Effect of extracted seaweed with ice, Caulerpa racemosa, in different concentrations of the quality of scad fish (Decapterus sp.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAWETAN IKAN LAYANG

KAJIAN MUTU IKAN TUNA (Thunnus albacares) SEGAR DI PASAR BERSEHATI KELURAHAN CALACA MANADO

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

MUTU IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L) ASAP YANG DIRENDAM DENGAN LARUTAN KULIT BUAH MANGGIS (Gracinia mangostana Linn).

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

Bab III Bahan dan Metode

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR

III. METODOLOGI PENELITIAN

Umur Simpan Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Duri Lunak Dengan Pengemasan Vakum Dan Non Vakum Pada Penyimpanan Suhu Ruang

STUDI LAMA PENGERINGAN IKAN SELAR (Selaroides sp) ASIN DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR DAN NILAI ORGANOLEPTIK

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

STUDI PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) ASIN KERING DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Salami Daging Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak

Salmonella occurrence and myoglobin (mb) in frozen smoked tuna

MATERI DAN METODE PENELITIAN

KADAR AIR DAN TOTAL BAKTERI PADA IKAN ROA (Hemirhampus sp) ASAP DENGAN METODE PENCUCIAN BAHAN BAKU BERBEDA

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

BAB III METODE PENELITIAN

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KADAR HISTAMIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) ASAP YANG DIAWET DENGAN ASAM ASETAT. Verly DotuLong 1 ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) SELAMA PENYIMPANAN DINGIN BERDASARKAN UJI HISTAMIN dan ph

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

PRODUK OLAHAN PANGAN TURUNANNYA DALAM RANGKA PENGUATAN KETAHANAN PANGAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

KAJIAN MUTU KIMIAWI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L.) ASAP (FUFU) SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG DAN SUHU DINGIN

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

Verly Dotulong 1 ABSTRACT

Shelf-Life of Cryptopterus Catfish (Cryptopterus sp) Treated with Cumin (Coleus amboinicus) and Stored at Refrigerated Temperature (5 0 C) By:

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

KOMBINASI KITOSAN DENGAN KALIUM SORBAT, NATRIUM BENZOAT DAN EKSTRAK TERUNG PUNGO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENGERINGAN IKAN LAYANG (Decapterus sp) ASIN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING SURYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dipasar sentral Kota Gorontalo dimana untuk

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

PENGARUH TEPUNG JAHE TERHADAP MUTU KAN JAMBAL SIAM SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN. Oleh. N Irasari dan Edi Kurniawan ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang total koloni bakteri, nilai ph dan kadar air daging sapi di

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

STUDI MUTU PRODUK IKAN JAPUH (Dussumieria acuta C.V.) ASAP KERING INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA TUMPAAN BARU, KECAMATAN TUMPAAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

MUTU IKA KAKAP MERAH YA G DIOLAH DE GA PERBEDAA KO SE TRASI LARUTA GARAM DA LAMA PE GERI GA

MUTU ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGIS IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp.) SEGAR DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN LENGKUAS MERAH (Alpinia Purpurata K.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada tepung adalah kapang, khamir, dan bakteri. Bakteri yang biasa

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ongole) berumur 1,5-2 tahun bagian paha yaitu silver side sebanyak 2

Transkripsi:

Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2, 149-153 (Oktober 2013) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00036 Effect of extracted seaweed with ice, Caulerpa racemosa, in different concentrations of the quality of scad fish (Decapterus sp.) Pengaruh penggunaan es ekstrak rumput laut, Caulerpa racemosa, dalam konsentrasi berbeda terhadap mutu ikan layang (Decapterus sp.) Saul A. Serpara 1 *, I K. Suwetja 2, S. Berhimpon 2, and Roike I. Montolalu 2 1 Program Magister Ilmu Perairan, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Jl. Kampus Unsrat Kleak, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia. 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia. * E-mail: sserpara@ymail.com Abstract: This research aims to determine the effect of Caulerpa racemosa seaweed extract-ice to the quality of scad fish (Decapterus spp.). The quality was measured by Total Volatile Bases (TVB-N), ph, and Total Plate Count (TPC), using 2 (two) treatments: seaweed extract concentration ( 75%, 50%, 25%, and 0%) and storage time (0, 5, 10, 15, and 20 days). The results showed that the TVB-N values ranged from 28.98 mg N/100 g (extract conc. 75%) to 34.34 mg N/100 g (extract conc. 0%) for the 20 days. The highest ph values for 20 days were obtained by concentration 0% i.e. 6.39, followed by 50% (6.34), 25% (6.31) and 75% (6.25). The highest TPC value at the 20th day was 8.1 x 10 6 cfu/g for 0% and the lowest was 3.1 x 10 3 cfu/g for 75%. Analysis of variance showed that the interaction of Caulerpa racemosa seaweed extract ice concentration and storage time has a significant effect on TVB-N, ph, and TPC value of scad fish. Keywords: scad fish (Decapterus spp.); seaweed (Caulerpa racemosa) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan es ekstrak rumput laut Caulerpa racemosa terhadap mutu ikan layang (Decapterus sp.), melalui uji Total Volatile Base (TVB-N), ph, dan Total Plate Count (TPC) dengan menggunakan dua perlakuan yaitu persentase ekstrak rumput laut (A): 75%, 50%, 25%, 0% dan lama penyimpanan (B): 0 hari, 5 hari, 10 hari, 15 hari, dan 20 hari. Nilai TVB-N berkisar antara 28,98 mg N/100 g (75%) sampai 34,34 mg N/100 g (0%) pada hari ke-20. Nilai ph tertinggi pada hari ke-20 diperoleh dengan perlakuan es ekstrak rumput laut 0% yaitu 6,39, diikuti dengan perlakuan 50% (6,34), 25% (6,31), dan 75% (6,25). Nilai TPC ikan layang tertinggi pada hari ke-20 adalah 8,1 x 10 6 cfu/g dengan perlakuan 0% es ekstrak rumput laut dan terendah yaitu 3,1 x 10 3 cfu/g pada perlakuan es ekstrak rumput laut 75%. Analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa nilai TVB-N, ph, dan TPC menggunakan persentase es ekstrak rumput laut dan lama penyimpanan serta interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata. Kata-kata kunci: ikan layang (Decapterus sp.); rumput laut (Caulerpa racemosa) PENDAHULUAN Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, cepat mengalami proses pembusukan jika dibandingkan dengan bahan pangan atau sumber protein hewani lainnya. Menurut Afrianto dan Liviawati (2010) ikan dikatakan segar apabila ikan tersebut memiliki kondisi tubuh sama seperti ikan masih hidup, dimana perubahan fisik, kimiawi, dan biologis yang terjadi belum sampai menyebabkan kerusakan berat pada daging ikan. Perubahan pada ikan setelah ditangkap dan selama penyimpanan meliputi aktifitas mikroba, enzim autolisis dan reaksi kimia yang dijadikan sebagai indikator mutu. 149 Ikan layang (Decapterus sp.) memiliki kandungan zat gizi yang tinggi dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut Berhimpon (1993), bahan pangan ini mengandung protein, kadar air dan asam-asam amino esensial yang lengkap dan dalam jumlah yang cukup. Ikan ini cukup melimpah dan rasanya yang enak sehingga banyak digemari oleh masyarakat. Ikan layang (Decapterus sp.) memiliki tekstur daging yang lunak dengan nilai protein yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses degradasi/deaminasi protein, peptida dan asamasam amino dalam tubuh ikan oleh adanya aktivitas bakteri yang menghasilkan senyawa-senyawa basa volatile antara lain amonia, dimetilamin, dan trimetilamin (Chairita, 2008). Dengan demikian ikan layang (Decapterus sp.) dapat dengan cepat

Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2 (Oktober 2013) menjadi busuk sehingga menyebabkan mutu ikan ini mengalami kemunduran. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk dapat mempertahankan mutu ikan layang yaitu dengan cara pengawetan. Pengawetan umumnya dilakukan cukup beragam mulai dengan penggunaan pendingin, radiasi, bahkan sampai menggunakan formalin dan bahan aditif. Caulerpa racemosa merupakan tumbuhan yang termasuk kelas Chlorophyceae (Atmadja et al., 1996), tumbuhan ini banyak dijumpai pada daerah pantai di Indonesia yang mempunyai rataan terumbu karang serta merupakan rumput laut khas Indonesia (Santoso et al., 2006). Populasinya sangat besar pada periode waktu tertentu. Hasil penelitian Aryudhani (2007) menunjukkan bahwa rumput laut C. racemosa memiliki senyawa fenol sebagai komponen non gizi. Komponen ini berfungsi sebagai antioksidan. Selain mengandung antioksidan, C. racemosa dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri. Rianida (2007) dalam Budji (2011) menyatakan bahwa ekstrak C. racemosa mengandung senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri seperti E. Coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Hasil penelitian Izzati (2007) menunjukkan C. racemosa memiliki aktivitas antibakteri terhadap tiga jenis bakteri patogen yaitu Pseudomonas pavanaceae, Pseudomonas syntata, dan Pseudomonas tetrolens. Hasil pengujian aktivitas antibakteri memperlihatkan bahwa larutan uji dari rumput laut C. racemosa, memiliki aktivitas antibakteri pada 3 bakteri dari 5 bakteri uji yang diujikan. Ukuran zona hambat yang terbentuk relatif lebih kecil, jika dibandingkan dengan ukuran zona hambat yang dibentuk oleh senyawa antibiotik pembanding (Singkoh, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan es ekstrak rumput laut C.racemosa dengan persentase yang berbeda-beda (75%, 50%, 25%, dan 0%) terhadap mutu ikan layang (Decapterus sp.) melalui metode TVB-N, ph, dan TPC. MATERIAL DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi Politeknik Perikanan Negeri Tual. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah ikan layang, ekstrak rumput laut C. racemosa, air tawar, K 2 CO 3, TCA, Asam Borat (H 3 BO 3 ), larutan indikator (yang dibuat dengan perbandingan metil red 0,066% dan bromocresol green 0, 033% dilarutkan dalam etanol 90%), HCl, etanol, aquades, vaselin, nutrient agar (NA), alkohol, dan NaCl. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan conway, mikrobiuret, mortar, timbangan, erlenmeyer, gelas kaca, spatula, pengaduk kaca, pipet tetes, kertas saring, ph meter, magnetic styrer, blender, timbangan, inkubator, koloni counter, autoclave, peralatan gelas, plastik es, dan kotak pendingin (cool box). Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan yaitu persentase es ekstrak rumput laut (A) dan lama penyimpanan (B). Adapun perlakuan A terdiri dari A1: es ekstrak rumput laut 75%, A2: es ekstrak rumput laut 50%, A3: es ekstrak rumput laut 25%, dan A4: es ekstrak rumput laut 0%. Sedangkan perlakuan B adalah B1: 0 hari, B2: 5 hari, B3: 10 hari, B4: 15 hari, dan B5: 20 hari. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial 5x4 dengan ulangan sebanyak 2 kali dan analisis perlakuan dengan uji F. Selama penelitian ini dilakukan hal-hal yang diamati yaitu jumlah basa-basa menguap atau Total Volatile Base TVB-N (Suwetja, 2013), analisis derajat keasaman (ph) (Harikedua, 2002) dan Total Plate Count (TPC) (Fardiaz, 1993). Ikan layang (Decapterus sp.) yang dipilih masih segar dan utuh serta tanpa adanya kerusakan fisik kemudian dicuci sampai bersih dan dimasukkan ke dalam coolbox yang telah disediakan dengan jumlah masing-masing 10 ekor ikan untuk tiap perlakuan. Tiap-tiap coolbox yang telah berisi 10 ekor ikan diberi perlakuan es ekstrak rumput laut C.racemosa 75%, 50%, 25% dan 0% dengan perbandingan es dan ikan adalah 2:1 untuk semua perlakuan. Penambahan es ekstrak rumput laut C.racemosa dilakukan setiap selang waktu 24 jam. Selanjutnya sampel dianalisis dengan menentukan nilai TVB-N, ph, dan TPC pada lama penyimpanan selama 0, 5, 10, 15, dan 20 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai TVB-N Gambar 1 menunjukkan perubahan nilai TVB-N ikan layang (Decapterus sp.) yang meningkat dan bervariasi selama penyimpanan dingin. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan, nilai TVB-N ikan layang semakin meningkat. Dimana pada hari ke 0 nilai TVB-N untuk semua perlakuan yaitu 2,94 mg N/100g daging ikan. Setelah memasuki hari ke 5, nilai TVB-N untuk perlakuan es ekstrak rumput laut 150

Serpara et al.: The use of extracted seaweed with ice, Caulerpa racemosa, in different 75% naik menjadi 3,78 mg N/100g, hari ke 10 menjadi 4,62 mg N/100g, hari ke 15 menjadi 14,28 mg N/100g, dan pada hari ke 20 menjadi 28,98 mg N/100g. Untuk nilai TVB-N yang diberi perlakuan es ekstrak rumput laut 50% pada hari ke 5 naik menjadi 4,62 mg N/100g, hari ke 10 menjadi 5,04 mg N/100g, hari ke 15 menjadi 15,96 mg N/100g, dan pada hari ke 20 menjadi 30,66 mg N/100g. Untuk nilai TVB-N yang diberi perlakuan es ekstrak rumput laut 25% pada hari ke 5 naik menjadi 4,41 mg N/100g, hari ke 10 menjadi 4,62 mg N/100g, hari ke 15 menjadi 18,06 mg N/100g, dan pada hari ke 20 menjadi 32,34 mg N/100g. Untuk nilai TVB-N yang diberi perlakuan es ekstrak rumput laut 0% pada hari ke 5 naik menjadi 5,46 mg N/100g, hari ke 10 menjadi 5,46 mg N/100g, hari ke 15 menjadi 19,74 mg N/100g, dan pada hari ke 20 menjadi 34,02 mg N/100g. Setelah lama penyimpanan 20 hari, nilai TVB-N perlakuan es ekstrak rumput laut 0%, 25%, dan 50% lebih tinggi dan telah melebihi nilai standar TVB-N ikan segar (>30mgN/100 g) jika dibandingkan perlakuan es ekstrak rumput laut 75% yang tidak melebihi nilai standar TVB-N ikan segar (<30mgN/100 g), hal ini sejalan dengan pernyataan Suwetja (2013) bahwa nilai batas bakterial dengan uji TVB-N adalah sebesar 30 mg N/100 g daging ikan. Nilai TVB-N tertinggi adalah 34,34 mg N/100 g sampel dengan perlakuan es ekstrak rumput laut 0% dan terendah adalah 28,98 mg N/100 g pada perlakuan es ekstrak rumput laut 75% pada hari ke-20 lama penyimpanan. Nilai TVB-N sangat erat kaitannya dengan proses kemunduran mutu. Semakin tinggi nilai TVB-N, semakin mundur tingkat kesegaran ikan (Suwetja, 2013). Es ekstrak rumput laut C.racemosa merupakan zat-zat anti bakteri yang bersifat bakterisidal. Fardiaz (1993) menyimpulkan bahwa zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri). Hasil analisis sidik ragam terhadap nilai TVB-N menunjukkan bahwa perlakuan persentase es ekstrak rumput laut dan lama penyimpanan serta interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata (F hit> F tab). Bila dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT), hasil memperlihatkan bahwa perbedaan persentase es ekstrak rumput laut menunjukkan nilai berbeda sangat nyata satu dengan lainnya, untuk lama penyimpanan hari ke 0, 15, dan 20 terhadap lama penyimpanan 5 dan 10 hari. Nilai ph Gambar 2 memperlihatkan bahwa nilai ph pada hari ke-0 untuk semua perlakuan es ekstrak rumput laut sama yaitu 6,04 dan cenderung meningkat sampai dengan hari ke-20 lama penyimpanan. Nilai ph tertinggi pada hari ke-20 diperoleh dengan perlakuan es ekstrak rumput laut 0% yaitu 6,39, diikuti dengan perlakuan 50% (6,34), 25% (6,31), dan terendah dengan perlakuan es ekstrak rumpaut laut 75% (6,25). Terjadinya peningkatan ph untuk semua perlakuan es ekstrak rumput laut selama penyimpanan (hari ke-0 sampai ke-20) karena adanya aktivitas enzim pengurai yang bekerja efektif sehingga ph asam menjadi ph basa. Nilai ph yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ikan layang (Decapterus sp.) yang disimpan dengan es ekstrak rumput laut 75% sampai hari ke-20 mempunyai kemampuan untuk menahan perubahan ph lebih baik jika dibandingkan dengan es ekstrak rumput laut 50%, 25%, dan 0%, sehingga menjaga kualitas dan mutu ikan layang secara baik. Hasil analisis sidik ragam untuk nilai ph, dimana perlakuan persentase es ekstrak rumput laut dan lama penyimpanan serta interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata (F hit > F tab). Bila dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) diperoleh bahwa perlakuan es ekstrak rumput laut 75% dan 50% tidak berbeda namun menunjukan perbedaan sangat nyata terhadap perlakuan 25% dan 0%. Total Plate Count (TPC) Tabel 1 memperlihatkan bahwa selama penyimpanan, rata-rata terjadi peningkatan jumlah bakteri pada perlakuan es ekstrak rumput laut 50%, 25%, dan 0% tetapi untuk perlakuan es ekstrak rumput laut 75% mengalami fluktuasi. Dimana pada Tabel 1. Nilai rata-rata TPC ikan layang dengan perlakuan es ekstrak rumput laut. ERL: es ekstrak rumput laut Lama Pengesan (B) Jenis ES (A) 0 Hari 5 Hari 10 Hari 15 Hari 20 Hari Es ERL 75% (A1) 3.2 x 10 3 2.3 x 10 4 3.1 x 10 3 2.4 x 10 5 5.1 x 10 6 Es ERL 50% (A2) 3.2 x 10 3 2.6 x 10 4 2.9 x 10 4 2.8 x 10 5 7.7 x 10 6 Es ERL 25% (A3) 3.2 x 10 3 2.6 x 10 4 2.6 x 10 4 2.9 x 10 5 8 x 10 6 Es ERL 0% (A4) 3.2 x 10 3 2.8 x 10 4 2.5 x 10 4 3 x 10 6 8.1 x 10 6 151

Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2 (Oktober 2013) Gambar 1. Hubungan Nilai TVB-N dengan Lama Penyimpanan Ikan Layang Gambar 2. Hubungan antara nilai ph terhadap lama penyimpanan hari ke 0 total bakteri yaitu 3,2 x 10 3 cfu/g, hari ke 5 menjadi 2,3 x 10 4 cfu/g, setelah memasuki hari ke 10 total bakteri turun menjadi 3,1 x 10 3 cfu/g, hari ke 15 menjadi 2,4 x 10 5 cfu/g, hari ke 20 menjadi 5,1 x 10 6 cfu/g. Untuk total bakteri yang diberi perlakuan es ekstrak rumput laut 50% pada hari ke 5 naik menjadi 2,6 x 10 4, hari ke 10 menjadi 2,9 x 10 4 cfu/g, hari ke 15 menjadi 2,8 x 10 5 cfu/g, dan hari ke 20 menjadi 7,7 x 10 6 cfu/g. Untuk total bakteri yang diberi perlakuan es ekstrak rumput laut 25% pada hari ke 5 naik menjadi 2,6 x 10 4 cfu/g, hari ke 10 menjadi 2,6 x 10 4 cfu/g, hari ke 15 menjadi 2,9 x 10 5 cfu/g, dan hari ke 20 menjadi 8 x 10 6 cfu/g. Untuk total bakteri yang diberi perlakuan es ekstrak rumput laut 0% pada hari ke 5 naik menjadi 2,8 x 10 4 cfu/g, hari ke 10 menjadi 2,5 x 10 4 cfu/g, hari ke 15 menjadi 3 x 10 6 cfu/g, dan hari ke 20 menjadi 8,1 x 10 6 cfu/g. Hasil analisis sidik ragam untuk nilai TPC, dimana perlakuan persentase es ekstrak rumput laut dan lama penyimpanan serta interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata (F hit > F tab). Bila dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) diperoleh bahwa untuk penggunaan es ekstrak rumput laut sebesar 75% menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan 50, 25%, dan 0%, namun untuk lama penyimpanan antara hari ke 5 dan 10 tidak berbeda, akan tetapi berbeda sangat nyata terhadap lama penyimpanan 0, 15, dan 20 hari. Terdapat peningkatan nilai TPC seiring dengan peningkatan nilai ph dimana pada perlakuan es ekstrak rumput laut 50%, 25%, dan 0% nilai ph mendekati ph netral sehingga memungkinkan bakteri bertumbuh dengan cepat. Hal ini sesuai menurut Berhimpon (1993) yang menyatakan bahwa sebagian besar mikroba bertumbuh pada ph netral dan hanya beberapa bakteri yang dapat tumbuh pada ph rendah, sedangkan penurunan nilai TPC pada perlakuan es ekstrak rumput laut 75% disebabkan karena kondisi dari ikan tersebut tidak cocok untuk pertumbuhan bakteri yang tidak tahan terhadap ph rendah. Standard Nasional Indonesia (SNI 01-2729- 1991) telah menetapkan bahwa jumlah bakteri maksimum ikan segar adalah 5 x 10 5 cfu/g. Ini berarti bahwa total bakteri yang terdapat pada perlakuan es ekstrak rumput laut sebesar 75%, 50%, 25%, masih bisa diterima untuk lama penyimpanan sampai hari ke 15, dimana perlakuan dengan es ekstrak rumput sebesar 75% total bakteri adalah 2.4 x 10 5 cfu/g, perlakuan dengan es ekstrak rumput sebesar 50% adalah 2.8 x 10 5 cfu/g, dan perlakuan dengan es ekstrak rumput sebesar 25% adalah 2.9 x 10 5 cfu/g. KESIMPULAN Penggunaan es ekstrak rumput laut Caulerpa racemosa dapat dijadikan sebagai media pengawet ikan layang (Decapterus sp) dimana nilai TVB-N, ph yang disimpan selama 20 hari dengan perlakuan es ekstrak rumput laut 75% belum melebihi standar nilai TVB-N ikan segar dan mampu menekan perubahan nilai ph, jika dibandingkan dengan perlakuan es ekstrak rumput laut 0%, 25%, dan 50% yang telah melebihi standar nilai TVB-N ikan segar dan nilai ph yang sudah mendekati ph normal. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Total bakteri pada perlakuan es ekstrak rumput laut 75%, 50%, 25% masih bisa diterima sampai penyimpanan 152

Serpara et al.: The use of extracted seaweed with ice, Caulerpa racemosa, in different hari ke 15, namun tidak demikian untuk es ekstrak rumput laut 0%. Ucapan Terima Kasih. Terima kasih kami sampaikan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini lewat beasiswa BPPS, juga kepada pimpinan Politeknik Perikanan Negeri Tual untuk penggunaan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perikanan, Laboratorium Penjaminan Mutu Hasil Perikanan, dan Laboratorium Pengolahan selama penelitian berlangsung. REFERENSI AFRIANTO and LIVIAWATY (2010) Penanganan Ikan Segar. Bandung: Widya Padjadjaran. ARYUDHANI ( 2007) Kandungan senyawa fenol rumput laut Caulerpa Racemosa dan aktivitas antioksidannya. Unpublished Thesis (BSc). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. BERHIMPON, S. (1993) Mikrobiologi Pangan Ikani. Bagian I : Ekologi dan Pertumbuhan Mikroba serta Perubahan Biokimia Pangan. Laboratorium Pengolahan dan Pengembangan Mutu Hasil Perikanan. Manado: FPIK UNSRAT. BUDJI, R.G. (2011) Skrining senyawa antibakteri dari Caulerpa racemosa var. Macrophysa dan C. Sertulariooides (gmelin) howe asal perairan pulau lae-lae Makassar [WWW]. Available from: http://www.pdf archive. com/2011/03/16/43-risco-gbudji/preview/ page/1/ [Accessed 10/03/2013]. CHAIRITA (2008) Karakteristik bakso ikan dari campuran surimi ikan layang (Decapterus spp) dan ikan kakap merah (Lutjanus sp) pada penyimpanan suhu dingin [WWW]. Available from: http:// repository.ipb.ac.id/ bitstrem/handle/123456789/9931/ FARDIAZ (1993) Analisis Mikrobiologi Pangan. Departemen Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. HARIKEDUA, J.W. (2002) Penuntun Praktikum Metode Analisis Kimia Hasil Perikanan. Laboratorium Kimia Hasil Perikanan. Manado: FPIK.UNSRAT. IZZATI, M. (2007) Skreening Potensi Antibakteri pada Beberapa Spesies Rumput Laut terhadap Bakteri Patogen pada Udang Windu. Bioma, 9(2), pp. 62-67. SANTOSO, J., GUNJI, S., YOSHIE-STARK, Y., and SUZUKI, T. (2006) Mineral contents of Indonesian seaweeds and mineral solubility affected by basic cooking. Food Science and Technology Research, 12(1), pp. 59-66. SINGKOH, M.F.O. (2011) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rumput laut Caulerpa Racemosa Dari Perairan Pulau Nain. Jurnal Perikanan dan KelautanTropis, VII (3). STANDARD NASIONAL INDONESIA (1991) Petunjuk Pengujian Total Plate Count (TPC) SNI 01-2729-1991, Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. SUWETJA, I.K. (2013) Indeks Mutu Kesegaran Ikan. Edisi pertama. Malang: Bayuh Media Publishing. Diterima: 26 September 2013 Disetujui: 15 Oktober 2013 153