BAB 1 PENDAHULUAN. cenderung berkembang lebih cepat", ujar Bob Johansen (Uprising: How To Build a

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BUSINESS CANVAS

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III DESAIN AKHIR

BAB III BUSINESS MODEL CREATION

BAB I PENDAHULUAN. Republika.co.id, Jakarta)

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Indeks Beberapa Konsumsi Kelompok Barang/Jasa Triwulan III-2015 (BPS Jawa Barat, 2015)

a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kebutuhan sandang. Kehidupan sehari hari manusia tidaklah pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan, serta modal awal usaha. Pasar yang sangat besar ini

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. penghematan waktu berbelanja, tenaga, dan transaksi, karena dapat dilakukan. pemeliharaan, tenaga kerja dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mereka. Ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Keramat Bey Berry

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi convenience store, serta banyaknya kompetitor membuat

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan manusia yang selalu tidak puas itulah yang membuat sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di kalangan industri atau dunia bisnis. Setiap perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

ANALISIS PENGUATAN MODEL BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS (STUDI KASUS PADA BISNIS TAS ESGOTADO TAHUN 2016) UNIVERSITAS TELKOM

DAFTAR ISI. Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii. Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v

BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP

BAB I PENDAHULUAN. belanjanya, terutama untuk produk-produk fashion seperti baju, celana, sepatu dan lainlainnya.

BAB I PENDAHULUAN Sumber : BPS di internet

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Unit Usaha di Indonesia Tahun (unit) (unit) 99,99 2. Usaha Besar (unit) (orang) (orang)

Ini Trik Cepat Agar Kamu Bisa Cepat kaya Dari Toko Online

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Produk Dompet Wallts

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Lazada Berikut ini adalah logo dari lazada :

PENGEMBANGAN BISNIS MODEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING INDUSTRI BATIK SUMENEP MADURA

BUSINESS MODEL CANVAS

DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan. Bab II Landasan Teori...

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi pemasaran, berbagai jenis informasi, teknologi, dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

BAB I PENDAHULUAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENERBANGAN DI INDONESIA. Soekarno-Hatta yakni 17,49 juta orang. Berdasarkan data dari Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. penjual dan pembeli harus saling bertemu atau bertatap muka pada suatu tempat

PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikan strategi yang tepat agar dapat memenangkan persaingan dan

ANALISIS PENGUATAN MODEL BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS (STUDI KASUS PADA BISNIS TAS ESGOTADO TAHUN 2016) UNIVERSITAS TELKOM

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bumbu impor. Kuliner asing tersebut dapat menjadi

BUSINESS MODEL CANVAS PADA UD SVASTIKA JAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS

BAB I PENDAHULUAN. lebih diminati. Persaingan yang semakin ketat membuat para pengusaha berusaha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis dan pemasaran. Sektor bisnis merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dimana masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I. Pendahuluan. aktivitas yang dilakukan manusia. Mulai dari aktivitas untuk kepentingan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan serta kebutuhan masyarakat waktu ke waktu semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, perdagangan di atur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Internet mengalami perkembangan yang luar biasa sejak pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian saat ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Electronic Commerce atau yang disingkat dengan E-Commerce adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Green Laundry Sejarah Green Laundry

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

Gambar 1.1 Logo UNKL347

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Bisnis Model Kanvas Dalam Penentuan Rencana Manajemen Usaha Jasa Pengiriman Dokumen Di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. industri kreatif atau biasa disebut ekonomi kreatif. Pada tahun 2012, ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. ketat.semakin banyak penjual yang mencoba masuk ke dalam pasar yang baru.di tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang pesat turut mempengaruhi dunia bisnis.

Analisis Model Enterprise Architecture Pada Sebuah Stasiun Televisi

BAB I PENDAHULUAN. seperti sistem perdagangan dan sistem pemasaran. Dahulu jika kita ingin

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media internet adalah e-government (layanan pemerintahan melalui

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang "Pada masa sekarang ini, segala sesuatu yang mampu memberi makna cenderung berkembang lebih cepat", ujar Bob Johansen (Uprising: How To Build a Brand and Change The World By Sparking Cultural Movements, p6). Mengacu pada pendapat tersebut, tidak heran jika saat ini banyak perusahaan yang mulai mengkomunikasikan nilai-nilai yang dijunjungnya untuk menarik perhatian pelanggan. The Body Shop, Pfizer, Mahindra, dan Innocentive adalah contoh perusahaanperusahaan yang mulai sadar untuk mengkomunikasikan nilai-nilainya. Nilai perusahaan tersebut akhirnya menciptakan gerakan sosial sehingga membuat dunia menjadi lebih baik. The Body Shop selama ini mengandalkan nilai yang dijunjung untuk mengenalkan mereknya. Sebagai sebuah perusahaan kecantikan, The Body Shop tidak mengkampanyekan keunggulan produk yang dimilikinya tetapi lebih mengedepankan nilai yang diyakininya, seperti perlindungan terhadap alam, perlawanan terhadap pengetesan kepada binatang untuk suatu produk yang lazim dilakukan di industri kecantikan, mendukung perdagangan yang adil, membela hak asasi manusia dan juga mengajak pelanggannya untuk lebih percaya diri. Pada akhirnya nilai-nilai ini justru membuat pelanggannya membeli produk The Body Shop. Nilai-nilai ini pada akhirnya menimbulkan gerakan sosial yang mampu mengajak pelanggannya untuk mendukung 1 setiap kegiatan The Body Shop. Efek dari nilai-nilai tersebut juga membentuk

komunitas The Body Shop karena pelanggan ikut merasakan dan meyakini nilai yang dijunjung The Body Shop. Serupa dengan The Body Shop, perusahaan lain seperti Pfizer, Mahindra, dan Innocentive juga mengandalkan nilainya untuk memberitahu misi mereka dalam berbisnis. Pfizer dengan gerakan melindungi alam dan perlindungan kesehatan bagi lingkungan di sekitarnya, Mahindra dengan ajakan kepada orang-orang untuk bangkit menjalani hidup yang lebih baik dan Innocentive dengan seruan kepada setiap orang untuk berani menerima tantangan dan pemberian solusi adalah contoh-contoh perusahaan yang berhasil menempatkan mereknya di hati pelanggan. Akibat dari nilai tersebut mulai timbul gerakan sosial karena pelanggannya ikut merasakan apa yang menjadi tujuan perusahaan itu eksis. Mengacu pada Dobni dan Zinkhan yang mengatakan bahwa orang membeli suatu produk dari merek tertentu lebih daripada sekedar atribut fisik dan fungsi (In Search Of Brand Image: Foundation Analysis, p110) maka tren bisnis yang mengarah pada suatu nilai yang menimbulkan gerakan sosial dirasakan sangat penting pada saat sekarang ini. Fournier mengindikasikan kalau pelanggan memilih sebuah merek karena merasakan sebuah ikatan kepada perusahaan tersebut yang memiliki tujuan dan passion yang sama dengan pelanggan (Consumer and Their Brands: Developing Relationship Theory in Conusmer Research). Oleh karena itu, jelas saat ini perusahaan harus bisa menyampaikan nilainya dengan baik sehingga mampu diterima oleh pelanggannya yang memiliki keyakinan yang sama. Melihat tren bisnis yang ada, kami mencoba untuk membuat bisnis yang memiliki potensi untuk berkembang dengan baik dan juga mampu mendukung gerakan sosial. Menilik beberapa industri yang ada di Indonesia, kami melihat industri kreatif memiliki masa depan yang cerah. Industri kreatif makin menunjukkan

perannya dalam memberi sumbangan terhadap kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat sektor-sektor yang memiliki kontribusi yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi antara lain industri fashion, kerajinan, serta komputer dan piranti lunak. Industri fashion memiliki kontribusi tertinggi yaitu sebesar 44.3% dari total kontribusi industri kreatif (Neraca.co.id, 12 Juni 2012). Mengacu pada kontribusi yang cukup besar tersebut, dapat dikatakan industri fashion memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang. Perkembangan ini dapat dilihat dari kemunculan beberapa brand lokal dan event tahunan yang menjadi media perkenalan dan pemasaran produk lokal yang berkualitas. Brightspot Market dan Trademark merupakan event tahunan yang dilakukan di Kota Jakarta dan Kota Bandung yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk fashion lokal. Maraknya perkembangan dunia fashion membuat industri ini menjadi menarik untuk digarap oleh para pelaku bisnis. Industri ini menarik karena fashion merupakan kebutuhan semua segmen mulai dari bayi hingga orang tua. Fashion bisa meliputi pakaian, sepatu, tas, perhiasan dan aksesori lainnya yang dapat membuat penampilan seseorang menjadi lebih sempurna. Pertumbuhan clothing lokal yang meningkat sebesar enam persen pada tahun 2011, menunjukkan bahwa pakaian merupakan salah satu produk dari kategori fashion yang paling diminati untuk dijual (mediaindonesia.com, Maret 2011). Selama tiga bulan observasi yang kami lakukan, bisnis clothing umumnya menyasar pada kalangan anak muda dengan tawaran dan fitur produk yang hampir sama sehingga persaingan diantaranya menjadi cukup ketat. Pengamatan yang kami lakukan di Kota Jakarta dan Bandung juga menemukan bahwa ternyata belum banyak perusahaan lokal yang memfokuskan diri

untuk kalangan bayi atau anak-anak walaupun pasarnya besar. Besarnya potensi pasar yang dapat diraih dapat ditunjukkan oleh besarnya tingkat kelahiran bayi di Indonesia. Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di Indonesia ada sekitar 4-5 juta bayi yang lahir dalam setahun. Pada tahun 2011 lalu, tercatat ada sekitar 4.372.600 kelahiran (depkes.go.id, Juli 2011). Selain itu ketika dilakukan penelusuran pencarian di dunia online, orang-orang yang memiliki minat dalam pencarian baju bayi setiap bulannya terdapat sekitar 60.500 orang (Research: Google Keyword Tool External). Jumlah ini terhitung besar dan jika bisa dimanfaatkan maka akan berpotensi mendatangkan keuntungan. Berdasarkan pengamatan ternyata belum banyak perusahaan lokal yang fokus menggarap bisnis baju bayi. Apabila ingin mencari baju bayi yang bermerek, kebanyakan baju bayi bermerek di Indonesia itu adalah merek-merek asing seperti Mothercare, ZARA Baby, Moonson dan lainnya. Belum ada perusahaan lokal yang mampu mencuri perhatian masyarakat dengan produk baju bayinya. Apabila mencari yang kurang dikenal mereknya, barulah ditemukan merek-merek lokal tetapi kualitasnya kurang bagus. Oleh karena itu baju bayi lokal berkualitas masih memiiki peluang besar untuk sukses. Berdasarkan kondisi di atas, kami memutuskan untuk terjun ke dalam bisnis baju bayi. Hanya saja, kami tidak akan sekedar membangun bisnis baju bayi biasa karena tidak akan membedakan kami dengan kompetitor yang ada. Kami akan membuat baju bayi yang jumlahnya terbatas untuk menjaga keotentikan dan eksklusivitas desain sehingga orang tua tidak perlu merasa kikuk apabila bertemu bayi lainnya yang memiliki baju yang sama. Harga yang kami berikan juga mampu bersaing di pasaran dengan posisi sedikit lebih tinggi di atas merek lokal lain dan lebih rendah dibanding merek impor seperti Mothercare dan kualitas produk kami

sama seperti merek impor. Selain itu ada misi sosial yang kami ingin terapkan yaitu dengan konsep 1 untuk 1 dimana setiap 1 baju yang terjual maka kami akan menyumbangkan baju lainnya kepada bayi yang membutuhkan. Saat ini menurut data dari BPS, jumlah penduduk miskin adalah sebesar 29,89 juta orang. Dilihat dari statistik tersebut, kami mencermati bahwa peranan Komoditi Bukan Makanan seperti pakaian jadi anak-anak menyumbang 2,1% di daerah perkotaan dan 1,72% di daerah pedesaan yang memberi pengaruh terhadap garis kemiskinan (Survei Sosial Ekonomi Nasional, September 2011). Oleh karenanya tidak heran jika setiap melintasi lampu merah atau melihat orang-orang yang hidup di kolong jembatan, banyak anak kecil termasuk bayi yang memakai pakaian kotor ketika mengenakan pakaian sehari-hari. Sehingga dengan konsep 1 untuk 1, kami bisa membantu bayi-bayi tersebut mendapatkan baju yang layak. Kami akan mengajak artis atau orang terkenal yang memiliki kepedulian terhadap misi sosial untuk ikut mendesain baju bayi kami. Kami berharap dengan adanya mereka, maka merek kami akan cepat dikenal oleh masyarakat dan penjualan akan berjalan dengan baik karena mereka merasa kalau desain baju yang dibeli dibuat oleh artis atau orang terkenal. Selain itu kami juga akan membuat baju bayi ini dari bahan katun combed 30S sehingga memiliki serat benang yang lebih halus. Katun combed ini memiliki serat kapas yang lebih panjang dan menjadikan kapas jarang memiliki NAP (sambungan kapas dalam pilinan). Oleh karenanya hasil rajutan dan penampilan lebih rata. Untuk menjadi baju bayi yang berkualitas tinggi, kami juga akan menggunakan sablon yang ramah lingkungan menggunakan bahan sablon berbasis air. Baju bayi kami akan kami jual melalui website. Kami memilih masuk ke dunia online karena jangkauannya yang lebih luas. Selain itu, dunia e-commerce Indonesia

juga memperlihatkan tren yang positif dengan bermunculannya perusahaanperusahaan retail yang melihat potensi online Indonesia yang terus tumbuh. Tercatat menurut Mastercard Worldwide Online Shopping Survey, dari jumlah 55 juta pengguna internet, Indonesia mencatat kenaikan 15% dalam hal berbelanja online menjadi 76% pengguna internet Indonesia pernah berbelanja online dan yang lebih meyakinkan kami adalah fakta bahwa belanja pakaian menempati urutan pertama dalam daftar barang yang menjadi objek jual beli online. Teknologi juga semakin memudahkan kami untuk menyebarkan misi kami kepada orang-orang sehingga pesan yang ada akan tersebar lebih cepat. 1.2. Business Plan Creation Framework Dalam membangun bisnis model Tallulah, kami merancangnya dalam beberapa langkah yang dimulai dari pencarian ide bisnis hingga membuat prototype. Kami menggunakan The Nine Building Block dari Business Model Generation oleh Osterwalder & Pigneur (2010) untuk membangun bisnis ini yang bermula dari menentukan segmentasi customer hingga struktur biaya. Customer Segments Blok ini melingkupi segmentasi pasar dari bisnis kami dan seberapa besar dan potensial pasar yang kami incar. Value Propositions

Kami perlu untuk melakukan diferensiasi pada produk atau brand kami untuk memastikan konsumen lebih memilih untuk membeli produk atau memakai brand kami dibandingkan dengan kompetitor. Channels Blok ini menjelaskan mengenai bagaimana kami mendistribusikan produk kami untuk mencapai pasar yang dituju. Customer Relationships Blok ini menjelaskan strategi yang kami bangun dalam menjaga hubungan dengan pelanggan kami. Revenue Streams Blok ini menjelaskan bagaimana kami mendapatkan uang sebagai hasil dari value propositions kami. Key Resources Aset kami yang paling berharga dalam menjalankan bisnis ini untuk mencapai objektif bisnis akan dijelaskan dalam blok ini. Key Activities Berbagai kegiatan yang kami lakukan dalam menjalankan bisnis model.

Key Partnerships Blok ini menjelaskan mengenai siapa-siapa saja partner kami dalam menjalankan bisnis. Cost Structure Semua elemen dalam bisnis model yang kami lakukan akan terlihat hasilnya dari struktur biaya. Ini menjelaskan mengenai biaya yang kami gunakan dalam menjalankan bisnis.