(a) (b) Foto 3.9 Singkapan Satuan Batulempung-Batupasir A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Batupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ciri Litologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Raden Ario Wicaksono/

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

dalam Zonasi Bolli & Saunders (1985), berdasarkan kandungan plangton tersebut maka kisaran umur satuan batuan ini adalah N21 atau Pliosen Atas.

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

Batulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.

Batupasir. Batugamping. Batupasir. Batugamping. Batupasir

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

// - Nikol X - Nikol 1mm

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

S U KE 06. Gambar 3.8 Sketsa Penampang Lintasan E

A. Perlapisan batupasir batulempung dengan ketebalan yang homogen B. Antara batupasir dan batu lempung memperlihatkan kontak tegas

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III-11. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 11) Foto III-12. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 12)

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

(a) (b) Foto 3.9 Singkapan Satuan Batulempung-Batupasir A (a) Singkapan batugamping yang sudah mengalami pelarutan pada lokasi SRG-2. (b) Perselingan batulempung dan batupasir pada lokasi KRP-15di Sungai Kuripan. 26

3.2.4 Satuan Breksi 3.2.4.1 Penyebaran Satuan Breksi sebagian besar menempati bagian tengah daerah penelitian, jurus lapisan batuan pada satuan ini tidak ditemukan. Satuan Breksi meliputi ±5% dari daerah penelitian, satuan ini pada peta geologi berwarna cokelat (Lampiran B-1). Ketebalan satuan ini berdasarkan rekontruksi penampang geologi tidak lebih dari 240 meter. 3.2.4.2 Ciri Litologi Satuan Breksi ini tersusun atas breksi dan batupasir. Breksi mempunyai ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, polimik, matriks pasir sedang, fragmen berukuran kerakal hingga bongkah, menyudut-menyudut tanggung, fragmen terdiri dari batuan beku berupa andesit, kemas terbuka, kompak, porositas sedang dan terdapat pecahan cangkang moluska (Foto 3.10). Hasil analisis petrografi pada salah satu fragmen breksi ini (Lampiran A-4) memiliki komponen yang bersifat intermedier dengan komposisi kuarsa kurang dari 10%. Batupasir berwarna abu-abu kehitaman, tufan, ukuran butir pasir sedang, semen non karbonatan, porositas baik, dan terdapat pecahan-pecahan cangkang moluska (Foto 3.11). Hasil analisis petrografi batupasir satuan ini (Lampiran A-5) berdasarkan klasifikasi Gilbert (1982), dengan komposisi mineral penyusunnya didominasi oleh plagioklas serta matriks yang lebih dari 15%, maka dapat dinamakan feldsphatic wacke. 3.2.4.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Breksi diperkirakan berumur Pliosen Tengah berdasarkan rekonstruksi penampang geologi. Satuan Breksi ini berada di atas satuan batuan yang berumur Pliosen Awal-Pliosen Tengah. Lingkungan pengendapan satuan ini diperkirakan neritik tengah berdasarkan asosiasi lingkungan pengendapan satuan batuan yang berada di atas dan di bagian bawah secara stratigrafi yang diendapkan pada lingkungan neritik tengah. Sifatnya yang karbonatan dan terdapat pecahan 27

cangkang moluska juga mengindikasikan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan marin. Foto 3.10 Singkapan breksi pada lokasi KRP-8 di Sungai Kuripan. Foto 3.11 Singkapan batupasir Satuan Breksi pada lokasi KRP-6 di Sungai Kuripan. 28

3.2.4.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Hubungan stratigrafi dengan satuan yang lebih tua dan lebih muda berdasarkan rekonstruksi penampang geologi dan tidak adanya selang waktu pengendapan adalah selaras. Satuan Breksi ini, sesuai dengan ciri-ciri litologi paling sesuai dapat disebandingkan dengan Anggota Breksi Formasi Tapak (Condon dkk., 1996). 3.2.5 Satuan Batulempung-Batupasir B 3.2.5.1 Penyebaran Satuan Batulempung-Batupasir B menempati bagian tengah sampai selatan daerah penelitian, jurus lapisan batuan pada satuan ini relatif berarah barat-timur dan kemiringan lapisan relatif ke arah selatan. Satuan Batulempung- Batupasir B meliputi ±30% dari daerah penelitian, satuan ini pada peta geologi berwarna hijau tua (Lampiran B-1). Ketebalan satuan ini berdasarkan rekontruksi penampang geologi tidak lebih dari 620 meter. 3.2.5.2 Ciri Litologi Satuan Batulempung-Batupasir B terdiri dari perselingan batulempung dan batupasir dengan sisipan batugamping. Batupasir mempunyai ciri-ciri berwarna abu-abu terang dan abu-abu kehijauan, ukuran pasir halus-pasir kasar, semen karbonatan, porositas baik, kemas terbuka-tertutup, pemilahan baik-sedang, dan terdapat pecahan cangkang moluska. Batulempung berwarna abu-abu kehijauan, menyerpih, karbonatan, terdapat foraminifera dan pecahan cangkang moluska (Foto 3.12). Batugamping berwarna putih kecoklatan, ukuran butir pasir, sudah mengalami pelarutan (Foto 3.12). Hasil analisis petrografi batupasir pada satuan ini (Lampiran A-6), dengan komposisi mineral penyusunnya didominasi oleh semen kalsit, maka dapat dinamakan calcareous sandstone. 29

3.2.5.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan fosil foraminifera kecil (Lampiran B-3) didapatkan umur N18- N20 berdasarkan kisaran umur Bolli dan Saunders (1985), dengan umur Pliosen Awal-Pliosen Tengah. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi di mana satuan ini berada di atas Satuan Batulempung-Batupasir A yang berumur N18-N19 dan Satuan Breksi yang berumur Pliosen Tengah, maka disimpulkan umur Satuan Batulempung-Batupasir B ini adalah N20 (Pliosen Tengah). Lingkungan pengendapan berdasarkan didapatkannya fosil Uvigerina sp., Nodosaria sp., Lenticulina sp., Amphicorina sp., dan Quinqueloculina sp. menunjukkan bahwa Satuan Batulempung-Batupasir B diendapkan pada lingkungan neritik tengah (Robertson Research Indonesia). 3.2.5.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri-ciri batulempung dan batupasir yang mengandung pecahan cangkang moluska, maka Satuan Batulempung-Batupasir B paling sesuai dapat disebandingkan dengan Formasi Tapak (Djuri dkk., 1996). Hubungan Satuan Batulempung-Batupasir B dengan Satuan Breksi yang berumur lebih tua adalah selaras karena tidak terdapatnya selang waktu pengendapan. 3.2.6 Satuan Aluvium Satuan Aluvium tersebar pada bagian tengah dan bagian tenggara daerah penelitian, pada peta geologi terlampir, satuan ini diberi warna abu-abu yang menempati 5% dari daerah penelitian. Satuan Aluvium ini menempati wilayah yang landai dan pada jalur-jalur sungai, terutama pada lairan Sungai Kuripan dan Sungai Karang yang merupakan aliran sungai utama. 30

(a) (b) (c) Foto 3.12 Singkapan Satuan Batulempung-Batupasir B. (a) Singkapan batupasir kasar dan terdapat pecahan cangkang moluska pada lokasi KRG-3. (b) Singkapan batulempung dan terdapat pecahan cangkang moluska pada lokasi KRG-3. (c) Singkapan perselingan batulempung dan batupasir dengan sisipan batugamping pada lokasi KRG-4. Batugamping sudah mengalami pelarutan. 31

Foto 3.13 Material-material lepas pada Satuan Aluvium di Sungai Karang. Endapan ini disusun oleh material-material lepas dari satuan batuan yang telah diendapkan sebelumnya. Materialnya berukuran pasir hingga bongkah yang terdiri atas batuan sedimen seperti batulempung, batugamping, breksi, dan batupasir; batuan beku seperti andesit dan basalt, serta terdapat jasper hijau (Foto 3.13). Satuan Aluvium ini berumur Resen yang diketahui dari proses pengendapan yang masih berlangsung hingga saat ini. Lingkungan pengendapan satuan ini adalah fluvial. Satuan Aluvium ini diendapkan secara tidak selaras diatas seluruh batuan yang lebih tua. 3.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian didapatkan berdasarkan identifikasi dari peta topografi, citra satelit, dan pengamatan di lapangan. Pada peta topografi dan citra satelit didapat pola-pola kelurusan. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bukti-bukti terjadinya struktur berupa kekar gerus. Bukti-bukti terjadinya struktur geologi tersebut, kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak. 32

Struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian berupa kemiringan lapisan dan struktur sesar. Walaupun tidak ditemukan sumbu lipatan pada daerah penelitian ini, namun kemiringan lapisan telah membuktikan adanya fasa deformasi yang terjadi pada batuan. Sedangkan struktur sesar diamati di lapangan dengan bukti kekar gerus dan pergeseran kontak satuan batuan di daerah penelitian. Penamaan struktur sesar pada daerah penelitian ini diambil dari nama sungai yang dilalui oleh sesar tersebut. 3.3.1 Analisis Struktur Geologi 3.3.1.1 Kelurusan Analisis kelurusan sungai dan bukit pada daerah penelitian digambarkan dengan menggunakan kelurusan pada peta topografi (Gambar 3.3) dan dianalisis dengan menggunakan diagram bunga (Gambar 3.4). Pola kelurusan bukit yang dominan yaitu pada arah barat timur, berdasarkan hal tersebut ditafsirkan berkaitan dengan arah jurus lapisan. Pola kelurusan sungai yang berkembang berarah dari barat laut tenggara dan timur laut-barat daya yang ditafsirkan kemungkinan sebagai arah dari rekahan dan sesar sebagai bidang-bidang lemah. 33

U Gambar 3.3 Kelurusan pada peta topografi. 34

U (a) U (b) Gambar 3.4 Diagram bunga dari pola kelurusan bukit dan sungai. (a) Diagram bunga kelurusan bukit dengan arah dominan barat-timur. (b) Diagram bunga kelurusan sungai dengan arah dominan utara-selatan dan baratlauttenggara. 35

3.3.1.2 Sesar Menganan Pingit Sesar ini berada pada daerah timur laut pada daerah penelitian. Sesar Menganan Pingit merupakan sesar menganan yang memotong Satuan Basalt, Satuan Batupasir-Batulempung, dan Satuan Batulempung-Batupasir A. Sesar ini berarah tenggara-barat laut dan memanjang dari Desa Panusupan melewati Sungai Pingit. Sesar ini diindikasikan berdasarkan pergeseran kontak Satuan Basalt dengan Satuan Batupasir-Batulempung (Gambar 3.5). Bidang sesar diinterpretasikan melalui kelurusan dari Sungai Pingit. U Gambar 3.5 Pergeseran kontak Satuan Basalt dan Satuan Batupasir-Batulempung. 3.3.1.3 Sesar Mengiri Turun Kuripan Sesar ini berada pada daerah tengah pada daerah penelitian. Sesar Mengiri Turun Kuripan berarah timur laut-barat daya dan memanjang dari Sungai Kuripan sampai daerah Serang. Sesar ini diindikasikan berdasarkan kekar gerus dan sesar minor berupa sesar menganan (Foto 3.14). Sesar ini bisa diamati melalui citra satelit dari SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission), yaitu pergeseran bukit yang pergerakannya mengiri (Gambar 3.6). Berdasarkan analisis kekar gerus pada perangkat lunak (Lampiran 36

C) didapatkan sesar ini merupakan sesar mengiri turun (Gambar 3.7). Arah tegasan pada sesar ini relatif berarah utara-selatan. Aliran Sungai (a) (b) Foto 3.14 Kekar gerus dan sesar minor sebagai indikator dari Sesar Mengiri Turun Kuripan di Sungai Kuripan. (a) Kekar gerus (anak panah hitam) pada lokasi KRP-5. (b) Sesar minor berupa sesar menganan (pergeseran batuan ditunjukkan dengan garis merah) pada lokasi KRP-6. 3.3.2 Mekanisme Pembentukan Struktur Kemiringan lapisan yang mempunyai arah ke selatan diperkirakan karena mendapatkan gaya yang berarah utara-selatan. Sesar-sesar yang terjadi pada daerah penelitian terjadi setelah pengendapan seluruh satuan batuan terkecuali Satuan Aluvium. Umur termuda dari satuan batuan yang terpotong oleh sesar adalah Pliosen Tengah. Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan struktur geologi tejadi pada umur Pliosen Akhir-Pleistosen. Sesar-sesar di daerah penelitian juga mendapat gaya yang berarah relatif utara-selatan. Berdasarkan hal tersebut bisa diinterpretasikan bahwa sesar yang terjadi di daerah penelitian terbentuk bersamaan atau sesudah terjadinya deformasi yang menyebabkan kemiringan lapisan batuan yang sudah tidak horisontal. 37

U 1 KM : Daerah Peneltian Gambar 3.6 Pergeseran bukit dan kelurusan yang teramati dari citra satelit. 38

U Kedudukan bidang sesar: σ2 N192 o E/ 80 o Kedudukan netslip: 15 o, N195 o E ; Pitch: 15 σ3 Kekar Gerus : N199 o E/79 o N300 o E /78 o σ1 σ1 : 18 o, N161 o E σ2 : 1 o, N251 o E σ3 : 72 o, N341 o E Gambar 3.7 Analisis kinematik dan dinamik dari Sesar Mengiri Turun Kuripan. 39