BAB I PENDAHULUAN. Faktor utama yang mempengaruhi produksi bubur kertas dunia dalam kurun

dokumen-dokumen yang mirip
Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

RINGKASAN EKSEKUTIF AS AT SUPRIYANTO.

Cakupan Paparan : Outlook industri pulp dan kertas (IPK) Gambaran luasan hutan di indonesia. menurunkan bahan baku IPK

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

MEWUJUDKAN HUTAN TANAMAN DI INDONESIA

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

Pengabaian Kelestarian Hutan Alam dan Gambut, serta Faktor Pemicu Konflik Lahan yang Berkelanjutan 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

SUMBER DAYA ALAM INDONESIA: DI BAWAH CENGKRAMAN MAFIA

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EKSPANSI PERKEBUNAN KAYU YANG MENGHILANGKAN HUTAN ALAM DAN MENIMBULKAN KONFLIK SOSIAL (Studi Kasus Provinsi Sumatera Utara dan Riau) PRESS BRIEFING

I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

RINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI.

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN BADAN LITBANG KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER PERAWANG MILL PROPINSI RIAU

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan

Disampaikan dalam acara Focus Working Group 2017 Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Jakarta, 18 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri PULP & KERTAS di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar.

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PT. LONTAR PAPYRUS PULP AND PAPER INDUSTRY PROPINSI JAMBI

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN DI INDONESIA FOREST DEFORESTATION AND DEGRADATION IN INDONESIA

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.8/Menhut-II/2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permintaan domestik dan internasional akan kayu jati untuk industri

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Pe n g e m b a n g a n

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Faktor utama yang mempengaruhi produksi bubur kertas dunia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir adalah negara Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi tinggi diatas 6% telah menggerakkan investor untuk menanamkan modal mereka dalam bentuk pabrik bubur kertas dan kertas di negara ini. Pasar kertas kualitas premium di Tiongkok semenjak tahun 2005 mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Dua raksasa bubur kertas Indonesia, Asia Pacific Resources International Holdings (APRIL) dan Asia Pulp & Paper (APP) telah menginvestasikan pabrik bubur kertas dengan kapasitas masing masing 2,5 juta ton dalam kurun waktu 2005 sampai 2009 di Tiongkok. Investasi ini telah membantu merubah wajah industri bubur kertas di Tiongkok dari sebelumnya industri berbasis rumah tangga menjadi industri dengan teknologi pengolahan terbaru dengan kualitas kertas kelas premium Ratusan pabrik kertas tradisional yang mengandalkan bahan baku dari sampah industri pertanian ditutup pemerintah dan diganti dengan pabrik bubur kertas dengan teknologi pemrosesan yang terbaru yang lebih efisien karena hasil buangan proses produksi digunakan kembali (Honnold, 2009). Dampak dari modernisasi industri ini adalah permintaan serpih kayu yang meningkat tajam dikarenakan Iklim di negara ini ini tidak mendukung pengembangan hutan tanaman industri (HTI). Kebutuhan kayu harus diimpor dari luar negeri dalam bentuk serpih kayu, mayoritas berasal dari Asia Tenggara dan Australia. Nilai 1

impor serpih kayu Tiongkok mengalami lonjakan 1000% dari 1 juta bone dry metric ton (bdmt) di tahun 2004 menjadi 10 juta bdmt tahun 2015. Angka ini menyamai permintaan serpih kayu dari negara Jepang yang dalam kurun waktu 7 tahun terakhir mengalami staganasi. Menurut RISI (2015), perusahaan internasional yang bergerak dibidang penelitian industri bubur kertas dan kertas, Tiongkok akan mengalahkan Jepang di tahun 2017. Beberapa perusahaan bubur kertas seperti Stora Enso, Sun Paper dan Chenming menyelesaikan pabrik mereka di tahun 2015 sampai 2017. Biaya produksi yang semakin mahal sementara harga bubur kertas yang belum membaik, membuat banyak perusahaan bubur kertas besar dunia mencari alternatif baru yang memberikan keunggulan bersaing struktur biaya bahan baku kayu yang murah atau kemudahan akses pada pasar yang sedang berkembang. Tiongkok dalam hal ini menawarkan pasar yang diprediksi terus berkembang dalam jangka panjang, tapi pasokan bahan baku kayu akan tetap mengandalkan impor dari negara luar. Vietnam menjadi pemasok terbesar serpih kayu ke negara Jepang dan Tiongkok. Di tahun 2012, Vietnam telah berkontribusi 32% dari total volume impor serpih kayu di pasar Asia Pasifik. Berbeda dengan Indonesia yang mengandalkan perusahaan HTI dengan luasan konsesi ribuan hektar, Vietnam mengandalkan ribuan petani-petani acacia yang memiliki lahan yang kecil berkisar 1-5 hektar saja. Banyak pihak terutama industri bubur kertas di Jepang dan Tiongkok meragukan keberlanjutan pasokan dari Vietnam. Hampir semua pemain besar industri bubur kertas terkejut mendapati ekspor serpih kayu meningkat menjadi 7,5 juta bdmt di tahun 2013, meningkat 30% dari tahun 2012. 2

Pabrik APP dan APRIL di Tiongkok mengandalkan 100 persen impor serpih kayu yang mayoritas dari Vietnam, Thailand dan Indonesia. Kurang dari 10 persen berasal dari anak usaha mereka yang bergerak dibidang serpih kayu di Kalimantan. APRIL memiliki PT Kutai Chip Mill (PT KCM) dan APP memiliki PT Sarana Bina Semesta Alam (PT SBSA). Investasi yang dilakukan APRIL dan APP di Tiongkok berpengaruh besar terhadap rantai pasok kayu untuk unit usaha bubur kertas mereka di Indonesia. Grup APRIL memiliki PT Riau Andalan Pulp dan Paper (PT RAPP) di Riau dan PT Toba Pulp Lestari di Sumatera Utara. Sementara grup APP memiliki PT Indah Kiat Pulp dan Paper (PT IKPP) di Riau, PT OKI Pulp and Paper (PT OKI) di Sumatera Selatan dan PT Lontar Papyrus Pulp & Paper di Jambi. Rendahnya tingkat realisasi tanam dari perusahaan pemegang izin IUPHHK- HTI menyebabkan dalam jangka pendek dan menengah terjadi defisit sumber bahan baku kayu HTI. Dari data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari tahun 2011 sampai 2015 menunjukan realisasi penanaman hanya rata-rata 46% dari rencana kerja tahunan perusahaan HTI. Rendahnya realisasi penanaman oleh perusahaan pemegang izin HTI disebabkan oleh biaya investasi yang mahal tidak diimbangi oleh harga kayu yang menarik pada kurun waktu tersebut. Perusahaan HTI yang tidak memiliki pabrik bubur kertas memiliki posisi tawar lemah, harga secara luas ditentukan oleh kekuatan pembeli. Tekanan beberapa lembaga-lembaga lingkungan nasional dan intenasional (WWF, Walhi, dan Green Peace) dan juga konsumen membuat APP dan APRIL menata ulang rencana sustainabilitas pasokan kayu mereka. APP telah melakukan moratorium pada tanggal 15 Mei 2012, diikuti oleh APRIL yang sebelumnya 3

mencanangkan moratorium di tahun 2020, dipercepat menjadi 15 Mei 2015. Ini artinya tidak akan ada hutan alam baru yang di tebang oleh kedua raksasa bubur kertas ini. Berdasarkan data internal PT RAPP, sampai dengan tahun 2021 perusahaan mengalami defisit bahan baku kayu 2-3 juta ton per tahun dari sumber internal di Riau. Ini diakibatkan oleh dua faktor yakni; lambatnya akselerasi penanaman HTI dan daya tahan tanaman acacia yang semakin rentan terhadap hama penyakit yang mengakibatkan produktifitas tanaman rendah. Untuk menutupi kekurangan ini, PT RAPP gencar dalam melakukan pembelian kayu HTI di pasar nasional dan luar negri. Di samping itu, sebagian besar produksi kayu HTI anak usaha grup di Kalimantan harus dialihkan ke Riau untuk menutupi defisit sumber daya kayu PT RAPP. Keadaan PT TEL memiliki kapasitas pabrik sebesar 500 ribu juta ton membutuhkan kayu sejumlah 2 juta metrik ton setiap tahunnya. Kebutuhan kayu dipasok mayoritas dari anak usaha perusahaan PT Musi Hutan Persada (PT MHP) yang memiliki konsesi HTI 296 ribu hektar di Sumatera Selatan, mayoritas ditanam jenis eucalyptus. Total areal yang bisa ditanam mencapai 125 ribu hektar dan 100% sudah tertanam, dengan rotasi tanaman 6 tahun PT MHP akan menebang 20 ribu hektar setiap tahunnya. Berdasarkan data historis produktifas lahan dari APRIL, sebenarnya luas ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pabrik. Namun serangan hama penyakit terutama monyet pada tanaman acacia membuat perusahaan mengalami gagal panen. Ditambah lagi kompleksitas konfik lahan dengan masyarakat menyebabkan panen perusahaan mengalami gangguan. PT- TEL dalam 2 tahun ke depan masih akan mengalami defisit kayu sebesar 800 ribu ton pertahun. 4

Kenyataan ini membuat PT TEL menjadi sangat agresif dalam membeli kayu HTI dari pasar nasional maupun luar. Sepanjang akhir tahun 2014, PT TEL gencar mendekati pemilik HTI di Kalimantan, seperti Inhutani 1, grup Korindo, dan perusahaan HTI di Bintulu, Malaysia. Persaingan antara PT RAPP dan PT TEL sangat sengit dalam meraup kayu dari perusahaan ini. Harga kayu log di pasar Kalimantan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan data internal PT KCM, harga kontrak pembelian eksternal mengalami kenaikan 40% di bulan Oktober 2014 jika dibandingkan dengan harga terakhir di April 2014. Persaingan harga ini jelas tidak menguntungkan perusahaan bubur kertas dan perusahaan serpih kayu, mengingat harga bubur kertas yang saat ini masih jatuh. Bagi PT KCM defisit kayu di pada perusahaan bubur kertas nasional adalah mimpi buruk. PT KCM yang statusnya adalah anak usaha dari APRIL harus merelakan pemasok terbesar yang juga masih satu grup PT ITCI Hutani Manunggal (PT IHM) dan partner jangka panjang PT Adindo Hutani Lestari (PT AHL) mengalihkan produksi mereka ke PT RAPP. Kedua perusahaan ini sejak awal memang diperuntukan memasok kayu ke pabrik PT KCM yang berlokasi di Balikpapan. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, beberapa alternatif dipertimbangkan oleh perusahaan bubur kertas Indonesia, seperti mengimpor serpih kayu dari Vietnam, Thailand, ataupun Australia. Namun, kendala tentu saja biaya akan menjadi sangat mahal karena: 1) Pelabuhan didesain hanya untuk menerima kayu dalam bentuk log, sehingga dibutuhkan investasi yang mahal untuk mengubah fasilitas pelabuhan untuk 5

mengakomodasi serpih kayu. Investasi yang besar juga harus dikucurkan untuk transportasi serpih kayu dari pelabuhan ke pabrik. 2) Perusahaan bubur kertas dari Jepang dan Tiongkok masing-masing membutuhkan 11 juta bdmt serpih kayu yang selama ini dipasok mayoritas dari Vietnam, Thailand dan Australia. Kenaikan permintaan ini akan membuat harga serpih kayu meningkat tajam. Dikuatirkan banyak perusahaan yang harus menanggung rugi. 3) Karakter industri acacia Vietnam yang mengandalkan petani tidak menjamin konsistensi pasokan jangka panjang. Banyak pihak mengkuatirkan keberlangsungan pasokan dari Vietnam karena sewaktu waktu petani petani ini bisa mengalihkan tanaman mereka kejenis yang lain. 4) Rumor pembangunan pabrik bubur kertas dengan kapasitas 2 Juta ton di Vietnam. Pengenaan tarif ekspor 2% yang diberlakukan pemerintah Vietnam di awal tahun 2016 adalah salah satu upaya percepatan pembangunan industri bubur kertas di Vietnam. Keempat faktor di atas membuat perusahaan bubur kertas lebih menyukai opsi beli kayu HTI dalam bentuk log dari pada impor serpih kayu. Perkembangan konsesi HTI atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2016 sudah melampaui luas 10,7 juta hektar, yang dikelola oleh 280 unit manajemen. Pesatnya perkembangan HTI di Indonesia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari peningkatan kapasitas industri bubur kertas dan kertas yang membutuhkan pasokan bahan baku sebesar 40 juta ton setiap tahun. Namun 6

luasnya konsesi izin HTI ini tidak diimbangi dengan kinerja penanaman, hal ini juga berdampak pada kegiatan konversi hutan dan juga konflik. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dari tahun 2011 sampai 2015 realiasasi penanaman masih dibawah 46% dari rencana kerja tahunan. Rendahnya realisasi ini diakibatkan oleh besarnya modal yang diperlukan sementara harga jual kayu dikurun waktu tersebut sangat tidak menarik karena pemilik pabrik bubur kertas memiliki daya tawar yang kuat karena luasnya potensi sumber kayu alam yang bisa bisa diperoleh. Tekanan organisasi seperti WWF, Walhi, Green Peace juga sangat mempengaruhi rendahnya konversi HTI di Indonesia. Perusahaan besar seperti APRIL dan APP menjadi sasaran kritik di skala nasional dan internasional. Untuk memperbaiki wajah mereka di pasar internasional, kedua raksasa bubur kertas Indonesia ini mengedepankan rencana kerja yang ramah lingkungan. Moratorium hutan alam yang dicetuskan berakibat berhentinya ekspansi penanaman. Kebijakan ini mempengaruhi rencana berkesinambungan rantai pasok kayu dalam jangka menengah dan jangka panjang. Tekanan yang sama juga datang dari Pemerintah melalui perlindungan ekosistem gambut. Pada 1 Desember 2016, Presiden Joko Widodo menandatangani PP No 57 tahun 2016 tentang perubahan atas PP No 71 tahun 2014 tentang perlindungan ekosistem gambut. PP tersebut secara resmi telah memberlakukan moratorium pembukaan lahan baru pada areal gambut. Dampak dari keputusan ini areal areal gambut yang berada dalam kawasan konsesi perusahaan tidak bisa dikembangkan lagi, termasuk areal yang sudah ditanam juga berpotensi untuk dikembalikan. 7

Perizinan untuk konsesesi baru semakin menurun dikeluarkan oleh pemerintahan presiden Jokowi Widodo sebagai persiapan menuju maratorium hutan yang sudah lama didengungkan pemerintah. Dapat dipastikan ekspansi perkebunan HTI akan sulit berkembang karena areal baru tidak akan keluarkan izinnya dan areal lama yang didaerah gambut berpotensi untuk dikembalikan oleh perusahaan menjadi areal restorasi. Tabel 1.1 Perusahaan Bubur Kertas di Indonesia Perusahan Lokasi Group Kapasitas Pabrik (Ribu Ton) Kebutuhan Kayu (Ribu Ton) 1. PT Indah Kiat Pulp and Paper Riau APP 2.900 11.600 2. PT OKI pulp and Paper Palembang APP 2.600 10.400 3. PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Jambi APP 1.000 4.000 4. PT Riau Andalan Pulp & Paper Riau APRIL 2.700 10.300 5. Toba Pulp Lestari Sumut APRIL 250 1.000 6. PT Tanjungenim Lestari Pulp & Paper Palembang Marubeni 500 2.000 9.950 39.300 Sumber: Laporan Keuangan 2016 PT Indah Kiat Pulp and Paper, PT Lontar Papyrus Pulp dan Paper dan Inteview dengan perusahaan Di luar PT Kiani Kertas Nusantara dengan kapasitas 525 ribu ton yang saat ini masih tidak aktif, total kapasitas produksi bubur kertas nasional mencapai 10 juta ton dengan kebutuhan kayu sekitar 39,3 juta ton setiap tahunnya. Enam perusahaan besar bubur kertas nasional di Tabel 1.1 telah menyatakan hanya mengambil sumber bahan baku kayu terbaharukan dari HTI. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutananan kapasitas produksi hutan tanaman industri baru mencapai 29 Juta metrik di tahun 2015. Selesainya ekspansi pabrik 2,6 juta ton PT OKI di tahun 2016 telah menambah kontribusi defisit kebutuhan kayu. Terlebih lagi, konsesi HTI grup PT 8

OKI di Palembang merupakan provinsi yang terkena dampak paling berat dari kebakaran dahsyat yang terjadi di Indonesia pada tahun 2015, yang mengakibatkan 600.000 hektar terbakar dan kerusakan senilai US$ 3,9 miliar. Diperkirakan 293.000 ha dalam areal konsesi Sinar Mas/APP di Sumatera Selatan ikut terbakar pada tahun 2015, termasuk 86.000 ha pohon Akasia (26% luas areal tanam grup di provinsi tersebut). Dalam jangka menengah industri bubur kertas nasional akan mengalami defisit kayu, hal ini disebabkan oleh realisasi penanaman di industri HTI hanya 46% dalam kurun waktu 2011 sampai 2015. Kondisi ini mengancam keberlangsungan rantai pasok PT KCM dalam 5 tahun kedepan. Dua pemasok utama PT IHM dan PT AHL dalam kurun waktu 2012 sampai 2015 memasok 100% hasil produksi kayu areal HTI (jenis acacia mangium dan crasicarpa) ke PT KCM, kontribusi dari kedua perusahaan ini memenuhi 95 persen dari kebutuhan PT KCM. Namun, di tahun 2016 lebih dari 60% produksi dialihkan ke PT RAPP dan direncanakan meningkat menjadi 80% di tahun 2017. Dalam anggaran kerja tahunan PT KCM, utilisasi pabrik hanya sebesar 25% dari kapasitas optimal. Disamping kehilangan 80% pasokan dari dua pemasok utamanya, PT KCM juga kesulitan dalam mengamankan kontrak pembelian kayu dari perusahaan HTI di Kalimantan. Kekuatan PT TEL dan PT RAPP terlalu besar untuk disaingi oleh PT KCM. Kondisi ini dipersulit dengan beroperasinya PT OKI di awal tahun 2017 yang akan menambah persaingan pembelian kayu dari sumber terbaharukan di Indonesia. Bukan tidak mungkin PT KCM harus berhenti beroperasi jika PT RAPP mengalami kegagalan panen di areal konsesi mereka atau kehilangan pasokan kayu dari partner mereka di Kalimantan. 9

1.2 Rumusan Masalah Akselerasi pembangunan pabrik bubur kertas tidak diimbangi oleh realisasi penanaman sektor industri HTI menyebabkan dalam jangka pendek dan menengah terjadi defisit kayu dari sumber terbaharukan. Kondisi ini mengancam keberlangsungan usaha PT KCM, sehingga dibutuhkan strategi baru untuk bisa bertahan dalam kondisi bahan baku kayu dari industri HTI yang terbatas. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan ancaman keberlangsungan pasokan kayu terbaharukan dari Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam jangka pendek dan panjang ke PT KCM sebagai dampak dari defisit kayu yang dihadapi oleh perusahaan bubur kertas Indonesia. 2. Mengevaluasi strategi bisnis PT Kutai Chip Mill yang sekarang dan memberi rekomendasi alternatif strategi yang baru agar langkah-langkah antisipasi dapat segera diambil untuk mengamankan keberlangsungan usaha. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Membantu PT Kutai Chip Mill dalam menghadapi ancaman defisit bahan baku kayu dari sumber terbaharukan melalui rekomendasi strategi bisnis yang diajukan penulis. 2. Sebagai bahan kajian dan literatur dalam perkembangan industri serpih kayu, bubur kertas dan kertas bagi para pemangku kepentingan industri bersangkutan. 10

1.5 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan, tesis ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat akademik dan manfaat praktis. Bab II Landasan Teori. Bab ini membahas tentang teori dan konsep yang mendasari penelitian ini. Mulai dari pengertian dan arti strategi, manajemen strategi dan proses manajemen strategi, analisis lingkungan internal dan eksternal yang terdiri dari PEST dan Porter s Five Forces, dan terakhir analisis SWOT. Bab III Metode Penelitian. Bab ini membahas tentang jenis penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, dan metode analisis data. Bab IV Analisis dan Formulasi Strategi. Bab ini membahas profil perusahaan, yang mencakup sejarah dan perkembangan perusahaan, lokasi perusahaan, produk, visi, misi, dan struktur organisasi perusahaan. Bab IV mendeskrifsikan kondisi pasokan bahan baku perusahaan bubur kertas Indonesia, permintaan serpih kayu kawasan Asia Pasifik. Bab ini juga menjelaskan analisis perusahaan berdasarkan teori yang telah dikemukakan di Bab II, yaitu analisis Porter s Five Forces, analisis SWOT, matriks TOWS. Peneliti menjelaskan tentang rekomendasi atas masalah penelitian atau bahasan tentang hasil pencapaian tujuan penelitian. Bab V Kesimpulan. Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari analisis dan formulasi strategi yang telah dilakukan. 11