Pengaruh Pemberian Silase Jerami Jagung dan Konsentrat Pakan Murah Terhadap Kondisi Tubuh Induk Sapi Potong di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan A. Nurhayu dan Matheus Sariubang Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan E-mail: a_nurhayu@yahoo.com Abstrak Kajian dilaksanakan di Kelompok Tani Budidaya Ternak di Kabupaten Pinrang tahun 2015. Tujuan kajian adalah perbaikan pakan pada induk sapi potong melalui pemberian silase jagung dan penambahan konsentrat pakan murah. Menggunakan induk sapi potong ( + 2,5 3 tahun) sebanyak 20 ekor dengan rata-rata bobot badan 200 kg yang dibagi dalam 4 perlakuan dengan 5 ulangan yaitu : (A) Silase Jerami jagung 30% + Rumput gajah 60% + Konsentrat 10%, (B) Silase Jerami jagung 50% + Rumput gajah 40% + Konsentrat 10%, (C) Silase Jerami jagung 70% + Rumput gajah 20% + Konsentrat 10%, (D) Silase Jerami jagung 100% + Rumput gajah 0% + Konsentrat 10%. Hasil kajian menunjukkan perlakuan B dan C pertambahan bobot badan paling tinggi sebesar 0,32 kg/ekor/hari, perlakuan D sebesar 0,30 kg/ekor/hari, dan terendah perlakuan A sebesar 0,23 kg/ekor/hari. Konsumsi pakan pada perlakuan B paling tinggi sebesar 6.36 kg/ekor/hari, kemudian berturut-turut D, C dan A masing-masing 6.19 kg/ekor/hari, 5.45 kg/ekor/hari dan 5.28 kg/ekor/hari. Konversi pakan terendah dicapai perlakuan C sebesar 17.03, kemudian berturut-turut perlakuan B, D dan A dengan nilai masing-masing 19.8; 20.6 dan 22.9. Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemberian silase jagung sampai taraf 100% ditambah dengan konsentrat pakan murah sebagai sumber protein mampu memperbaiki kondisi tubuh induk sapi potong. Kata Kunci: Induk Sapi, Kondisi, Konsentrat, Silase Pendahuluan Sulawesi Selatan termasuk daerah yang potensial di bidang pengembangan ternak sapi khususnya sapi potong. Walaupun populasi sapi di daerah ini mulai terlihat peningkatannya namun belum optimal, selain itu telah terjadi penurunan kualitas genetic sapi potong khususnya sapi Bali. Hal ini ditandai dengan semakin rendahnya berat lahir, berat dewasa kelamin dan dewasa tubuh, lambatnya pertumbuhan anak sapi serta rendahnya tingkat kelahiran (Wello, 2008). Jika ini berlangsung terus menerus, swasembada daging akan sulit terpenuhi. Salah satu faktor penyebab penurunan populasi dan rendahnya produktivitas sapi potong adalah rendahnya kinerja reproduksi sapi induk yang ditunjukkan dengan tingkat kebuntingan yang rendah. Peningkatan produktivitas sapi potong memerlukan perbaikan manajemen baik pakan maupun pemeliharaan, namun dalam usaha peternakan sapi potong rakyat masih sering muncul beberapa permasalahan, diantaranya adalah penurunan bobot hidup induk yang sangat drastis di awal laktasi dan pertumbuhan pedet yag kurang optimal akibat dari kecukupan gizi yang rendah pada induk. (Risa et al, 2010 ). Pada induk sapi kekurangan pakan berkualitas akan mempengaruhi siklus reproduksi yang dapat menyebabkan birahi tenang atau bahkan tidak birahi sama sekali serta mempengaruhi perombakan energy tubuh induk untuk menghasilkan susu bagi pedet. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan perbaikan manajemen pakan pada induk sapi, Yang menjadi kendala sekarang ini adalah penyediaan pakan hijauan. Ketersediaan bahan pakan di daerah tropic seperti di Indonesia sangat berfluktuasi dan tergantung musim. Kondisi musim hujan melimpah namun saat musim kemarau menjadi terbatas bahkan sampai kekurangan dan kualitas pakan yang mampu disediakan peternak 1220 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
adalah sangat rendah. Hal ini berdampak sistemik pada peningkatan produksi ternak. Pemanfaatan limbah (by product) pertanian merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi keterbatasan hijauan. Salah satu limbah pertanian yang ketersediaanya kontinyu sepanjang tahun dan murah harganya adalah limbah jerami jagung. Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra produksi jagung memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang ketahanan pangan nasional. Limbah jagung mencapai 495.608 t/tahun (Nappu, et al., 2010). Kualitas nutrisi yang terkandung dalam limbah tanaman jagung bervariasi tetapi tidak cukup tinggi untuk diberikan sebagai pakan tunggal. Agar pemanfaatannya sebagai pakan dapat optimal, limbah jagung perlu ditingkatkan kualitasnya dan harus disuplementasi dengan bahan pakan lain. Pemberian pakan tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Kosentrat pakan murah adalah suatu bahan pakan dengan gizi tinggi yang dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimakan untuk disatukan dan dicampur sebagai pelengkap yaitu dengan memanfaatkan bahan pakan local yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tujuan dari kegiatan adalah perbaikan pakan pada induk sapi potong melalui pemberian silase jagung dan penambahan konsentrat pakan murah untuk mendapatkan kondisi tubuh induk yang lebih baik. Metodologi Kajian dilaksanakan di kelompok tani Budidaya Ternak dusun Bonne-bone Desa Ma tongeng-tongeng Kec. Mattiro Sompe Kab. Pinrang tahun 2015. Limbah jagung berupa batang, daun dan klobot jagung disilase terlebih dahulu. Proses silase adalah limbah jagung dipotong-potong dengan ukuran sekitar 5 cm, ditambahkan dedak padi dan molasses sebanyak 4 % dari hijauan, diaduk dan dicampur secara merata, dimasukkan kedalam drum/silo dirapatkan kemudian ditutup rapat selama 21 hari. Kegiatan ini menggunakan induk sapi Bali (+ 2 2,5 tahun) sebanyak 20 ekor dengan rata-rata bobot badan 200 kg yang dibagi dalam 4 perlakuan dengan 5 ulangan yaitu : - Perlakuan A : Silase Jerami jagung 30% + Rumput gajah 60% + Konsentrat 10% - Perlakuan B : Silase Jerami jagung 50% + Rumput gajah 40% + Konsentrat 10% - Perlakuan C : Silase Jerami jagung 70% + Rumput gajah 20% + Konsentrat 10% - Perlakuan D : Silase Jerami jagung 100% + Rumput gajah 0% + Konsentrat 10% Tabel 1. Komposisi bahan pakan konsentrat pakan murah Bahan Pakan Komposisi Dedak 54 Tepung ikan 25 Bungkil kelapa 20 Garam 0,5 Mineral 0,5 Pemberian pakan dilakukan selama 4 bulan dimana setiap 1 kali sebulan dilakukan penimbangan secara berkala untuk mengetahui kenaikan bobot badan induk dan konsumsi pakan ditimbang sebelum dan sesudah pemberian pada ternak. Data yang diperoleh dianalisis dengan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1221
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil. Parameter yang dikumpulkan adalah bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi pakan Hasil dan Pembahasan Kandungan Nutrisi Pakan Jerami jagung merupakan hasil ikutan tanaman jagung dengan tingkat produksi mencapai 4-5 ton/ha. Kualitas jerami jagung sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan dengan teknologi silase yaitu proses fermentasi yang dibantu jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Teknologi silase dapat mengubah jerami jagung dari sumber pakan berkualitas rendah menjadi pakan berkualitas tinggi serta sumber energi bagi ternak. Hasil analisa silase jagung dan konsentrat pakan murah yang diberikan pada induk sapi terlihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan Induk Sapi di Kab. Pinrang, 2015. Bahan Protein Kasar Serat Kasar Lemak Kasar -------------- % ----------------- Silase jagung 9.30 25.14 1.63 Rumput Gajah 9.82 27.74 2.75 Konsentrat 18 8.48 0.57 Tabel 2 menunjukkan, kandungan protein silase jagung mencapai 9,30% dengan serat kasar 25,14% dan kadar lemar 1,63%. Seperti yang dilaporkan oleh Syamsu (2007), bahwa jerami jagung memiliki rata-rata kualitas untuk protein kasar 6,38% serat kasar 30,19%, lemak kasar 2,81%, BETN 51,69%, abu 8,94% dan kandungan total digestible nutrient 53,12%. Hasil ini menunjukkan perlakuan silase jerami jagung mampu meningkatkan kandungan protein kasar serta menurunkan serat kasar dan lemak kasar Hal ini terjadi karena proses ensilase menyebabkan peningkatan kandungan protein kasar. Pada pengamatan ph, silase memiliki ph yang cukup baik yaitu 3,9. Murni, dkk (2008) menjelaskan bahwa fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan WSC dalam menghasilkan asam laktat untuk menurunkan ph silase. Tanaman di lapangan mempunyai ph yang bervariasi antara 5 dan 6 setelah difermentasi turun menjadi 3,6 4,5. Performans Induk Sapi Potong Pertambahan bobot badan merupakan indicator untuk mengetahui laju pertumbuhan ternak khususnya untuk ternak penggemukan dan efisiensi penggunaan pakan yang disaji. Menurut Huyen et al. (2011), performans sapi selain dipengaruhi oleh bangsa, juga sangat dipengaruhi oleh manajemen pemberian pakan. Pakan yang berkualitas baik dan diberikan dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan produktivitas ternak. Pemberian pakan silase jagung ditambah pakan konsentrat adalah untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ternak. Perlakuan pakan dengan pemberian silase jagung dan konsentrat pakan murah mampu meningkatkan pertambahan bobot badan, dimana perlakuan B dan C dimana masing-masing diberi silase jagung 50% dan 70% peningkatan bobot badan hariannya mencapai yaitu 0,32 kg/ekor/hari, 1222 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
kemudian perlakuan D yang 100% diberi silase jerami jagung mencapai 0,30 kg/ekor/hari, dan pertambahan bobot badan terendah dicapai perlakuan A yang hanya diberi silase jagung 30% sebesar 0,23 kg/ekor/hari. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian silase jagung 50% sampai taraf 100% memberikan kenaikan bobot badan yang siginifikan dibanding apabila silase diberikan hanya 30%. Ini menunjukkan silase jagung mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak karena mempunyai kandungan protein tinggi dan tingkat palatabilitas ternak terhadap pakan tersebut yang tinggi akibat kualitas fermentasi (fisik dan kimia) silase yang baik dan kualitas nutrisi yang juga tergolong baik terutama kandungan zat-zat nutrisi protein. Tabel 3. Rata-rata Bobot badan dan PBBH Induk sapi di Kab. Pinrang, 2015. Parameter Perlakuan A B C D Bobot awal (kg/ekor/hari) 148.83 178.33 150 173.25 Bobot akhir 176.67 216.33 188.33 209.50 Pertambahan Bobot Badan 27.83 38.0 38,33 36.52 PBBH 0.23 a 0.32 b 0.32 b 0.30 b Peningkatatan bobot badan ternak juga tidak terlepas dari pemberian konsentrat pakan murah. Konsentrat pakan murah yang mengandung bahan berprotein tinggi seperti tepung ikan dan bungkil kelapa sangat disukai oleh ternak, sehingga kekurangan dari pakan utama relative bisa membantu kebutuhan ternak akan nutrisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Lamid et.al., (2014) bahwa konsentrat yang berkualitas, yang mengandung protein dan energi yang tinggi dimana fungsi konsentrat adalah untuk melengkapi kekurangan gizi dari pakan hijauan. Pemberian pakan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan, makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan. Kualitas pakan untuk induk sapi harus benar-benar dikontrol. Tujuannya agar pemberian pakan lebih ekonomis, ternak dapat memilih sendiri pakan yang disukainya, serta melatih otot dan menjaga kondisi tubuh (Santoso,1995). Kualitas pakan dan jumlah yang baik untuk menjaga kondisi tubuh induk sapi agar jangan terlalu gemuk atau terlalu kurus. Pertambahan bobot badan pada induk sapi yang diperoleh berkisar 0,23 kg/ekor/hari sampai 0,32 kg/ekor/hari sudah cukup baik untuk induk sapi. Karena jika induk sapi terlalu kurus akan menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi. Sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami kesulitan ketika melahirkan (Fikar, 2010). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1223
Gambar 1. Grafik Bobot Badan per periode penimbangan Pola pertumbuhan selama kajian masing-masing diilustrasi pada pada Gambar 1. Rata-rata pertambahan bobot badan semua ternak tiap bulan meningkat, pemberian silase jagung dan tambahan konsentrat mampu memberikan kenaikan pertambahan bobot badan. Perlakuan B, C dan D yang diberi masing-masing silase jagung 50%, 70% dan 100% peningkatan grafiknya lebih signifikan dibanding perlakuan A yang diberi silase 30%. Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi (Rosida, 2006). Konsumsi pakan merupakan faktor esensial untuk mengetahui kebutuhan pokok dan produksi. Tingkat konsumsi dapat mengambarkan palatabiltas. Mariam (2004) menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat oleh ternak. Tabel 4. Konsumsi dan Koversi induk Sapi di Kab. Pinrang, 2015. Konsumsi bahan kering (kg/ekor.hari) Treatment A B C D - Silase jagung 1.17 2.84 3.65 5.51 Rumput gajah 3.52 2.84 1.22 0 - Konsentrat 0.59 0.68 0.58 0.67 Jumlah 5.28 6.36 5.45 6.18 PBBH (kg/ekor/hari) 0.23 0.32 0.32 0.30 Konversi 22.9 19.8 17.03 20.6 Tabel 4 menunjukkan, rata-rata konsumsi pakan pada perlakuan B paling tinggi sebesar 6.36 kg/ekor/hari, kemudian berturut-turut D, C dan A masing-masing 6.18 kg/ekor/hari, 5.45 kg/ekor/hari dan 5.28 kg/ekor/hari. Induk sapi yang diberi pakan silase jagung ditambah konsentrat pakan murah memiliki tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan lebih baik. Yudith, (2010) melaporkan bahwa, salah satu faktor tingkat konsumsi pakan antara lain: 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. 1224 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Jumlah pakan (bahan kering) yang dikonsumsi dibagi dengan PBH per satuan waktu akan menghasilkan konversi pakan. Nilai ini akan semakin efisien jika jumlah pakan yang dikonsumsi lebih sedikit, tetapi menghasilkan PBBH yang lebih tinggi atau sama. Pakan yang berkualitas baik akan menghasilkan PBB yang lebih tinggi. Nilai konversi pakan terendah dari ketiga perlakuan dicapai oleh perlakuan C sebesar 17.03, kemudian berturut-turut perlakuan B, D dan A dengan nilai masing-masing 19.8; 20.6 dan 22.9. Nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan kualitas nilai gizi pakan tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Widianto, et.al (2011) bahwa semakin tinggi nilai konversi pakan, berarti semakin buruk kualitas nilai gizi dari pakan tersebut. Jumlah konsumsi pakan yang sama pada tingkat pertambahan bobot badan yang semakin besar sudah tentu akan menghasilkan nilai konversi pakan yang semakin kecil. Nilai konversi hasil penelitian sedikit lebih tinggi dengan pendapat Siregar (2008), yang menyatakan bahwa konversi pakan untuk sapi yang baik adalah 8,56-13,29. Konversi pakan dipengaruhi oleh kesediaan nutrien dalam ransum dan kesehatan ternak. Ternak pada perlakuan C lebih efisien dalam penggunaan pakan dibanding dengan ternak pada perlakuan B, D dan A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemberian silase jerami jagung 50% sampai taraf 100% ditambah dengan konsentrat pakan murah sebagai sumber protein mampu memperbaiki kondisi tubuh induk sapi potong sebesar 0,32 kg/ekor/hari. Daftar Pustaka Fikar, S and Ruhyadi, D. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta. Huyen, L.T.T., P. Herold, A. Markemann dan A.V. Zarate. 2011. Resource use, cattle performance and output patterns on different farm types in a mountainous province of Northern Vietnam. Anim. Prod. Sci. 51:650-661 Lamid, M., T. Nurhayati dan R.S. Wahjuni. Potensi Konsentrat Plus untuk Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Ternak Harapan Mulya dan Kelompok tani Ternak Jaya Mulia di Kabupaten Madura. J Agroveteriner 3(1) : 1 2. Mariam, T. 2004. Perbedan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Efisiensi Pakan Antara Sapi Jantan PO Dengan Fries Holand Dalam Kondisi Peternakan Rakyat. [Skripsi]. [Bandung (Indonesia)]: Padjajaran University. Murni, R., Suparjo, Akmal, and B.L. Ginting. 2008. Metode Pengolahan Limbah Untuk Pakan Ternak. Jambi University. Jambi. Nappu, M.B., P. Tandisau., M. Thamrin. N. Razak., M. Musyafir., A. Ahmad., S. Saud. 2010. Survai Dan Observasi Potensi Limbah Pertanian Di Sulawesi Selatan. Kerjasama BPTP Sulsel dan PT. Semen Tonasa. Laporan. Makassar Risa, A., U. Umiyasih dan J. Efendy. 2010. Perbaikan Pakan pada Induk Awal Laktasi, Pengaruhnya Terhadap Performa Reproduksi dan Pertumbuhan Pedet Prasapih. Prosiding Seminar National Teknologi Peternakan dan Veteriner Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Bogor. 7-8 October 2010. P.224 228. Rosida, I. 2006. Analisis Potensi Sumber Daya Peternakan Kabupaten Tasikmalaya Sebagai Wilayah Pengem Pengembangan Sapi Potong. [Skripsi]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor. Santoso, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1225
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Jakarta. Swadaya Publishing. Syamsu, J. A. 2007. Karakteristik pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai pakan ternak ruminansia pada peternakan rakyat di Sulawesi Selatan. [Internet]. [Unduh 29 July 2008]. Available from: jasmal.blogspot.com. Yudith Taringan A., 2010. Pemamfaatan Pelepah sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Skripsi. Medan, Universitas Sumatra Utara. Widianto, B, H. S. Prayogi and Nuryadi. 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Itik. J Animal Sci 25 (2) : 28 3 1226 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian