Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong

PRESENTASI SEMINAR TUGAS AKHIR

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurusan Teknik Kelautan - FTK

PEMODELAN HIDRODINAMIKA 3-DIMENSI POLA SEBARAN SEDIMENTASI PRA DAN PASCA REKLAMASI TELUK JAKARTA

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong

KAJIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) UNTUK NORMALISASI SUNGAI MENDOL KECAMATAN KUALA KAMPAR KABUPATEN PELALAWAN

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB III LANDASAN TEORI

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SEPANJANG JEMBATAN SURAMADU KABUPATEN BANGKALAN

POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

STUDI DAMPAK REKLAMASI DI KAWASAN KENJERAN DENGAN PENEKANAN PADA POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG

Bab III Metodologi Penelitian

PERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pengaruh Pola Arus dan Laju Sedimentasi Terhadap Perubahan

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

Pemodelan Perubahan Morfologi Pantai Akibat Pengaruh Submerged Breakwater Berjenjang

STUDI KERENTANAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG BERDASARKAN PEMODELAN TRANSPORTASI SEDIMEN DI TELUK BUNGUS, SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC)

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK ANGKUTAN SEDIMEN TERHADAP PEMBENTUKAN DELTA DI MUARA SUNGAI BONE, PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat

PEMETAAN BAHAYA BANJIR JAKARTA (FLOOD HAZARD MAPPING) WCPL-

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstract.

BAB II STUDI PUSTAKA

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

Pemodelan Near Field Scouring Pada Jalur Pipa Bawah Laut SSWJ PT. PGN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

Transkripsi:

A543 Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta Evasari Aprilia dan Danar Guruh Pratomo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: guruh@geodesy.its.ac.id Abstrak Teluk Jakarta merupakan perairan laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Dilokasi tersebut, tingginya laju sedimentasi telah teridentifikasi sejak awal tahun 1970-an sebagai akibat dari perubahan yang terjadi di daerah hulu dan sepanjang aliran sungai-sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta. Sesuai dengan Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030, luas lahan reklamasi yang direncanakan meliputi 17 pulau dengan luas kurang lebih 5.100 ha. Dalam penelitian ini dilakukan simulasi pemodelan arus dan pola sebaran sedimen di Teluk Jakarta menggunakan beberapa parameter seperti data batimetri, data pasang surut, data garis pantai, data river discharge dari 5 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta, dan data curah hujan. Simulasi dilakukan menggunakan dua skenario, yaitu pra diadakannya reklamasi (bulan Januari dan September 2011) dan pasca diadakan reklamasi (bulan Februari dan Mei 2016). Kecepatan arus rata-rata saat pra reklamasi mencapai angka 0,94 m/s sedangkan pasca mencapai nilai rata-rata 0,88 m/s. Pasca diadakan reklamasi juga terjadi peningkatan ketebalan sedimen dasar perairan hingga mencapai 2,49 m dibandingkan kondisi saat sebelum reklamasi yang hanya mencapai ketebalan maksimum sebesar 0,84 m. Konsentrasi sedimen tertinggi terjadi pada lokasi yang berada didekat dengan Muara Cengkareng yang salah satunya disebabkan oleh debit harian sungai yang cukup tinggi di lokasi tersebut. Kata kunci Pemodelan Hidrodinamika, Reklamasi Teluk Jakarta, Pola Sedimentasi. T I. PENDAHULUAN ELUK Jakarta merupakan perairan laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Teluk ini merupakan wilayah perairan dangkal dengan kedalaman perairan rata-rata mencapai 15 meter [1]. Sejak tahun 1970-an salah satu permasalahan utama diperairan tersebut adalah permasalahan terkait sedimentasi. Laju sedimentasi terus meningkat disebabkan oleh perubahan yang terjadi di daerah hulu dan sepanjang aliran sungai-sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta [2]. Teluk Jakarta memliki keadaan morfologi dasar perairan yang terbentuk oleh hasil endapan sedimen sungai [3]. Sedimen laut Teluk Jakarta memiliki tekstur tanah lempung liat berpasir atau biasa dikenal dengan jenis sedimen kohesif [2]. Pada dasarnya sumber sedimen kohesif di daerah estuari dan perairan teluk umumnya berasal dari limpasan daratan (run off) hujan yang masuk ke badan sungai atau langsung ke perairan pesisir. Sejak tahun 1990, Pemerintah Republik Indonesia memiliki rencana untuk melakukan penataan kembali Kawasan Teluk Jakarta dengan konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai lama. Sesuai dengan Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030[4], luas lahan reklamasi yang direncanakan meliputi 17 buah pulau dengan luas kurang lebih 5.100 ha. Reklamasi pada dasarnya merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh orang/kelompok orang atau pengembang (developer) dengan mengubah lahan basah dengan cara dikeringkan atau cara ditimbun, sehingga dihasilkan lahan atau tanah kering yang digunakan untuk kegiatan pembangunan. Salah satu dampak yang dikhawatirkan oleh adanya reklamasi adalah semakin meningkatnya konsentrasi sedimen di Teluk Jakarta. Jika laju sedimentasi meningkat, maka pendangkalan di Teluk Jakarta akan semakin cepat dan dapat berdampak ke permasalahan lainnya [4]. Pengetahuan mengenai dinamika perairan sangat penting untuk dipahami sebagai upaya untuk memprediksi persebaran sedimen setelah diadakannya reklamasi. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui pola arus dan sedimen adalah melalui aplikasi model matematik/numerik. Hasil model yang telah divalidasi dan telah menunjukkan korelasi atau kemiripan dengan kondisi sebenarnya di lapangan dapat digunakan untuk memprediksi dinamika berbagai proses yang terjadi di perairan [5]. Pada penelitian ini, diharapkan dapat dilakukannya pemodelan numerik menggunakan software pemodelan hidrodinamika dan sedimen untuk mengetahui pola sedimentasi di Teluk Jakarta pada baik pra dan pasca diadakannya reklamasi. Kemudian diharapkan dapat menganalisis pola sedimentasi di Teluk Jakarta pra dan pasca reklamasi. A. Lokasi Penelitian II. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian ini berada di perairan Teluk Jakarta, Provinsi DKI Jakarta. Pada penelitian ini membatasi pemodelan pada koordinat 5 54-6 80 LS dan 106 30-107 20 BT. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

A544 Gambar 1. Lokasi Penelitian B. Data dan Peralatan 1) Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peta batimetri Teluk Jakarta tahun 2015, data pasang surut Stasiun Tanjung Priok bulan Januari dan September tahun 2011 untuk simulasi pra reklamasi. Data pasang surut Bulan Februari dan Mei tahun 2016 untuk simulasi pasca reklamasi. Masterplan reklamasi 17 pulau, data river discharge lima sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta tahun 2011 dan 2016, dan data curah hujan harian tahun 2011 dan 2016. 2) Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi: Perangkat Lunak (Software) yaitu AutoCad landesktop 2009, Software editting mesh, Software pemodelan arus dan sedimen, Software untuk konversi data dxf ke xyz. C. Tahapan Pengolahan Data Pada tahapan awal pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan retifikasi dan digitasi terhadap peta raster Teluk Jakarta menggunakan software autocad landesktop 2009. Dari hasil digitasi peta tersebut akan diperoleh hasil pengolahan berupa data batimetri, data garis pantai, dan data reklamasi teluk jakarta dalam bentuk vektor (.dxf). Kemudian data format.dxf yang telah diperoleh dilanjutkan dengan melakukan konversi data ke format.xyz untuk dapat diolah dalam software pemodelan yang akan digunakan. Selain itu, beberapa data yang perlu untuk dilakukan pengolahan adalah data river discharge, curah hujan, dan pasang surut yang dikonversi dari format.xyz menjadi format.dfs0, tetapi khusus pasang surut diubah menjadi format.dfs1. Format tersebut akan digunakan untuk keperluan pemodelan arus dan sedimen. Tahapan berikutnya merupakan yaitu proses building mesh. Pada tahapan ini diperlukan data garis pantai dan batimetri sebagai data masukan (untuk kondisi pra reklamasi), dan data masterplan reklamasi sebagai tambahan data (untuk kondisi pasca reklamasi). Model data menggunakan TIN (Triangulated Irregular Network) yang lebih responsif terhadap bentuk garis pantai yang tidak teratur dibandingkan dengan menggunakan bentuk grid, terlebih TIN lebih akurat dalam menyajikan data permukaan bumi, keperluan ruangan penyimpanan yang lebih sedikit, dan dapat lebih baik dalam memodelkan data kedalaman. Beberapa proses editting mesh yang dilakukan sebelum mendapatkan bentuk mesh yang diharapkan adalah dengan cara memperhalus batas-batas daratan, memperhalus dan memperbaiki jaring-jaring. Pada penelitian ini digunakan aturan untuk sudut terkecil pada masing-masing segitiga kurang dari 30 derajat, dan luas minimal setiap segitiga lebih besar dari 20 m 2. Selain itu, menentukan dan mengientifikasi boundary condition area penelitian. Pada penelitian ini digunakan 7 batas meliputi 1 batas laut, 1 batas daratan, dan 5 batas sungai. Setelah kedua mesh (mesh pra dan pasca reklamasi) telah berhasil dibentuk maka dilanjutkan dengan proses simulasi pemodelan arus dan sedimen. Simulasi dilakukan pada 4 kondisi, yaitu pra reklamasi (musim penghujan dan kemarau) dan pasca reklamasi (musim penghujan dan kemarau) dengan masing-masing pemodelan menggunakan time step 900 detik. Untuk pemodelan pra reklamasi, pada Bulan Januari 2011yang merupakan musim penghujan, simulasi dilakukan selama 31 hari dengan timestep yang digunakan selama 5 hari. Sedangkan pada Bulan September 2011 simulasi dilakukan selama 30 hari dengan timestep selama 5 hari. Untuk pemodelan pasca reklamasi, pada Bulan Februari 2016 lama simulasi dilakukan selama 29 hari dengan 5 hari sebagai warming up, dan pada bulan mei 2016 dilakukan selama 31 hari dengan warming up dilakukan selama 5 hari. A. Hasil editting Mesh III. HASIL DAN ANALISA Pada tahap awal pemodelan bagian yang paling penting adalah proses editting mesh. Element mesh secara otomatis terbentuk berdasarkan data garis pantai dan boundary condition yang telah ditentukan. Pada saat proses editting mesh, modifikasi mesh dilakukan secara manual untuk melakukan pemindahan titik, merging triangular elements, pengahalusan batas-batas daratan lautan dan proses editting lainnya. Berikut ditampilkan hasil editting mesh baik pra maupun pasca reklamasi. Jumlah elemen yang dihasilkan pra reklamasi sebanyak 4236 elemen, dan pasca reklamasi sebanyak 4484 elemen. Gambar 2. Hasil Editting Mesh Pra Reklamasi Gambar 3. Hasil Editting Mesh Pasca Reklamasi

A545 B. Hasil Pasang Surut Pada penelitian ini, data pasang surut yang dipakai adalah data pasang surut Stasiun Tanjung Priok pada koordinat 06 05' 45" S - 106 53' 10" T yang didapatkan dari Pushidrosal. Data pasang surut tersebut berupa data pasang surut Bulan Januari dan September 2011 (untuk simulasi pra reklamasi) dan data Bulan Februari dan Mei (untuk simulasi pasca reklamasi). Verifikasi model dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran pasang surut Pushidrosal dengan pemodelan. Pada Gambar 4 hingga Gambar 7 diperlihatkan grafik perbandingan antara data pasang surut Pushidrosal (garis biru) dengan data pasang surut hasil pemodelan (garis hijau). Gambar 7. Grafik Perbandingan Data Pasang Surut Pushidrosal dengan Pemodelan Bulan Mei 2011 Gambar 4.Grafik Perbandingan Data Pasang Surut Pushidrosal dengan Pemodelan Bulan Januari 2011 Gambar 5. Grafik Perbandingan Data Pasang Surut Pushidrosal dengan Pemodelan Bulan September 2011 Grafik perbandingan pasang surut pengamatan dengan pemodelan secara keseluruhan menunjukkan pola naik turun yang sama. Verifikasi model dilakukan dengan menghitung Root Mean Square (RMS Error). RMSE merupakan pengukuran yang menyatakan perbandingan antara nilai pengamatan dengan nilai pasang surut hasil pemodelan. RMS menyajikan total dari residu menjadi ukuran tunggal dari kekuatan prediksi/model [3]. Nilai RMSE dinyatakan dengan persamaan 1 berikut : RMSE = n (x obs,i x model,i ) 2 i=1 (1) n dimana Xobs menyatakan nilai observasi dan Xmodel adalah nilai model; sedangkan n adalah banyaknya populasi. Pada bulan Januari 2011 diperoleh nilai RMSE 0,003, pada bulan september 0,003, bulan Februari sebesar 0,007 dan pada bulan mei sebesar 0,015. Karena keseluruhan nilai RMSE yang diperoleh<1, maka keseluruhan data pemodelan menunjukkan uji korelasi yang baik. C. Hasil Hidrodinamika (Arus) Hasil hidrodinamika yang diperoleh dilakukan pada saat kondisi pasang tertinggi dan surut terendah. Pada bulan Januari 2011 kondisi pasang tertinggi terjadi pada tanggal 3 Januari pukul 09.00 WIB. Saat itu kecepatan arus mencapai 0 m/s 0,486 m/s. Sedangkan pada kondisi surut terendah terjadi pada tanggal yang sama mencapai 0 m/s 0,944 m/s. Di Bulan September 2011, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 7 September dengan kecepatan arus berkisar antara 0 0,510 m/s dan kondisi surut terjadi pada tanggal 7 September 2011 pukul 03.00 dengan kecepatan 0 0,930 m/s. Gambar 6. Grafik Perbandingan Data Pasang Surut Pushidrosal dengan Pemodelan Bulan Februari 2016 Gambar 8. Kondisi Arus Saat Surut Terendah Januari 2011

A546 Gambar 9. Kondisi Arus Saat Surut Terendah September 2011 Gambar 10. Kondisi Arus Saat Surut Terendah Februari 2016 Gambar 11. Kondisi Arus Saat Surut Terendah Mei 2016 Saat pasca reklamasi, di Bulan Februari pasang tertinggi terjadi pada tanggal 6 Februari 2016 dengan kecepatan arus berkisar antara 0 0,510 m/s dan surut terendah dengan kecepatan arus berkisar 0 0,770 m/s. Sedangkan pada bulan mei 2016, terjadi pasang tertinggi terjadi pada tanggal 22 mei 2016 dengan kecepatan arus saat pasang sebesar 0-0,540 m/s dan saat kondisi surut sebesar 0-0,880 m/s. Model simulasi perairan Teluk Jakarta pasca diadakan reklamasi menyebabkan adanya partisi arus-arus kedalam kanal-kanal pulau reklamasi. Diantara pulau-pulau reklamasi terdapat celah celah sehingga menyebabkan intensifikasi arus kedalam celah yang sempit. Berdasarkan hasil simulasi yang diperoleh, secara keseluruhan dilaksanakannya proyek reklamasi di Teluk Jakarta menyebabkan penurunan nilai kecepatan arus di lokasi penelitian. Pada saat pra reklamasi, kecepatan arus permukaan dibagian selatan Teluk pada saat musim penghujan berkisar antara 0-0,944 m/s dan saat musim kemarau berkisar antara 0-0,930 m/s. Sedangkan pasca reklamasi, kecepatan arus menjadi 0-0,770 m/s saat musim penghujan dan 0-0,880 m/s saat musim kemarau. D. Sedimen Tersuspensi Hasil sedimen tersuspensi pada Teluk Jakarta secara keseluruhan berada pada kisaran nilai 0 0,11 mg/l saat Bulan Januari 2011. Pada Bulan September 2011 terjadi penurunan sedimen tersuspensi berada pada kisaran 0 0,02 mg/l, hal tersebut disebabkan karena rendahnya intensitas hujan pada bulan September 2011 yang hanya mencapai 10 mm/bulan sehingga sedimen tersuspensi yang terbawa arus akan lebih sedikit. Setelah diadakan reklamasi, yaitu pada Bulan Februari 2016 sedimen tersuspensi berkisar antara 0 0,032 mg/l dan kembali meningkat saat bulan Mei 2016 dengan tingkat konsentrasi mencapai 0 0,256 mg/l. Lokasi yang mengalami peningkatan konsentrasi sedimen terutama berada di bagian muara sungai dan di beberapa lokasi sekitar pulau reklamasi. Hal ini sesuai dengan Umi M dan Agus S (2002) [6]. yang mengatakan bahwa bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan (sedimentasi) adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkan pun semakin halus. Secara keseluruhan, pada saat kondisi pasang tertinggi pola sedimentasi kurang bervariasi, hal ini dikarenakan tekanan yang berasal dari arus yang menuju kedalam teluk. Secara pola, konsentrasi sedimen semakin berkurang saat menjauhi teluk dan muara sungai. Secara umum konsentrasi sedimen semakin rendah saat menjauhi muara sungai dan menuju ke tengah atau keluar teluk [7]. E. Sedimen Kohesif Untuk melakukan uji sedimentasi pada data hasil pemodelan maka ditentukan 7 lokasi yang dipilih sebagai sample acak penelitian. Lokasi sample tersebut dipilih untuk mewakili keseluruhan lokasi penelitian. Lokasi sample acak di gambarkan pada Gambar 12 berikut 2 Gambar 12. Sample acak untuk mengetahui parameter sedimen kohesif Parameter yang digunakan untuk mengetahui nilai sedimen kohesif dilokasi penelitian antara lain bed shear stress, deposisi, dan erosi. Stasiun 1 dan 2 merupakan stasiun yang mewakili daerah selatan yang terdekatan dengan lokasi reklamasi, Pada stasiun 1 nilai deposisi deposisi maksimum pra reklamasi yaitu sebesar 0,836 kg/m 2 /s dari nilai sebelum pra reklamasi hampir tidak terjadi deposisi yaitu bernilai 0,382 kg/m 2 /s. Pada stasiun 2 terjadi peningkatan nilai bed shear stress dari 0,405 N/m 2 menjadi 0,481 N/m 2. Stasiun 3, 6 dan 7 merupakan stasiun yang mewakili bagian tengah dari lokasi penelitian. Pada stasiun 3 terjadi peningkatan nilai bed shear stress yang dari angka 0,063 N/m 2 menjadi 0,085 N/m 2. Pada stasiun 6 memiliki nilai bedshear stress sebesar 0,004 N/m 2 sedangkan pasca reklamasi meningkat menjadi 0,062 N/m 2. Pada stasiun 7 perubahan deposisi perairan meningkat dari 0,024 kg/m 2 /s menjadi 0,074 kg/m 2 /s.

A547 Pada sample 5 dan sample 4 hampir tidak terjadi peningkatan nilai deposisi atau erosi yang signifikan. Dari hasil simulasi yang didapatkan, perubahan sedimen maksimum yang terjadi di lokasi penelitian didapatkan pada saat pra reklamasi saat musim kemarau yaitu pada bulan September 2011, nilai ketebalan sedimen dasar perairan mencapai 0,84 m. Sedangkan pasca diadakannya reklamasi, peningkatan ketebalan dasar perairan mencapai 2,49 m. Peningkatan terjadi terutama dilokasi muara sungai dan diantara pulau-pulau reklamasi. Seperti diketahui, sumber utama dari adanya sedimentasi berasal dari river discharge sehingga data kelima sungai yang digunakan dalam pemodelan memiliki dampak signifikan pada persebaran peningkatan sedimen terutama di Sungai Pesanggrahan dan Sunter, terlebih bila dilakukannya pembangunan pulau-pulau reklamasi. Dampaknya jika terjadi peningkatan sedimentasi di perairan Teluk Jakarta adalah proses laju pendangkalan akan lebih cepat terjadi mengingat Teluk Jakarta termasuk kedalam perairan dangkal dimana pendangkalan tersebut dapat mengganggu aktivfitas-aktifitas lainnya. IV. KESIMPULAN Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan yang penulis dapatkan dalam penulis studi ini. 1. Pada saat pra reklamasi, kecepatan arus dibagian selatan Teluk berkisar antara 0 0,94 m/s, Sedangkan pasca reklamasi, kecepatan arus menurun menjadi 0 0,88 m/s. Penurunan nilai kecepatan arus rata-rata setelah diadakan reklamasi salah satunya disebabkan karena panjangnya aliran arus yang harus dilalui mengikuti bentuk pulaupulau reklamasi sehingga arus mengalami penurunan energi kecepatan. 2. Perubahan sedimen maksimum yang terjadi di lokasi penelitian didapatkan pada saat pra reklamasi saat musim kemarau yaitu pada bulan September 2011, nilai ketebalan dasar perairan mencapai 0,84 m. Sedangkan pasca diadakannya reklamasi, peningkatan ketebalan dasar perairan mencapai 2,49 m. Peningkatan sedimentasi terjadi terutama berada di Muara Cengkareng dan Kali Sunter. 3. Dengan diadakannya proyek Reklamasi di Teluk Jakarta menimbulkan permasalahan utama yaitu terjadinya penurunan nilai kecepatan arus secara keseluruhan pada area penelitan. namum terjadi peningkatan arus pada beberapa lokasi disekitar pulau reklamasi. Pengadaan reklamasi juga menyebabkan terjadinya peningkatan sedimen dasar perairan yang akan menyebabkan peningkatan proses pendangkalan di area penelitian. V. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, berikut merupakan saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan studi ini. 1. Diperlukan penelitian lanjutan terkait dengan pola sedimentasi di Teluk Jakarta dengan metode baroklinik sehingga diperoleh hasil yang lebih sesuai dengan kondisi lapangan. 2. Diperlukan validasi lapangan secara langsung dengan menggunakan grab sampler dan uji sedimen tersuspensi untuk mengetahui karakteristik sedimen di Teluk Jakarta pada saat kondisi eksisting. 3. Melengkapi keseluruhan sumber sedimen yang bermuara ke Teluk Jakarta, dan menambahkan sumber lain seperti limbah-limbah hasil produksi pabrik yang langsung menuju Teluk Jakarta tanpa melalui sungai. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pusat Hidrografi dan Osenaografi TNI-AL (Pushidrosal), Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane (BBWS Cil-Cis) Kementrerian Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta dan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) atas ketersediaan dalam memberikan data yang diperlukan untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] K. K. Perekonomian, Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, 2014. [2] Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, vol. XIV, no. 1, 2011. [3] B. A. dan Y. M. Lubis, A.A., Estimasi Laju Akumulasi Sedimen Daerah Teluk Jakarta dengan Teknik Radionuklida Alam, vol. 7, no. 3, pp. 309 313, 2007. [4] Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Rencana Tata Ruang Wilayah 2030. Jakarta, 2012. [5] R. and Kowalik, Numerical Modelling of Marine Hydrodynamics, J. Hydraul. Res., 1980. [6] U. M. dan S. Agus, Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan, 2002. [7] and A. C. N. Sravanthi. N., R. Ramakrishnan, A.S. Rajawat, Application of numerical model in suspended sediment transport studies along the Central Keral, Aquat. Procedia, pp. 109 116, 2015.