BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode telah terjadi 850

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedang diproduksi di Indonesia merupakan lapangan panas bumi bersuhu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan material. DAS kodil bagian tengah terdiri dari Kecamatan Bener,

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

METODE. Waktu dan Tempat

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. pada morfologi punggungan hingga perbukitan di wilayah timur dari

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... iii. INTISARI... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

Metode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian...

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Alat dan Bahan Alat Penelitian Kegiatan Survey Lapangan Uji Tekstur Tanah...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SPASIAL RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Paharuddin, M.Si 1, Dr. Muh. Alimuddin Hamzah, M.Eng 1, Rezky Shakiah Putri 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO. Aji Bangkit Subekti

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

dalam ilmu Geographic Information (Geomatics) menjadi dua teknologi yang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

TOMI YOGO WASISSO E

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2. 1 Pembagian Profil Melintang Sungai Gambar 2. 2 Diagram Kerangka Pemikiran BAB III

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode 2011-2015 telah terjadi 850 kejadian bencana tanah longsor di Indonesia (BNPB, 2015). Menurut Sartohadi (2008), jumlah kejadian bencana tanah longsor tertinggi di Indonesia terjadi pada wilayah yang memiliki topografi yang curam dan memiliki curah hujan 2000 mm/tahun. Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor. Selama periode 1990-2005 bencana tanah longsor yang terjadi di Jawa menyebabkan beberapa kerugian diantaranya 1.112 Jiwa meninggal, 8.682 rumah mengalami kerusakan, dan kerugian ekonomi mencapai 18.040.450 $ (Hadmoko, et al., 2010). Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor. Menurut Marfai, et al. (2007) telah terjadi 57 kejadian bencana tanah longsor di Provinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2000-2007. DAS Bompon terletak di dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Salaman dan Kajoran, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1.2). DAS Bompon memiliki kerawanan tinggi terjadi bencana tanah longsor. DAS Bompon merupakan area perbukitan dengan kondisi kelerengan yang bervariasi. Pada tahun 2011, telah terjadi 12 kali bencana longsor di Dusun Kalisari, Dusun Tubansari, dan Dusun Sabrang yang merupakan bagian dari DAS Bompon. Elemen risiko longsor di DAS Bompon yang pernah terjadi berupa rumah, kerusakan jalan dan lahan pertanian (Gambar 1.1). Tanah longsor yang terjadi di DAS Bompon menyebabkan kerugian ekonomi mencapai Rp. 4.500.000,00-Rp.32.000.000,00 dan 67 warga melalukan pengungsian (BPBD, 2011). Dampak kerugian ekonomi dan jumlah pengungsi yang masih tergolong tinggi membuktikan bahwa upaya mitigasi bencana di DAS Bompon belum optimal. Salah satu upaya mitigasi bencana tanah longsor di DAS Bompon yaitu melakukan analisis kerawanan 1

2 longsor yang diperoleh berdasarkan longsor aktual hasil interpretasi foto udara format kecil dan didukung dengan survei lapangan sebagai uji akurasi. Gambar 1.1: Longsor yang Merusak Pemukiman warga dan Lahan Pertanian di Dusun Kalisari, Bagian Hilir DAS Bompon. (Sumber: Dokumentasi Desa, 2012) Identifikasi longsor aktual hasil interpretasi foto udara format kecil untuk kerawanan longsor diharapkan dapat memberikan geo informasi detil kepada masyarakat dan menghasilkan metode interpretasi untuk identifikasi longsor. Hasil analisis juga dapat digunakan sebagai pertimbangan arahan mitigasi kerawanan longsor untuk mengurangi risiko longsor. 1.2 Rumusan Masalah Fokus penelitian ini yaitu membangun metode identifikasi longsor berbasis foto udara format kecil dan analisis pemetaan kerawanan longsor. Hasil penelitian berupa metode metode identifikasi longsor berbasis foto udara format kecil dan peta kerawanan longsor hasil interpretasi foto udara format kecil dan analisis geomorfometri DEM TerraSAR. Hasil penelitian menggunakan skala 1:10.000, sehingga informasi yang dihasilkan merupakan informasi yang detil. Hasil lain dari penelitian yaitu sebagai bahan pertimbangan prioritas konservasi dan mitigasi untuk pengurangan risiko longsor di DAS Bompon. DAS Bompon memiliki morfologi berupa perbukitan. DAS Bompon memiliki ketebalan tanah lebih dari 4 meter, rendah bahan organik, material penyusun dasar dan permukaan berupa klei dan terdapat material alterasi hasil dari proses intrusi. Kenampakan fisik DAS Bompon dipengaruhi oleh aktifitas manusia berupa pembukaan lahan pertanian kebun campuran dan tanaman

3 musiman di lereng-lereng yang memiliki perbedaan kemiringan. Aktifitas manusia lain yang mempengaruhi kenampakan fisik DAS Bompon berupa pemotongan lereng yang digunakan untuk jalan dan rumah. Aktifitas manusia berupa pembukaan lahan pertanian dan pemotongan lereng menyebabkan lereng tidak stabil. Aktifitas manusia mempengaruhi intensitas terjadinya tanah longsor. Analisis kerawanan longsor dapat dilakukan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi longsor. Permasalahan yang sering muncul dalam pembuatan peta kerawanan longsor adalah cara menghasilkan peta kerawanan yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Sejauh ini, peta kerawanan yang dibuat oleh institusi pemerintah di Indonesia menggunakan metode heuristic dengan teknik tumpang susun (overlay) peta tematik pemicu longsor. Misalnya, petunjuk teknis penyusunan data spasial lahan kritis kementerian kehutanan. Kelemahan menggunakan metode heuristic adalah adanya unsur subjektivitas yang tinggi dalam menentukan bobot dan skor parameter longsor (Wahono, 2010). Peta kerawanan longsor dibuat menggunakan data spasial berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000. Berdasarkan pencapaian penelitian, peta kerawanan longsor sebagian besar menggunakan skala kecil hingga menengah, sehingga geo informasi kerawanan longsor yang disajikan kurang memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Berdasarkan pencapaian penelitian, identifikasi longsor aktual yang digunakan untuk pembuatan kerawanan longsor menggunakan metode survei dan pengukuran lapangan. Penginderaan jauh sebagai ilmu yang mempelajari kenampakan permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek belum banyak dilakukan untuk kajian kerawanan longsor. Manurut Carara et al., (1995) data penginderaan jauh merupakan data yang dapat dimanfaatkan untuk identifikasi longsor dan analisis kerawanan longsor. Penggunaan data penginderaan jauh untuk inventori longsor merupakan metode yang efektif, namun belum banyak dilakukan. Menurut Nichol et al., (2006), Fiorucci et al., (2011), Van Westen (1996), Li, et al.,

4 (2013) longsor dapat diidentifikasi melalui foto udara. Identifikasi longsor melalui interpretasi foto udara dapat dilakukan secara heuristik, yaitu berdasarkan pengalaman interpreter. Menurut Panizza (1996) kejadian sekarang dan masa lalu adalah kunci untuk masa depan, sehingga identifikasi longsor yang diperoleh dari interpretasi foto udara dapat dijadikan sebagai acuan dalam penentuan kerawanan longsor yang akan datang. Identifikasi longsor berdasarkan interpretasi foto udara format kecil menggunakan sembilan unsur interpretasi. Identifikasi longsor tidak hanya diperoleh secara kualitatif dari interpretasi foto udara. Hasil identifikasi longsor harus dilakukan uji akurasi berdasarkan survei lapangan. DEM sebagai data penginderaan jauh dapat digunakan sebagai data pendukung untuk pemahaman proses identifikasi longsor berdasarkan interpretasi foto udara format kecil (Telford, 2000; Martha et al., 2009; Dalrymple et al., 1968; Strohzi, et al., 2013; Carara, et al., 1995). Pencapaian penelitian mengenai identifikasi longsor berdasarkan foto udara format kecil belum banyak dilakukan. Beberapa pencapaian penelitian penggunaan data penginderaan jauh untuk identifikasi longsor skala detil. Nichol et al., (2006) menggunakan kombinasi foto udara dengan citra satelit untuk mendeteksi longsor secara detil. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Fiorucci et al., (2011) dan Strozzi et al., (2013). Berdasarkan penelitian Fiorucci et al., (2011) dan Strozzi et al., (2013), data penginderaan jauh dapat digunakan sebagai pengindentifikasian longsor dan data inventori longsor. Berdasarkan penelitian Van Westen (1996), foto udara format kecil dapat digunakan sebagai identifikasi longsor. Pencapaian penelitian belum menjelaskan kunci interpretasi untuk identifikasi keaktifan, tipologi longsor, belum menjelaskan secara detil dan sistematis metode interpretasi yang digunakan. Membangun metode identifikasi longsor berbasis foto udara format kecil merupakan salah satu pengembangan penggunaan data penginderaan jauh untuk identifikasi longsor dan analisis kerawanan longsor. Berdasarkan fokus penelitian dan pencapaian

5 penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yang tersaji pada Tabel 1.1: Tabel 1.1: Pertanyaan Penelitian No Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian 1. Menyusun metode identifikasi longsor berbasis foto udara format kecil skala 1:10.000 2. Pemetaan Kerawanan Longsor Berbasis Hasil Interpertasi Foto Udara Format Kecil dan Berbasis Analisis Geomorfometri DEM TerraSAR 1. Seperti apa metode identifikasi longsor berbasis foto udara format kecil skala 1:10.000? 1. Dimana sebaran spasial longsor berdasarkan tipe dan keaktifan longsor dari hasil interpretasi foto udara format kecil? 2. Apa saja parameter yang digunakan untuk mengkonstruksi peta kerawanan longsor? 3. Dimanakah wilayah DAS Bompon yang memiliki kerawanan tinggi, sedang dan rendah?

Gambar 1.2: Lokasi Penelitian 6

7 1.3 Batasan Istilah Longsor adalah merupakan proses transportasi atau pergerakan sebagian massa penyusun lereng yang kemudian diikuti oleh proses pengendapan material (Karnawati dalam Azikin, 2013) Kerawanan Longsor adalah kemudahan wilayah terjadi longsor yang pada umumnya direpresentasikan dengan menggunakan peta (Spiker dan Gori, 2000). Interpretasi adalah proses pengkajian objek pada foto udara atau citra menggunakan sembilan unsur interpretasi (Sutanto, 1986). Material Permukaan adalah material yang terbentuk akibat proses perpindahan material permukaan seperti erosi dan longsor. Material Dasar adalah material yang relatif stabil dan tidak dipengaruhi oleh proses perpindahan material permukaan seperti erosi dan longsor. Intrusi adalah proses menerobosnya magma yang tidak sampai di permukaan. Alterasi adalah material hasil pelapukan batuan akibat pengaruh penerobosan magma sampai di lapisan akuifer, sehingga mempengaruhi proses pelapukan batuan. Topographic Position Index (TPI) adalah salah satu turunan dari DEM yang merepresentasikan posisi morfologi lereng (Weiss, 2001). Plan Curvature adalah salah satu turunan dari DEM yang merepresentasikan kecembungan, kedataran, dan kecekungan morfologi lahan yang mempengaruhi mengumpul dan menyebarnya aliran air (Samodra, 2014; Reneau dan Dietrich, 1987; Gregory, 2007). Profil Curvature adalah salah satu turunan dari DEM yang merepresentasikan kecembungan, kedataran, dan kecekungan morfologi lahan yang mempengaruhi kecepatan dan keterlambatan aliran air (Samodra, 2014; Blaga, 2012; Alkhasawneh, et al., 2013). Bentuk Lereng adalah merupakan nilai rata-rata kecembungan, kedataran dan kecekungan morfologi lahan (Shary, et al., 2002; Olaya, 2009).

8 Compound Topographic Index (CTI) adalah salah satu peta turunan DEM yang dapat merepresentasi kecepatan aliran air dan identifikasi keberadaan erosi parit (Mom, et al. 2013). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan baru bagi para akademisi yang mendalami longsor. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi secara detil wilayah yang mengalami longsor dan wilayah yang rawan terjadi longsor. Penelitian ini menghasilkan metode interpretasi foto udara format kecil untuk identifikasi longsor dan sebaran spasial kerawanan longsor. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi kepada pemerintah sebagai acuan penentuan prioritas konservasi lahan di DAS Bompon. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat DAS Bompon mengenai informasi kerawanan longsor. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan tata ruang yang sesuai dan dapat meminimalisir risiko bencana tanah longsor.

9 1.5 Batasan Penelitian Penelitian mengenai Membangun Metode Identifikasi Longsor Berbasis Foto Udara Format Kecil Di DAS Bompon, Magelang, Jawa Tengah memiliki beberapa batasan penelitian: 1. Penelitian ini dilakukan menggunakan foto udara format kecil dengan kualitas yang kurang bagus. Penelitian dilakukan dengan harapan dapat dijadikan contoh bahwa identifikasi longsor dapat dilakukan menggunakan foto udara format kecil. Jika terdapat foto udara format kecil memiliki kualitas yang bagus maka akan memberikan hasil yang lebih baik, termasuk dalam pembuatan DSM dan DTM. 2. Teori-teori yang disusun untuk melandasi penelitian ini merupakan teori yang masih umum dalam membahas pemanfaatan foto udara format kecil 2D untuk identifikasi longsor. 3. Penelitian ini mencakup 2 hal, yaitu: - Pemanfaatan foto udara format kecil untuk identifikasi longsor yang menghasilkan metode-metode untuk identifikasi longsor. - Penilaian kerawanan sebagai salah satu bentuk pemanfaatan informasi longsor dengan mengkombinasikan informasi hasil interpretasi foto udara format kecil dan citra Terra SAR. 4. Penulis menyadari terdapat perbedaan resolusi foto udara format kecil dengan citra Terra SAR, sehingga semestinya menjadi pembahasan tersendiri, namun tidak dilakukan karena foto udara format kecil yang digunakan tidak dapat digunakan untuk membangun DTM.