BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah

V. KESIMPULAN DAN SARAN

MENGGALI MODAL SOSIAL UNTUK MERAIH DAYA SAING GLOBAL

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi memaksa setiap orang dan organisasi untuk segera melakukan

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

Policy Paper PENINGKATAN DAYA-SAING INDONESIA. Oleh Herry Darwanto

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpisah, tetapi kedua lembaga tersebut menggunakan variabel yang hampir sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

Michael Porter (1990, dalam PPSK-BI dan LP3E FE UNPAD 2008) input yang dicapai oleh perusahaan. Akan tetapi, baik Bank Dunia, Porter, serta

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

DAYA SAING DALAM MENGHADAP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterapkan pada level nasional adalah produktivitas yang didefinisikannya

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA (MENGHADAPI ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

Sektor Riil. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN dan SARAN. dan Korelasi Pearson, Indikator Industri Unggulan SLQ-DLQ dan SSLQ-DSLQ

BAB I PENDAHULUAN. faktor penyebab kemiskinan yang paling penting menurut World Bank (2004)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai pengembangan dan aplikasi konsep daya saing di tingkat perusahaan. Selanjutnya konsep tersebut dikembangkan untuk tingkat negara sebagai daya saing global, khususnya melalui lemabaga World Economic Forum (Global competitiveness Report). Indeks daya saing global ini telah menjadi ukuran dan referensi dari kinerja ekonomi dan iklim investasi suatu negara. World Economic Forum (WEF) mempublikasikan daya saing untuk level negara yang bertajuk Global Competitiveness Index sejak tahun 1979.GCI (Global Competitiveness Index) merupakan ukuran daya saing setiap negara dengan menggunakan 126 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar yaitu kelembagaan, infrastruktur, lingkungan makro ekonomi, pendidikan dasar dan kesehatan, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi. Indonesia termasuk dalam 144 negara yang telah diukur daya saingnya oleh World Economy Forum untuk edisi tahun 2014-2015. Lima besar dunia ditempati berturut-turut yaitu Swiss, Singapura, Amerika Serikat, Finlandia, dan Jerman. Setelah tiga tahun sebelumnya mengalami penurunan peringkat, Indonesia menempati peringkat ke 34 pada edisi 2014-2015, atau naik empat peringkat 1

dibandingkan edisi sebelumnya. Indonesia (peringkat 34) digolongkan dalam negara-negara yang baru sampai tahap ketiga dari 5 tahap pengembangan daya saing, yaitu: efficiency driven bersama 29 negara lainnya. Lima pilar yang menempati peringkat tertinggi untuk Indonesia yaitu ukuran pasar (peringkat ke 15), inovasi (31), lingkungan makroekonomi (34), kecanggihan bisnis (34), dan pengembangan pasar keuangan. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dinilai memiliki daya saing yang baik untuk aspek ekonomi. Lima pilar dengan peringkat yang terendah yaitu efisiensi pasar tenaga kerja (110), kesiapan teknologi (77), pendidikan dasar dan kesehatan (74), infrastruktur (56), dan kelembagaan (53). Meskipun demikian, Indonesia dianggap masih kalah bersaing dengan negara-negara kawasan Asia Pasifik Lainnya. Dimana untuk wilayah Asia Pasifik, Indonesia tetap berada dibawah ; Singapura (2), Jepang (6), Hong Kong (7), Taiwan (14), Selandia baru (17), Malaysia (20), Australia (22), Korea Selatan (26), Tiongkok (38), Thailand (31). Dan hanya unggul dari dua negara Asia Tenggara yakni Filipina (52), Vietnam (68). Sementara tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi ini mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan, dimana semakin tingginya tingkat persaingan antar negara ini, tidak hanya akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah terlebih lagi setelah era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. 2

Otonomi daerah merupakan konsep penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya (daerahnya) sendiri. Penerapan otonomi daerah dan kebijakan fiskal tersebut telah memacu satu kegairahan baru masing-masing daerah untuk meningkatkan perekonomian daerah yang bersangkutan.dengan adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, setiap daerah memiliki kesempatan yang besar untukmeningkatkan kemakmuran masyarakatnya melalui inovasi, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta menciptakan tata kelola ekonomi daerah yanglebih kompetitif dan berdaya saing tinggi. Daya saing daerah yang baik dengan sendirinya akan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan perekonomian negaranya. Penelitian yang dilakukan oleh PPSK BA dan FE UNPAD pada tahun 2001 pada dasarnya ditujukan untuk membantu daerah-daerah di Indonesia di dalam mengidentifikasi potensi dan prospek ekonomi daerah yang dapat dijadikan sabagai ukuran daya saing. Berdasarkan hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD (2008) dalam neraca daya saing daerah, Kota Sibolga berada di peringkat 131 secara keseluruhan dalam daya saing daerah dari 434 neraca daya saing daerah. Peringkat ini masih jauh di bawah kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara seperti Kabupaten Asahan yang berada di peringkat 73,Kabupaten Deli Serdang di peringkat 95, Kota Medan di peringkat 23, Kota Pematang Siantar di peringkat 117. Namun peringkat Kota Sibolga ini masih lebih tinggi dibandingkan tingkat daya saing dari Kabuten/Kota terdekat seperti Kabupaten 3

Tapanuli Utara berada diperingkat 275, Kabupaten Tapanuli Tengah diepringkat 352, Kabupaten Tapanuli Selatan diperingkat 205 dan Kota Padang Sidempuan di peringkat 259. Berdasarkan input perekonomian daerah, Kota Sibolga berada di peringkat 177. Berdasarkan infrastruktur SDA dan lingkungan Kota Sibolga berada di peringkat 263, dari SDM dan Ketenagakerjaan berada di peringkat 144. Sedangkan berdasarkan output tingkat kesempatan kerja Kota Sibolga berada di peringkat 430. Ini mengindikasikan bahwa masih tingginya tingkat pengangguran di Kota Sibolga. Publikasi Statistik Kota Sibolga tahun 2014 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Sibolga tahun 2013 ada sebanyak 19,21 %, hal ini tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2013 di Kota Sibolga. Sumber Daya Manusia (SMD) merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Kualitas Sumber Daya Manusia sangat dibutuhkan dalam mengelola potensi daerahnya. SDM itu sendiri diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, buta huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014, menyebutkan bahwa nilai IPM Kota Sibolga pada tahun 2013, memiliki nilai sebesar 76,19 dan secara umum IPM Kota Sibolga pada 2010-2013 terus meningkat walaupun masih dalam status IPM yang sama yaitu Menengah Atas. Angka IPM Kota Sibolga ini berarti pembangunan manusia masih harus lebih ditingkatkan agar produktivitas masyarakat semakin meningkat dan bermanfaat 4

bagi modal pembangunan Kota Sibolga dan bukan menjadi beban pembangunan. IPM Kota Sibolga ini sendiri masih berada dibawah Kota Pematang Siantar (78,62), Kota Medan (78,62), Kota Tebing Tinggi (77,96) Kota Binjai (77,79), Kabupaten Tobasa (77,49), Kabupaten Deli Serdang (76,82), Kabupaten Karo (76,76), dan Kota Padang Sidimpuan (76,31). Untuk lebih siap berdaya saing, Kota Sibolga harus meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) agar menghasilkan SDM yang lebih berkualitas, produktif, dan unggul sehingga mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya. Sibolga dengan penduduk yang majemuk sesuai dengan slogannya Negeri Berbilang Kaum sangatlah kaya akan sosial dan budayanya. Menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan perekonomian kota Sibolga adalah kondisi geografis kota Sibolga yang luasnya wilayahnya hanya kira-kira 10 km2 menjadikan kota Sibolga sulit dikembangkan untuk sektor perindustrian. Persaingan antar daerah yang semakin ketat, membuat pemerintah daerah tak terkecuali Kota Sibolga dituntut untuk lebih menyiapkan daerahnya sebaik mungkin agar dapat menarik investasi ke Kota Sibolga. Dengan demikian untuk meningkatkan daya saing ekonomi daerah perlu dikembangkan sentra-sentra ekonomi daerah. Serta kesiapan pemerintah daerah secara sungguh-sungguh dalam menata pengembangan kelembagaan, membuat kebijakan pemerintah daerah yang lebih strategis, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), reformasi birokrasi, hingga pemberdayaan ekonomi daerah secara menyeluruh merupakan kunci dalam pembangunan ekonomi daerah yang kompetitif dan 5

memiliki daya saing yang tinggi. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengangkat penelitian ini berjudul Analisis Daya Saing Kota Sibolga. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu daya saing ekonomi kota Sibolga tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor penentu daya saing ekonomi Kota Sibolga tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, sebagai salah satu media latihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sesuai disiplin ilmu yang dipelajari. 2. Bagi para pengambil kebijakan, sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan. 3. Bagi masyarakat Umum dan mahasiswa/i, sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i untuk melakukan penelitian selanjutnya. 6