BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Pengembangan Model Pembelajaran Inklusif Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga yaitu Penelitian R&D atau Research and Development. Metode penelitian R&D digunakan apabila peneliti bermaksud menghasilkan produk tertentu dan sekaligus menguji keefektifan produk tersebut. Ada sepuluh langkah yang dilakukan untuk memperoleh suatu produk. Langkahlangkah tersebut antara lain digambarkan dalam alur penelitian dibawah ini (Sugiyono, 2011) : Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain Revisi Produk Produk Massal Gambar 3.1. Alur Penelitian R&D Sugiyono (2011) Selain itu, Borg dan Gall (1983) menjelaskan bahwa penelitian pendidikan dan pengembangan (R&D) sebagai proses penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang 56
digunakan dalam pendidikan. Sepuluh langkah dalam penelitian R&D yang ditawarkan Borg and Gall, antara lain : Research and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, final product revision, and dissemination and implementation. Dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan yang ditawarkan oleh Borg and Gall (1983), karena dalam langkahnya dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah, serta dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan asal masih dalam tahap rasional. Disamping itu, penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan saja, tidak sampai pada tahap uji coba dilapangan, tetapi dilakukan uji coba bersifat perkiraan berdasarkan analisis dan pertimbangan dari data yang diperoleh dengan strategi yang akan ditempuh. 3.2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian tentang Pengembangan Model Pembelajaran Inklusif slow leaner Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga bersifat kualitatif. Dalam memperoleh data dilakukan dalam FGD (Focus group discussion), yang dilakukan pada saat melakukan Analisis SWOT. 57
3.3. Prosedur Model Pengembangan Pembelajaran Inklusif Model pengembangan Pembelajaran Inklusif yang dikembangkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 70 Tahun 2009, meliputi Pasal: 2 Ayat 1, 2 Ayat 2, 3 ayat 1, 4 ayat 2, 5 ayat 2, 7 ayat 1, 8, 9 ayat 1, 9 ayat 2, 9 ayat 3, 9 ayat 4,, 9 ayat 6, 10 ayat 1, 11 ayat 1, 11 ayat 3,, 11 ayat 5. Mengacu pada pasal pasal ini karena dalam setiap pasal ini berisi tentang alur kerja, serta langkah-langkah dalam penyelenggeraan pendidikan inklusif. Model pengembangan pembelajaran yang dipakai dalam mengembangkan model pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga menggunakan model pengembangan yang dimodifikasi oleh Borg dan Gall. Kegiatan yang peneliti lakukan hanya terbatas pada tahap pengembangan (develop) saja. Research & Information Collecting Planning Develop preliminary form of prduct Preliminary Field testing Operational Field testing Operational Product Revision Main field Testing Main Product Revision Final Product Revision Dissemination & Implementation Gambar.3.2. Alur Pengembangan Borg and Gall (1983) Penjelasan Gambar model pengembangan Borg dan Gall : 58
1. Analisis kebutuhan dan komponen model atau studi pendahuluan. Dalam tahap penelitian pendahuluan, yang merupakan kegiatan research and information collecting memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (pengkajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan. Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya profil implementasi sistem pembelajaran yang diterapkan sekolah atau lembaga saat itu. 2. Planning. Pada tahap ini peneliti mulai menyusun rencana serta strategi yang nantinya akan digunakan dalam penyelesaian permasalahan, menentukan tujuan yang hendak dicapai pada setiap tahapan. Tahap ini meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian. 3. Develop preliminary form of product. Pada tahap ini peneliti mengembangkan bentuk permulaan dari produk. Tahap ini meliputi: 1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian sebagai acuan dalam mengembangkan model. 4. Preliminary Field testing. Pada tahap ini yang merupakan uji coba terbatas. Peneliti tidak melakukan uji coba dalam kelas, karena penelitian ini hanya terbatas pada pengembangan. Model awal yang telah terbentuk divalidasi oleh validator, dan direvisi. 5. Main product revision. Pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan model awal. 6. Main Field Testing. Pada tahap ini yang merupakan uji coba utama tidak dilakukan peneliti, karena penelitian ini hanya sebatas pengembangan. Namun, 59
pada tahap ini peneliti mulai mengembangkan model pembelajaran yang siap dipakai di SMP Negeri 7 Salatiga. 7. Operational product revision. Pada tahap ini dilakukan revisi terhadap model pembelajaran yang telah dikembangkan. 8. Operational field testing. Pada tahap ini peneliti melakukan uji validasi bersama validator (dosen pembimbing). 9. Final product revision. Pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan akhir terhadap model pembelajaran yang telah dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final). 10. Dissemination and Implementation. Tahap ini merupakan tahapan menyebarluaskan model yang telah dikembangkan. 3.4. Instrumen Penelitian. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Seperti pendapat Sugiyono (2011) Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semua belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistic atau menyeluruh, dinamis, tidak dapat dipisahkan kedalam variabel-variabel penelitan. Kalaupun dapat dipisahkan variabelnya tentu akan banyak sekali. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum 60
masalahnya jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif the researcher is the key instrumen. Jadi peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011). 3.5. Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dalam FGD (Focus Group Discussion). FGD dilakukan pada saat pengolahan data menggunakan analisis SWOT. Baik penentuan masing-masing komponen SWOT, maupun penentuan skor dari masing-masing indikator SWOT yang dirumuskan bersama. FGD dilakukan lagi pada saat merevisi, memperbaiki dan menyempurnakan model hipotetik yang ditemukan hingga mendapatkan model akhir. 3.6. Analisis Data 3.6.1. Data Validasi Ahli Data yang diperoleh dari validator di analisis secara deskriptif dengan menelaah hasil penilaian terhadap pengembangan model pembelajaran inklusif. Hasil telaah digunakan sebagai bahan masukkan untuk merevisi/memperbaiki pengembangan model pembelajaran inklusif yang berupa proses pembelajaran inklusif yang dijalankan sekolah. 3.6.2. Analisis SWOT Salah satu analisis yang baik untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam mengembangkan suatu model pembelajaran di sekolah 61
yaitu dengan menggunakan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strenghts Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Analisis SWOT adalah komparasi dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (Snell & Bohlander, 2007). Hal ini dipertegas oleh Sharplin (Sagala, 2010) analisis SWOT adalah salah satu tahap manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang harus dihadapi sekolah. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga sekolah bisa memaksmalkan kekuatan, meminimalkn kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang. Dalam analisis SWOT, teknik yang digunakan adalah analisis matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary), analisis matrik EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary, dan analisis matrik SWOT (Strengts, Weaknesses, Opportunity, Threats). Matrik IFAS menggambarkan lingkungan internal yang memberikan informasi tentang kekuatan yang harus digunakan secara optimal dan kelemahan yang harus diatasi atau diminimalkan. Matrik EFAS menggambarkan lingkungan eksternal yang memberikan informasi tentang peluang yang harus dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari atau dicegah. Matrik SWOT menunjukkan empat kemungkinan alternatif strategis, berdasaran hasil audit terhaap lingkungan 62
internal dan eksternal. Hasil audit lingkungan internal yang berupa kekuatan dan kelemahan, dimasukkan ke dalam matrik IFAS. Hasil audit eksternal, yang berupa peluang dan ancaman dimasukkan ke dalam matrik EFAS. Selanjutnya, kedua hasil audit tersebut diberi bobot dan rating (penilaian) Tabel. 3.1. Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan Sumber : Rangkuti 2000 Bobot Rating Bobot x Rating Tabel 3.2. Matriks EFAS (Eksterna Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategis Eksternal Peluang Ancaman Sumber : Rangkuti 2000 Bobot Rating Bobot x Rating Pemberian bobot dan rating dilakukan dalam Focus Group Discussions (FGD). Dengan pihak-pihak yang dianggap memahami permasalahan yang diteliti. Penetapan besarnya bobot didasarkan pada besarnya daya dukung masing-masing faktor terhadap proses pembelajaran inklusif di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga dengan skala 1,0 (sangat mendukung), sampai 0,0 (tidak mendukung). Sedangkan besarnya rating dilakukan dengan membandingkan besarnya daya dukung terhadap pengembangan model pembelajaran inklusif di SMP 63
Negeri 7 Salatiga dengan model pengembangan pendidikan yang mengacu pada permendiknas No 70 Tahun 2009. Setelah diberi bobot dan rating, selanjutnya dihitung total skor faktor internal dan faktor eksternal dan hasilnya dimasukkan ke dalam matriks SWOT. Tabel 3.3. Matriks SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunity, Threats) IFAS EFAS Weaknesses (W) Strenghts (S ) Opportunities (O) Threats (T) WT 5 4 3 2 1 Sumber :Wulanningrum (2006) Cara menghitung total skor akhir faktor internal dan eksternal adalah sebagai berikut: bobot setiap faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dikalikan rating-nya masing-masing. Selanjutnya skor setiap faktor dijumlahkan seluruhnya sesuai dengan kaegori masing-masing. Dengan demikian didapatkan total skor kekuatan, total skor kelemahan, total skor peluang, total skor ancaman. Untuk mendapatkan total skor akhir, faktor internal, -1-2 -3-4 -5 64 5 4 3 2 1-1 -2-3 -4-5 SO ST
caranya adalah total skor kekuatan dikurangi total skor kelemahan. Sedangkan total skor akhir faktor eksternal adalah total skor peluang dikurangi total skor ancaman. Nilai total skor akhir faktor internal digambarkan pada sumbu x pada matrik SWOT. Sedangkan nilai total skor akhir faktor eksternal digambarkan pada sumbu y. Titik koordinat (x,y) adalah hasil analisis SWOT yang menunjukkan empat kemungkinan posisi strategis Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga. Posisi pada salah satu dari kwardan-kwardan inilah yang dijadikan dasar untuk menentukkan dan menyusun model pengembangan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga. 65