.? 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tema Resital dan Pemilihan Repertoar Inspirator berasal dari kata bahasa Inggris inspiration (inspirasi, kata benda) yang artinya ilham --mendapatkan akhiran or untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah kehidupan manusia, karena pada dasarnya seni

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah kehidupan manusia, karena pada dasarnya seni BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seni musik merupakan bidang seni yang banyak diminati dikalangan apapun, sebab musik merupakan media yang sangat efektif. Secara umum, musik merupakan kegiatan kesenian

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU Sri Martini Guru SMP Negeri 2 Singingi srimartini173@gmail.com ABSTRAK Seni musik calempong Kampar merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni, dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe, 2003: 288). Musik

Lebih terperinci

MAKALAH SENI BUDAYA MENGENAI ARANSEMEN MUSIK. Disusun oleh : Bella Annesha Sherly Melinda Kelas : XI-IPS 1

MAKALAH SENI BUDAYA MENGENAI ARANSEMEN MUSIK. Disusun oleh : Bella Annesha Sherly Melinda Kelas : XI-IPS 1 MAKALAH SENI BUDAYA MENGENAI ARANSEMEN MUSIK Disusun oleh : Bella Annesha Sherly Melinda Kelas : XI-IPS 1 SMA NEGERI 4 BOGOR 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aransemen berasal dari kata arrangement

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Perkembangan Musik Keroncong Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset kekayaan budaya bangsa, akan tetapi kita pun tidak bisa dengan asal-asalan

Lebih terperinci

SILABUS INSTRUMEN PILIHAN WAJIB IV (GITAR) SM 416

SILABUS INSTRUMEN PILIHAN WAJIB IV (GITAR) SM 416 No.: FPBS/FM-7.1/07 Lampiran 8.1. Sistematika Silabus SILABUS INSTRUMEN PILIHAN WAJIB IV (GITAR) SM 416 HENRI NUSANTARA, M.PD JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktifitas musik merupakan hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktifitas musik merupakan hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktifitas musik merupakan hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat.masyarakat pada umumnya melakukan aktivitas musik dalam kehidupan sehari-hari,

Lebih terperinci