PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN POSISI TITIK KOORDINAT MELALUI PENERAPAN METODE STAD

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

BAB III METODE PENELITIAN. classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN MENGHITUNG OPERASI BILANGAN BULAT DENGAN METODE EKSPOSITORY BERBANTUAN MEDIA GARIS BILANGAN. Sri Eti Ermawati

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SMP PGRI PAMANUKAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I/ Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK. Sih Yuwono

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PROSIDING ISBN :

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 7 33% 2 Tidak tuntas 14 67% Jumlah % Minimum 30 Maksimum 82

Dyah Muawiyah, Budi Utami *, dan Bakti Mulyani. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams. model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD).

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQH DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DI MADRASAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data hasil penelitian yang akan di paparkan peneliti adalah data hasil

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sukabumi Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Oleh: Dewi Fatimah SDN Kayen Kabupaten Trenggalek

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Rusdel Syam, Rini Dian Anggraini, Jalinus No. HP.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 6 31 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

Transkripsi:

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Vol. 1, No. 1, September 2016 ISSN 2541-0393 (Media Online) 2541-0385 (Media Cetak) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN POSISI TITIK KOORDINAT SD Negeri Tegalglagah 01, Brebes, Jawa Tengah *Diterima Agustus 2016, disetujui Agustus 2016, dipublikasikan September 2016 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui apakah metode STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan posisi titik koordinat, (2) mengetahui apakah metode STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengambilan data menggunakan metode tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, dan dokumentasi. Alat pengambilan data yang digunakan berupa soal-soal tes dan lembar observasi. Penelitian dilakukan di SD Negeri Tegalglagah 01, Kabupaten Brebes pada semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan posisi titik koordinat, dilihat dari nilai rata-rata tes evaluasi pada kondisi awal sebesar 65 meningkat pada siklus I menjadi 71,79 dan pada siklus II menjadi 77,86. Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-ratanya sebesar 70 pada kategori cukup, pada siklus II meningkat menjadi menjadi 82,32 dengan kategori baik. Simpulan dari penelitian ini yaitu: (1) Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung bangun ruang sisi datar,(2) Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran bangun ruang sisi datar. Kata Kunci: Kemampuan; Titik Koordinat; STAD 2016 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu bentuk implementasi usaha pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Kegiatan belajar mengajar meliputi interaksi berbagai komponen yang terkait satu dengan lainnya. Komponen tersebut saling melengkapi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Apabila salah satu komponen kurang dapat berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi komponen lainnya. Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang 60

kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat rencana secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang bertujuan mencerdaskan siswa. Keberhasilan suatu pembelajaran dilihat dari keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran siswa. Namun, pada kenyataannya hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih rendah. Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam pelajaran Matematika merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum Matematika belum tercapai secara optimal. Secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan khususnya pada mata pelajaran Matematika masih memprihatinkan. Dalam hal ini salah satu kompetensi dasar yang sering dianggap sulit oleh siswa di Sekolah Dasar kelas VI adalah tentang sistem koordinat. Materi tersebut materi esensial yang cukup lama proses penanamannya. Bahkan, kalau sudah disajikan dalam soal cerita seringkali siswa mengalami kesulitan. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pelajaran khususnya mata pelajaran Matematika terus dilakukan. Upaya itu antara lain penggunaan pendekatan yang tepat. Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruh hasil belajar siswa menjadi menurun. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar Matematika kelas VI di SD Negeri Tegalglagah 01, diperoleh kesimpulan bahwa kelas VI merupakan kelas yang anggota siswanya mempunyai mayoritas nilai yang cukup rendah khususnya pada kompetensi dasar sistem koordinat. KKM Mata Pelajaran Matematika kelas VI sebesar 70 tetapi masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Matematika merupakan suatu bahan kajan yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif. Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran yang sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran Matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induksi dapat dilakukan awal kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Sistem koordinat merupakan salah satu materi yang dipelajari di kelas 6 pada semester genap. Di dalam ilmu Matematika, sistem koordinat kartesius dipergunakan untuk menentukan posisi ataupun letak dari sebuah titip pada suatu bidang datar. posisi titik tersebut ditentukan oleh dua buah garis yanng ditarik secara vertikal dan horizontal dimana titik pusatnya berada pada titik 0 (titik asal). Garis horizontal disebut sebagai sumbu X dimana X positif digambarkan mendatar ke kanan sedangkan X negatif digambar mendatar ke kiri. Sementara itu garis Vertikal disebut sebagai sumbu Y dimana Y positif digambarkan kearah atas dan Y negatif digambarkan ke arah bawah (www.rumusmatematikadasar.com). Dari hasil observasi diketahui proses pembelajaran Matematika ditemukan kelemahankelemahan sebagai berikut: 1) siswa pasif dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru pada setiap pembelajaran, 2) siswa ramai pada saat pembelajaran, 3) jenuh dan bosan pada pembelajaran yang monoton. 4) konsentrasi dan pemahaman siswa kurang, setiap pembelajaran Matematika, dan 5) kemampuan siswa dalam menentukan posisi titik koordinat masih rendah. Kelemahan-kelemahan 61

tersebut merupakan masalah dalam strategi pembelajaran kelas yang penting untuk dipecahkan. Ratarata nilai ulangan harian pada materi bangun ruang sisi datar selama tiga tahun terakhir masih belum dapat dikatakan rendah. Pada tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-ratanya sebesar 55, pada tahun pelajaran 2012/2013 nilai rata-ratanya sebesar 61,65, dan pada tahun pelajaran 2013/2014 nilai rataratanya sebesar 60. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah berkenaan dengan menentukan posisi titik koordinat adalah dengan menggunakan model atau strategi mengajar yang lain dari biasanya, contohnya yaitu melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD), dengan menggunakan model pembelajaran STAD, diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat, dan siswa mampu menyerap materi-materi yang diberikan dengan maksimal. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa, serta siswa dituntut bekerja untuk mencari konsep dalam memecahkan masalah sistem koordinat kartesius. Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi pendidik yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif (Robert E. Slavin, 1995). Dalam STAD, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat atau lima peserta didik secara heterogen. Pendidik menjelaskan materi secara singkat dan kemudian peserta didik di dalam kelompok itu memastikan bahwa anggota kelompoknya telah memahami materi tersebut. Setelah itu, semua peserta didik menjalani kuis secara individu tentang materi yang sudah dipelajari. Skor hasil kuis peserta didik dibandingkan dengan skor awal peserta didik yang kemudian akan diberikan skor sesuai dengan skor peningkatan yang telah diperoleh peserta didik. Skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok, dan kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan. Arends (1989) mengemukakan bahwa setidaknya terdapat tiga tujuan utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu: (1). peningkatan prestasi akademis, (2). hubungan sosial, dan (3). keterampilan bekerjasama dalam memecahkan permasalahan. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: 1) apakah metode STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan posisi titik koordinat?, 2) apakah metode STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: 1) mengetahui apakah metode STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan posisi titik koordinat, 2) mengetahui apakah metode STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tegalglagah 01, Kabupaten Brebes. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri Tegalglagah 01 yang berjumlah 28 siswa. Penelitian dilakukan di semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil tes tertulis siswa pada pra siklus, siklus I, dan 62

siklus II. Sedangkan teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa, dan kinerja guru pada masing-masing siklus. Data hasil tes dan hasil observasi tersebut dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil tes dan hasil observasi pra siklus, siklus I, dan siklus II. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I yaitu pembelajaran Matematika pada Kompetensi Dasar menentukan posisi titik dalam sistem koordinasi Kartesius dengan menggunakan model Student Teams Achievement Division (STAD). Hasil Siklus I meliputi hasil tes dan hasil non tes. Hasil tes yaitu tes pemahaman siswa terhadap materi dengan menggunakan model Student Teams Achievement Division (STAD). Hasil non tes meliputi hasil keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan observasi kinerja guru. Hasil penelitian siklus I akan diuraikan sebagai berikut: Perencanaan Siklus pertama diawali dengan kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan perencanaan ditandai dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran, membuat alat evaluasi siklus I berupa soal tes, menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi kinerja guru, pedoman wawancara dan menyiapkan materi diskusi. Pelaksanaan Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran siklus I dengan model Student Teams Achievement Divisio (STAD), yaitu: 1)terlebih dahulu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan indikator yang akan dicapai, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen sekitar 4-5 orang siswa. 3)guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan. 4) guru mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. 5)guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasil diskusinya dengan benar dan kelompok yang kompak pada saat kegiatan pembelajaran. 6) guru memberikan kuis yang harus dikerjakan oleh masing-masing individu. Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Tahap Awal. Guru mengawalinya dengan mengucapkan salam, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengecek kehadiran siswa, dan membentuk kelompok belajar. Tahap Inti. Pada kegiatan inti guru menyajikan materi bangun ruang sisi datar secara singkat sesuai dengan RPP yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan kepada siswa yang dimulai dengan melakukan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dibahas. Setelah selesai penyampaian materi, guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok. Bahan diskusi berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hitungan bangun ruang sisi datar, siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman sekelompok. Guru mengamati jalannya diskusi dan bertanya pada masing-masing kelompok apakah ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti. Dalam belajar kelompok masih ada beberapa peserta didik yang tidak ikut belajar kelompok. Hal ini disebabkan karena mereka merasa belum terbiasa untuk belajar kelompok dan merasa tidak cocok dengan kelompoknya. Setelah diskusi kelompok selesai, 63

guru menawarkan kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Akan tetapi belum ada yang mau untuk mempresentasikan ke depan kelas. Akhirnya guru menunjuk perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Sedangkan kelompok lain yang mau menanggapi hanya satu kelompok saja. Secara umum, belajar kelompok pada pertemuan pertama belum optimal. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru yang dibantu oleh rekan observer berkeliling dan mengamati keaktifan siswa menggunakan lembar observasi keaktifan siswa. Proses diskusi kelompok berlangsung dengan baik, namun ada beberapa kendala yaitu ada beberapa anggota kelompok yang tidak bekerjasama dengan baik karena mereka ngobrol dengan teman lainnya. Dalam hal ini peran guru sangat diperlukan untuk memberikan teguran dan pengarahan kepada siswa. Tahap Akhir. Pada akhir kegiatan, guru tidak memberikan penguatan materi dan tidak membimbing siswa untuk menyimpulkan materi, tetapi guru langsung uru memberikan kuis kepada setiap peserta didik untuk dikerjakan secara individu. Soal kuis sebanyak dua soal uraian dan guru memberikan waktu selama 25 menit untuk menyelesaikannya. Sebagian peserta didik tampak gaduh karena merasa waktu yang diberikan terlalu singkat. Pendidik meminta peserta didik untuk tenang dan segera menyelesaikan soal kuis. Pada saat mengerjakan soal kuis ke 1, masih banyak peserta didik yang berusaha mencontek temannya. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dari jumlah 28 siswa, satu orang siswa yang berkategori baik (3,57%), 24 siswa berkategori cukup (85,71%), 3 siswa (10,71%) berkategori kurang, dan tidak ada siswa yang tergolong kategori sangat kurang. Rata-rata skor aktivitas belajar siswa siklus I sebesar 70,00 dengan kategori cukup Refleksi Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus I selesai, guru melakukan refleksi untuk mengidentifikasi kekurangan maupun kelebihan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Adapun refleksi pada siklus I adalah: Keberhasilan peneliti, yaitu siswa menjadi tahu tentang pembelajaran dengan model Student Teams Achievement Division. Hambatan yang dihadapi peneliti, yaitu ketika guru membagi kelompok, siswa gaduh, siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru sedang menjelaskan materi, masih banyak siswa yang tidak aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan, Rencana perbaikan pada siklus II, yaitu guru mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa harus mengerjakan tes evaluasi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan sehingga waktu pembelajaran lebih efektif, pada pertemuan selanjutnya, guru kembali memberi penjelasan tentang model pembelajaran Student Teams Achievement Division, Guru memberi motivasi kepada siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi tersebut berupa penghargaan yang berupa tambahan nilai bagi siswa yang aktif Siklus II Perencanaan Kegiatan perencanaan pada siklus II, disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) guru mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa harus mengerjakan tes evaluasi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan sehingga waktu pembelajaran lebih efektif; 2) pada pertemuan selanjutnya, guru kembali memberi penjelasan tentang model pembelajaran Student Teams Achievement Division; 3) guru memberi motivasi 64

kepada siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi tersebut berupa penghargaan yang berupa tambahan nilai bagi siswa yang aktif. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Student Teams Achievement Division pada siklus II dilakukan berdasarkan langkah-langkah:1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan indikator yang akan dicapai dan memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2) guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen sekitar 4-5 orang siswa; 3) guru mengecek kehadiran siswa dan membagikan bahan diskusi kepada masingmasing kelompok; 4) siswa melakukan diskusi kelompok berdasarkan bahan diskusi yang telah diberikan oleh guru; 5) pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis kepada siswa sebagai bahan evaluasi; 6) guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling kompak pada saat kegiatan diskusi. Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan, pelaksanaan pembelajaran siklus II dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Tahap Awal. Guru mengecek kehadiran siswa dengan posisi siswa sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Selanjutnya guru memberikan motivasi yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan keaktifan siswa ketika proses pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan nilai tambahan kepada siswa yang berhasil mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik, dan yang berani bertanya maupun berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar. Tahap Inti. Pada kegiatan inti guru menyajikan materi konsep aljabar secara singkat sesuai dengan RPP yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan kepada siswa yang dimulai dengan melakukan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dibahas. Setelah selesai penyampaian materi, guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok. Bahan diskusi berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan permasalahan yang sudah diberikan oleh guru. Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan selesai, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru yang dibantu oleh rekan observer berkeliling dan mengamati keaktifan siswa menggunakan lembar observasi keaktifan siswa. Proses diskusi kelompok pada pertemuan pertama siklus II sudah berlangsung dengan baik daripada proses diskusi yang berlangsung pada siklus I. Tahap Akhir. Pada akhir kegiatan guru memberikan penguatan dan bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Dari hasil tes evaluasi siklus II menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi mengalami peningkatan dari siklus I. Rata-rata yang dicapai siswa pada siklus II sebesar 77,86. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa pada kompetensi dasar menentukan posisi titik dalam sistem koordinasi Kartesius dengan menerapkan model Student Teams Achievement Division. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan posisi titik dalam sistem koordinasi kartesius sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan, yaitu kemampuan siswa mengalami peningkatan sekurang-kuranngnya 75%, dan keaktifan belajar siswa meningkat sekurang-kurangnya 75%. sehingga dapat dikatakan Penelitian Tindakan Kelas selesai pada siklus II. 65

Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II dari 28 siswa, siswa yang berkategori baik sejumlah 14 siswa atau sebesar 50%, 14 siswa (50%) berkategori cukup, tidak ada siswa berkategori kurang dan tidak ada siswa yang aktivitas belajarnya sangat kurang. Rata-rata skor aktivitas belajar siswa siklus II sebesar 82,32 dengan kategori baik. Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pembelajaran siklus II, keaktifan belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung, dapat dikatakan lebih baik daripada siklus I. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, dilihat dari keaktifan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, kemampuan siswa dalam menghitung suatu permasalahan bangun ruang sisi datar juga meningkat, dilihat dari hasil tes evaluasi yang dilaksanakan di akhir siklus II sudah mmenuhi indikator ketercapaian. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas berakhir pada siklus II. Dengan dilakukannya perbaikan pembelajaran maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Hasil Tes Evaluasi Siswa Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Nilai Tertinggi 80 90 100 Nilai Terendah 50 60 60 Rata-rata 65,00 70,00 78,86 Ketuntasan klasikal (%) 46,43% 67,86% 92,86% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. 100 80 60 40 20 0 65 70 100 90 80 60 60 50 Kondisi Awal Siklus I Siklus II 78,86 Rata-rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Tes Formatif Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 dapat diketahui sebelum dilakukan tindakan (kondisi awal) nilai rata-rata kelas sebesar 65,00 setelah tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 70,00, dan kembali mengalami peningkatan pada tindakan siklus II menjadi 78,57. Persentase ketuntasan belajar pada kondisi awal sebesar 46,43% setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 67,86% dan meningkat lagi setelah tindakan siklus II menjadi 92,86%. Untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2: 66

Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Keterangan Siklus I Siklus II Rata-rata 70,00 82,68 Kategori Cukup Baik Siklus I Siklus II 70 82,68 Siklus I Siklus II Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dari tabel 2 dan gambar 2 dapat diketahui bahwa skor aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada kegiatan siklus I, skor rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 70,00 kemudian mengalami peningkatan setelah tindakan siklus II menjadi 82,68.. SIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 6 SDN Tegalglagah 01 dalam menentukan posisi titik dalam sistem koordinasi kartesius, dilihat dari hasil yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi yang dilaksanakan pada akhir siklus II., 2) Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan siswa pada saat pembelajaran Matematika yang meliputi aspek kerjasama siswa dengan teman satu kelompok, keaktifan siswa bertanya kepada teman atau guru tentang materi yang belum dipahami, siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru, siswa mampu menarik kesimpulan materi pelajaran, siswa mampu menyampaikan pendapat di depan teman-temannya, siswa mengikuti semua tahapan pembelajaran menggunakan model Student Teams Achievement Division, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai waktu yang diberikan, siswa tenang dan teratur mengikuti pelajaran, siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru, siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. DAFTAR PUSTAKA Arends. 1989. Learning to Teach. USA: Mc Graw-Hill. Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning teori, riset dan Learning to Teach. USA: Mc Graw-Hill.praktik. Bandung: Nusa Media. Suharsimi Arikunto.2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta http://www.rumusmatematikadasar.com/2014/12/pengertian-rumus-dan-sistem-koordinat-kartesius-sd-kelas- 6.html (diakses pada tanggal 15 September 016). 67