Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.)

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat. Dapat dikatakan lebih lanjut

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi atau klasifikasi ikan cupang menurut Sugandy (2001), yaitu : : Actinopterygii. : Perciformes.

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

Uji Organoleptik Ikan Mujair

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

II. TINJAUAN PUSTAKA

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB 1 PENDAHULUAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SHARIF C. SUTARDJO

LAPORAN PRAKTIKUM REPRODUKSI IKAN PENGENALAN CIRI KELAMIN SEKUNDER

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

3. METODE PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

SEKSUALITAS, NISBAH KELAMIN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT (Rasbora argyrotaenia ) DI SUNGAI KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

3. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

RIBBON SEAL (ANJING LAUT PITA) HISTRIOPHOCA FASCIATA. Di susun oleh: Nandia Putri Aulia Nida Nurhanifah

I. PENDAHULUAN. tengah dan selatan wilayah Tulang Bawang Provinsi Lampung (BPS Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR PRAKTIKUM II OSMOREGULASI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

DESKRIPSI IKAN FAMILI MUGILIDAE DI LIMA MUARA SUNGAI DI SULAWESI UTARA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

BAB I PENDAHULUAN UMUM

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

Transkripsi:

Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) Diajukan sebagai Laporan Praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan Disusun oleh : Ockynawa Asmara Putri Yolanda 160254242026 Asisten Praktikum: Fauzannadi Suryadi JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI KEPULAUAN RIAU 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya, yang mana hanya dengan kehendaknya makalah yang berjudul Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Dosen pengajar yang telah membantu kami dalam pembahasan materi ini dan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun laporan praktikum dalam bentuk makalah Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.), serta asisten praktikum dan teman-teman yang telah membantu dalam proses pelaksanaan praktikum materi tersebut di Laboratorium. Makalah ini disusun untuk memenuhi laporan hasil praktikum mata kuliah Biologi Perikanan serta membantu mengembangkan kemampuan pemahaman mengenai identifikasi pada ikan, pembelajaran seksualitas ikan dan dapat melihat seksualitas pada ikan baik secara sekunder atau primer. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa yang akan datang. Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan para pembaca. Tanjung Pinang, Maret 2018 Penyusun ii

DAFTAR ISI Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Bab I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan... 2 1.4 Manfaat... 2 Bab II Tinjauan Pustaka... 3 2.1 Biologi Perikanan... 3 2.2 Klasifikasi dan Identifikasi Ikan... 3 2.3 Seksualitas Ikan... 5 Bab III Metode... 6 3.1 Waktu dan Tempat... 6 3.2 Alat dan Bahan... 6 3.3 Prosedur Kerja... 6 Bab IV Pembahasan... 8 4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang (Betta sp.)... 8 4.2 Penghitungan Meristik dan Morfometrik pada Ikan Cupang... 9 4.3 Seksualitas Sekunder pada Ikan Cupang... 11 Bab V Penutup... 13 5.1 Kesimpulan... 13 5.2 Saran... 14 Daftar Pustaka... 15 iii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Warna Terang pada Ikan Cupang Jantan dan Kusam pada Ikan Cupang Betina... 8 Gambar 2. Tabel Taksonomi Ikan Cupang... 9 Gambar 3. Tabel Data Meristik... 9 Gambar 4. Tabel Data Morfometrik... 10 Gambar 5. Proses Penghitungan Morfometrik... 10 Gambar 6. Ciri Seksual Sekunder Ikan Cupang... 12 iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan sumberdaya alam yang jumlahnya sangat melimpah. Namun, melimpahnya sumberdaya ini tidak berarti dapat terus berlanjut tanpa adanya campur tangan manusia. Hal ini tentu saja berkaitan dengan penipisan stok ikan di perairan atau menuju kelangkaan. Keadaan tersebut dapat dikaitkan dengan waktu pemijahan ikan yang tidak semua jenis ikan akan memijah sepanjang tahun, terdapat pula yang hanya sekali memijah dalam satu tahun, dan bahkan sekali memijah dalam seumur hidupnya. Kondisi tersebut tentu membuat pembelajaran dan penelitian mengenai jenis ikan dan identifikasinya gencar dilakukan. Pengamatan seksualitas ikan secara primer juga dapat melihat tingkat kematangan gonad (TKG) ikan. Pengamatan mengenai jenis ikan, identifikasi, dan pengamatan seksualitas ikan dilakukan pada semua jenis ikan yang tidak terbatas pada ikan konsumsi saja. Hal ini tentunya sangat berguna bagi kegiatan pemeliharaan atau bahkan pembudidayaan. Ikan yang organ seksualnya mulai berkembang memiliki tandatanda luar atau seksual skunder yang dapat dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan betina (Lisna, 2013). Pengamatan seksual primer lebih mudah dalam menentukan jenis kelamin pada ikan berdasarkan gonadnya. Berbeda bila dilakukan pengamatan secara sekunder yang perlu memerhatikan banyak ciri-ciri sebelum menentukan apakah ikan tersebut berjenis kelamin betina atau jantan. Untuk beberapa jenis ikan, pengamatan seksual sekunder bisa dengan mudah dilakukan, seperti pada ikan Cupang (Betta sp.). Pada umumnya ikan Cupang jantan akan memiliki warna yang lebih kuat dan bentuk sirip yang sangat indah. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya dilakukan pengamatan dengan hasil yang telah disusun dalam makalah Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) ini sebagai laporan hasil praktikum. 1

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah makalah Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) berdasarkan latar belakang serta berdasarkan hasil praktikum mata kuliah biologi perikanan diatas sebagai berikut. 1. Apa itu biologi perikanan? 2. Bagaimana pengenalan jenis ikan dan identifikasinya dilakukan? 3. Mengapa pengenalan jenis dan identifikasi ikan khususnya ikan Cupang diperlukan? 4. Apa itu seksualitas ikan? 5. Bagaimana pembagian dalam seksualitas pada ikan? 6. Mengapa perlu mengetahui seksualitas pada ikan? 7. Bagaimana menentukan ciri seksual sekunder pada ikan khususnya ikan Cupang? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.) adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui dan mampu mengidentifikasi ikan. 2. Mengetahui ciri seksualitas pada ikan. 3. Mampu menentukan ciri seksual ikan secara primer dan sekunder. 4. Mengetahui bagian dari pengukuran meristik dan morfometrik. 5. Mampu melakukan pengamatan dan pengukuran secara meristik dan morfometrik. 1.4 Manfaat Dengan adanya praktikum pada mata kuliah biologi perikanan dan pembahasan mengenai pengenalan jenis serta identifikasinya dapat membantu dalam mengenal jenis ikan tersebut, baik secara taksonomi maupun morfologinya. Pembelajaran seksualitas pada ikan juga dapat membantu dalam menentukan jenis kelamin pada ikan. Dalam hal ini dilakukan penentuan ciri-ciri seksual sekunder. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Perikanan Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Sedangkan ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, 2009). Biologi Ikan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dari segi murni, misalnya dari segi morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, genetika, evolusi dan ekologi. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, 2009). Oleh karena itu dapat diartikan bahwa biologi perikanan merupakan ilmu yang mendasarkan diri pada biologi ikan dan ilmu-ilmu lainnya kemudian dipadu dan diterapkan untuk pemanfaatan dan pengelolaan perikanan dengan tujuan melindungi sumberdaya perikanan sehingga manusia dapat memanfaatkannya secara optimal, berkelanjutan dan selalu memperhatikan kaidah kelestariannya. Cakupan Biologi perikanan sangat luas yaitu meliputi sumberdaya ikan (biota), habitat, lingkungan, sumber daya manusia. 2.2 Klasifikasi dan Identifikasi Ikan Klasifikasi merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, classificatie, yang sendirinya berasal dari bahasa Prancis classification. Istilah ini menunjuk kepada sebuah metode untuk menyusun data secara sistematis atau menurut beberapa aturan atau kaidah yang telah ditetapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Secara harafiah bisa pula dikatakan bahwa klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelas. Menurut Ilmu Pengetahuan, Klasifikasi adalah Proses pengelompokkan benda 3

berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Taksonomi merupakan ilmu yang mempelajari teori, prinsip, prosedur dan peraturan- peraturan klasifikasi. Pada ikan terdapat ciri yang umum dalam taksonomi ikan, hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan bentuk (morfologi) kuantitatif yaitu secara morfometri dapat di ukur panjang tubuh, dan lain-lain dan ciri meristik (jumlah jari-jari sirip). Secara kualitatif yaitu berdasarkan warna dan bentuk tubuh (lebih sering dinyatakan dengan pernyataan abu-abu, putih, bentuk bulat, ramping, dan lain sebagainya seperti sistem skoring (dengan bantuan komputer). Selain itu taksonomi pada ikan dapat dilihat meliputi perilaku fisiologi, sitologi, biokimia, dan berdasarkan distribusi. Tingkatan taksonomi hewan dari yang tertinggi ke-terendah yaitu Kingdom, Phylum, Class, Order, Family, Genus, dan Species. Pada makalah ini akan dijabarkan mengenai identifikasi dan pengklasifikasian dari ikan Cupang. Identifikasi jenis-jenis ikan dilakukan melalui pengamatan data meristik dan morfometrik. Data meristik meliputi penghitungan jumlah tertentu dari bagian-bagian luar atau dalam tubuhnya seperti jumlah jari-jari sirip lemah, sirip keras, linea lateralis (gurat sisi), tulang punggung, dan lain sebagainya. Jari-jari sirip merupakan tulang-tulang kecil yang muncul mulai dari dasar sirip hingga akhir yang mendukung bukaan membran pada sirip. Percabangan jari-jari sirip ini biasanya diukur pada sirip ekor, meskipun sirip punggung maupun anal ikan cupang juga seringkali menunjukkan banyak percabangan. Pada bentuk liarnya (wild type), ikan cupang hanya mengalami satu kali percabangan (primary rays) pada jari-jari sirip ekornya. Sedangkan pada bentuk modernnya, ikan cupang kontes yang dikembangkan kesimetrisan dan rentangan sirip ekornya seringkali membutuhkan lebih dari dua kali percabangan (Kusumah, Murniasih, & Cindelaras, 2010). Sedangkan data morfometrik yaitu bentuk-bentuk luar dari bagian tubuh tertentu, seperti lebar kepala, panjang total, panjang standar (baku), lebar mata dan lain-lain. Dasar pembanding yang lainnya pada data morfometrik ialah struktur bagian dalam dari tubuh seperti bagian alat pencernaan makanan, bentuk-bentuk sel-sel tertentu dan lain sebagainya. 4

2.3 Seksualitas Ikan Seksualitas ikan merupakan tanda-tanda perbedaan jenis kelamin pada ikan berdasarkan organ reproduksi dan sifat-sifat lainnya. Penentuan jenis kelamin dapat diperoleh dari pengamatan sifat seksualitas ikan. Penentuan ciri-ciri seksual pada ikan dapat dibedakan secara primer dan sekunder. Ciri seksual primer dapat diketahui dengan melihat dari jenis kelamin gonad, baik secara pembelahan ikan atau menggunakan metode pengurutan (mengurut bagian abdomen) ikan. Sedangkan ciri seksual sekunder dapat dilihat dari ciri-ciri yang tampak secara morfologinya. Ikan yang organ seksualnya mulai berkembang memiliki tandatanda luar atau seksual skunder yang dapat dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan betina (Lisna, 2013). Menurut Effendie (1994), menjelaskan ciri seksual skunder dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu seksual skunder sementara dan seksual sekunder permanen. Seksual skunder yang bersifat sementara yang hanya muncul pada saat musim pemijahan saja. Sedangkan seksual skunder yang bersifat permanen yang munculnya sudah ada sebelum dan sesudah musim pemijahan (Lisna, 2013). 5

BAB III METODE 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum mata kuliah Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 Maret 2018, pukul 08.00 WIB. praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Basah Universitas Maritim Raja Ali Haji 3.2 Alat dan Bahan Dalam menunjang kegiatan praktikum pengenalan jenis ikan dan identifikasi serta seksualitas ikan dibutuhkan alat-alat dan bahan sebagai penunjangnya. Alat-alat yang digunakan yaitu modul praktikum, jangka sorong, milimeter book laminating, lup/kaca pembesar, nampan, tisu, wadah ikan, dan peralatan tulis (pensil, pulpen, dsb). Selain alat-alat yang telah disebutkan, diperlukan bahan berupa air dan ikan sebagai objek yang akan dipraktikumkan. Ikan yang digunakan sebagai objek adalah jenis ikan hias, yaitu ikan Cupang. Ikan Cupang tersebut juga terdiri dari satu ekor ikan Cupang berjenis kelamin jantan dan satu ekor ikan Cupang berjenis kelamin betina. 3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja selama praktikum mata kuliah Biologi Perikanan mengenai pengenalan jenis ikan, identifikasi serta seksualitas pada ikan Cupang dapat dijabarkan melalui diagram alir sebagai berikut. MULAI Menggunakan Jas Laboratorium. 6

Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan (modul praktikum,jangka sorong, milimeter book laminating, lup/kaca pembesar, nampan, tisu, wadah ikan, peralatan tulis (pensil, pulpen, dsb), air, dan ikan Cupang). Masukan air pada wadah ikan dan letakkan ikan yang pada wadah ikan yang telah disiapkan untuk pengamatan. Amati ciri seksual sekunder seperti warna, bentuk dan/atau ukuran tubuh serta bagian-bagian tubuh lainnya. Letakkan ikan diatas milimeter book yang telah dilaminating, kemudian lakukan pengukuran meristik dan morfometrik. Milimeter book tersebut dapat diletakkan diatas nampan atau tanpa nampan. Catat semua hasil pengamatan dan pengukuran pada Lembar Kerja Praktikum yang terdapat pada lembar terakhir Modul Praktikum. Dan tidak lupa untuk menggambarkan bentuk ikan Cupang yang diamati. Serahkan Lembar Kerja Praktikum yang telah diisi pada Asisten Praktikum untuk dikoreksi. Buat laporan dalam bentuk makalah berdasarkan hasil praktikum dan Lembar Kerja Praktikum. SELESAI 7

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang (Betta sp.) Ikan cupang (Betta sp.) terkenal karena sifatnya yang agresif dan kebiasaan hidupnya berkelahi dengan sesama jenis, sehingga dinamakan fighting fish atau biasa dikenal juga dengan sebutan ikan laga. Ikan Cupang memiliki warna yang beragam sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar ikan hias tentunya. Ikan cupang (Betta sp.) merupakan ikan yang memiliki banyak bentuk (Polymorphisme), seperti ekor bertipe mahkota/serit (crown tail), ekor setengah bulan/lingkaran (half moon), ekor pendek (plakat) dan ekor tipe lilin/selendang (slayer) dengan sirip panjang dan berwarna-warni (Febriansyah, 2015). Gambar 1. Warna Terang pada Ikan Cupang jantan dan Kusam Pada Ikan Cupang Betina Cupang jantan memiliki warna yang cerah dan menarik, bentuk perut ramping, serta sirip ekor dan sirip anal panjang. Sementara cupang betina berwarna kurang menarik, kusam, bentuk perut gemuk serta sirip ekor dan sirip anal pendek. Oleh karena keindahan ikan cupang jantan tersebut menyebabkan ikan Cupang jantan memiliki nilai komersial tinggi karena sangat disukai dan diburu oleh pecinta ikan hias. Penampakan warna pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktor geografi (Febriansyah, 2015). Taksonomi atau pengklasifikasian ikan Cupang dapat dilihat sebagai berikut. 8

Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Perciformes : Osphronemidae : Betta : Betta sp. Gambar 2. Tabel Taksonomi Ikan Cupang Jenis cupang atau Betta spp. di dunia tercatat sebanyak 79 jenis, dan 51 jenis berada di Indonesia (Wahyudewantoro, 2017). Selanjutnya untuk membedakan cupang jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran tubuh, warna dan sirip. Umumnya ikan jantan mempunyai sirip punggung dan sirip ekor dengan ukuran lebih panjang dibandingkan betina, ukuran tubuh jantan lebih kecil, namun lebih memanjang dibandingkan betina (Wahyudewantoro, 2017). Ikan Cupang memiliki habitat di berbagai jenis perairan tawar, seperti sungai, danau, dan rawa (Sholihati, Kusrini, & Abinawanto, 2014). 4.2 Penghitungan Meristik dan Morfometrik pada Ikan Cupang Identifikasi jenis-jenis ikan dilakukan melalui pengamatan data meristik dan morfometrik. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran selama praktikum diperoleh data sebagai berikut. Pengamatan Jantan Betina Sirip Punggung 6 Lemah 9 Lemah Sirip Dubur/Anal 11 Lemah 27 Lemah Sirip Dada 15 Lemah 28 Lemah 9

Sirip Ekor 14 Lemah 18 Lemah Sirip Perut 8 Lemah 8 Lemah Gambar 3. Tabel Data Meristik Berdasarkan data meristik di atas, tampak bahwa ikan Cupang hanya memiliki jari-jari sirip lemh. Selain itu, kedua ikan Cupang betina yang digunakan memiliki lebih banyak jumlah jari-jari sirip lemah. Hal itu bisa saja dikarenakan faktor eksternal seperti pemotongan sirip ikan Cupang jantan akibat proses pembentukan sirip yang biasa dilakukan oleh pembudidaya ikan Cupang guna menghasilkan bentuk sirip yang lebih indah. Pengamatan Jantan Betina Panjang Total 5 cm 3,93 cm Panjang Standard/baku 3,6 cm 3,17 cm Panjang Kepala 1,28 cm 0,67 cm Lebar/Tinggi Badan 1,34 cm 0,82 cm Gambar 4. Tabel Data Morfometrik Gambar 5. Proses Penghitungan Morfometrik 10

Berdasarkan data morfometrik yang dijabarkan, dapat dilihat bahwa ikan Cupang jantan yang diamati memiliki ukuran tubuh yang dominan lebih besar dan panjang. Umumnya ikan jantan mempunyai sirip punggung dan sirip ekor dengan ukuran lebih panjang dibandingkan betina, ukuran tubuh jantan lebih kecil namun lebih memanjang dibandingkan betina (Wahyudewantoro, 2017). 4.3 Seksualitas Sekunder pada Ikan Cupang Seksualitas pada ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Namun, pada pelaksanaan praktikum seksualitas ikan hanya dilakukan pengamatan seksual sekunder. Hal itu dikarenakan kurangnya waktu pengamatan dan tingkat kesulitan dalam menangani ikan Cupang bila harus dibedah. Berdasarkan hasil pengamatan ciri seksual sekunder diperoleh data sebagai berikut. Pengamatan Jantan Betina Bentuk Tengkuk Pada Kepala Mengerucut Mengerucut Permukaan Kepala Halus Licin Halus Licin Bentuk Ujung Sirip Punggung Membulat Cagak Bentuk Abdominal Pipih Pipih Bentuk Papila Genital Memanjang Bulat Jumlah Lubang Genital 2 2 Bentuk Lubang Genital Bulat Bulat Bentuk Jari Sirip Anal Memanjang Bulat Bentuk Jari Sirip Perut Memanjang Memanjang Warna Badan Biru Kemerahan Coklat Kemerahan Warna Sirip Punggung Dan Ekor Biru Kemerahan Merah 11

Garis-Garis Warna Sirip Ekor Dan Tubuh Hitam Coklat Warna Noktah - Coklat Warna Dasar Sirip Dada Dan Perut Merah Coklat Gambar 6. Ciri Seksual Sekunder Ikan Cupang 12

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Ikan cupang (Betta sp.) terkenal karena sifatnya yang agresif dan kebiasaan hidupnya berkelahi dengan sesama jenis, sehingga dinamakan fighting fish atau biasa dikenal juga dengan sebutan ikan laga. 2. Ikan Cupang jantan memiliki warna yang cerah dan menarik, bentuk perut ramping, serta sirip ekor dan sirip anal panjang. Sementara cupang betina berwarna kurang menarik, kusam, bentuk perut gemuk serta sirip ekor dan sirip anal pendek. 3. Penampakan warna pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktor geografi (Febriansyah, 2015). 4. Umumnya ikan Cupang jantan mempunyai sirip punggung dan sirip ekor dengan ukuran lebih panjang dibandingkan betina, ukuran tubuh jantan lebih kecil, namun lebih memanjang dibandingkan betina (Wahyudewantoro, 2017). 5. Ikan Cupang memiliki habitat di berbagai jenis perairan tawar, seperti sungai, danau, dan rawa (Sholihati et al., 2014). 6. Identifikasi jenis-jenis ikan dilakukan melalui pengamatan data meristik dan morfometrik. 7. Data meristik meliputi penghitungan jumlah tertentu dari bagian-bagian luar atau dalam tubuhnya seperti jumlah jari-jari sirip lemah, sirip keras, linea lateralis (gurat sisi), tulang punggung, dan lain sebagainya. 8. Jari-jari sirip merupakan tulang-tulang kecil yang muncul mulai dari dasar sirip hingga akhir yang mendukung bukaan membran pada sirip. 9. Data morfometrik yaitu bentuk-bentuk luar dari bagian tubuh tertentu, seperti lebar kepala, panjang total, panjang standar (baku), lebar mata dan lain-lain. 13

10. Seksualitas ikan merupakan tanda-tanda perbedaan jenis kelamin pada ikan berdasarkan organ reproduksi dan sifat-sifat lainnya. 11. Penentuan ciri-ciri seksual pada ikan dapat dibedakan secara primer dan sekunder. Ciri seksual primer dapat diketahui dengan melihat dari jenis kelamin gonad, baik secara pembelahan ikan atau menggunakan metode pengurutan (mengurut bagian abdomen) ikan. Sedangkan ciri seksual sekunder dapat dilihat dari ciri-ciri yang tampak secara morfologinya. 12. Ikan yang organ seksualnya mulai berkembang memiliki tanda-tanda luar atau seksual skunder yang dapat dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan betina (Lisna, 2013). 13. Ciri seksual skunder dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu seksual skunder sementara dan seksual sekunder permanen. Seksual skunder yang bersifat sementara yang hanya muncul pada saat musim pemijahan saja. Sedangkan seksual skunder yang bersifat permanen yang munculnya sudah ada sebelum dan sesudah musim pemijahan (Lisna, 2013). 5.2 Saran Pengamatan ciri seksual sekunder hendaknya memiliki garis acuan yang jelas, seperti buku panduan mengidentifikasi ciri seksual sekunder. Bila hanya dilihat berdasarkan data yang telah diperoleh, keakuratan belum mencukupi dan dapat menjadi data yang bias. Maka dari itu, sebaiknya pengamatan dan pengukuran pada praktikum tersebut dilakukan pada 2 atau 3 sampel objek pada masing-masing jenis kelamin jantan dan betina. Selain itu, waktu pengamatan yang kurang juga menjadi penghambat dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Oleh karena itu, data yang didapat dirasa kurang maksimal. 14

Daftar Pustaka Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN, Pub. L. No. 45, 92 (2009). JAKARTA. Febriansyah, M. (2015). Pengaruh Sex Reversal Menggunakan Hormon 17alfa- Metiltestosteron Terhadap Intensitas Warna Ikan Cupang (Betta sp.) Jantan XX dengan Jantan XY. Universitas Lampung. Kusumah, R. V., Murniasih, S., & Cindelaras, S. (2010). KERAGAAN GENERASI PERTAMA HASIL PERSILANGAN CUPANG ALAM ( Betta imbellis ) DENGAN CUPANG HIAS ( Betta splendens ) STRAIN SOLID MERAH HALFMOON (hal. 1273 1286). Depok: Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Lisna. (2013). SEKSUALITAS, NISBAH KELAMIN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT ( Rasbora argyrotaenia ) DI SUNGAI KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI. Universitas Jambi, Jambi. Sholihati, L., Kusrini, E., & Abinawanto. (2014). Keragaman Fenotip Ikan Cupang (Betta foerschi, Betta pallifina, dan Betta strohi) Berdasarkan Studi Morfometrik dan Meristik. Depok. Wahyudewantoro, G. (2017). Mengenal Cupang (Betta spp.) Ikan Hias Yang Gemar Bertarung, 1(1), 28 32. 15