BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ASIMETRI SEPERTIGA WAJAH BAWAH DAN ASIMETRI LENGKUNG GIGI PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

III. RENCANA PERAWATAN

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ruang Metode Moyers

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan dan struktur wajah dengan sisi berlawanan dari bidang median sagital. 19,24,25

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

II. ORTODONSI INTERSEPTIF

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL. Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Definisi simetri adalah persamaan salah satu sisi dari suatu objek baik dalam segi bentuk, ukuran, dan sebagainya dengan sisi yang berada di belakang median plate. 2 Jadi asimetri berarti ketidakseimbangan antara satu sisi dan sisi lainnya, misalnya pada sisi kiri atau kanan. Hal ini dapat terjadi pada setiap individu. Asimetri fungsional atau morfologi dapat terlihat dalam aktifitas manusia, misalnya dominan menggunakan tangan kanan atau kiri pada saat beraktifitas. 3 Asimetri dentofasial kompleks dapat terjadi baik unilateral maupun bilateral, anteroposterior, superoinferior dan mediolateral. Asimetri wajah dapat pula terjadi pada individu dengan oklusi yang baik, sedangkan asimetri dental juga dapat dijumpai pada individu dengan wajah yang simetri. Bahkan kedua jenis asimetri ini dapat dijumpai pada satu individu yang sama. 5,7 2.2 Etiologi Penyebab asimetri bersifat multifaktorial yang melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Etiologi asimetri wajah dapat diklasifikasikan atas kongenital, perkembangan, dan acquired. 3,13 Tipe kongenital dimulai sejak saat prenatal. Asimetri ini dapat langsung terlihat pada saat lahir, seperti celah langit-langit, hemifasial mikrosomia (Gambar 1), neurofibromatosis dan lain-lain. Tipe perkembangan yang menyebabkan asimetri wajah merupakan penyebab yang bersifat idiopatik dan sering dijumpai pada populasi umum. Penyebab asimetri tipe ini terjadi dalam rentang yang lama sehingga terjadi perubahan skeletal atau jaringan lunak yang bersifat ipsilateral. Misalnya, mengunyah pada satu sisi menyebabkan perkembangan skeletal yang berlebihan pada satu sisi atau kebiasaan tidur pada satu sisi juga merupakan salah satu penyebab. 1,3 2,3,7

6 Gambar 1. Hemifasial mikrosomia 1 Tipe acquired merupakan tipe asimetri yang disebabkan oleh karena penyakit atau adanya trauma. Penyebab asimetri ini merupakan faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor stimulan atau predisposisi terjadinya asimetri. Misalnya, trauma, radioterapi pada masa anak-anak, tumor, ankilosis TMJ (Gambar 2) dan lain-lain. 3,7 Gambar 2. TMJ Ankilosis 1

7 2.3 Asimetri Wajah Asimetri wajah merupakan suatu fenomena yang normal terjadi pada manusia. Asimetri wajah pertama kali diobservasi oleh seniman Yunani dan ia menyatakan bahwa asimetri wajah juga memiliki batasan nilai yang normal. Asimetri dalam batasan nilai yang normal dikenali dengan istilah asimetri normal bukan simetris karena pengertian simetris adalah kedua sisi sama persis maupun dalam ukuran, bentuk, atau posisi landmark 1,2 Asimetri wajah merupakan ketidakseimbangan yang terjadi pada wajah dalam hal ukuran, bentuk dan posisi pada sisi kiri dan kanan. 2,5 Asimetri wajah terjadi akibat adanya diskrepansi pada masa pembentukan tulang atau malposisi pada tulang kraniofasial. Selain itu, asimetri wajah juga dapat disebabkan karena ketidakseimbangan perkembangan jaringan lunak wajah. 1 Asimetri wajah ini dapat terjadi pada individu yang normal dan juga pada orang yang berpenampilan menarik. Asimetri wajah minor atau normal merupakan hal yang biasa dan tidak perlu dilakukan perawatan untuk mengkoreksi. Asimetri wajah yang normal atau abnormal biasanya ditentukan berdasarkan pertimbangan dokter dengan melihat keseimbangan wajah pasien atau dari persepsi pasien sendiri. 7 Penelitian Haraguchi dan Okatoma menyatakan bahwa jika perbedaan satu titik pada sisi kiri dan kanan wajah ke midline wajah kurang dari 2 mm diklasifikasikan sebagai asimetri yang masih dalam batasan normal. 5 Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menciptakan gambar frontal wajah yang simetri pada individu dengan menggunakan program tertentu (Gambar 3). Gambar tersebut lalu dibandingkan dengan gambar yang asli. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gambar wajah yang memiliki asimetri ringan dinyatakan lebih menarik daripada gambar wajah yang simetri. Penelitian Haraguchi melaporkan bahwa pada kasus asimetri wajah yang minor diperoleh hasil sisi kanan lebih lebar daripada sisi kiri dan terdapat deviasi dagu ke arah kiri. 5 Menurut penelitian Servet dan Proffit, dari 1460 pasien yang dirawat di klinik dentofasial University of North Carolina terdapat 34% (n= 196) pasien yang mempunyai asimetri wajah secara klinis. Dari 34% (n=496) pasien yang memiliki asimetri wajah tersebut, 5% (n=23) asimetri terdapat pada 1/3 wajah atas, 14

8 36% (n=178) pada 1/3 wajah tengah (terutama pada hidung), dan 74% (n=365) pada 1/3 wajah bawah. 1/3 wajah bawah menunjukkan frekuensi dan asimetri yang lebih tinggi daripada 1/3 wajah atas dan 1/3 wajah tengah. 9 Penelitian Lundstorm menyatakan bahwa asimetri juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan nongenetik, atau kombinasi dari keduanya.(cit, Bishara 1994) 1 Gambar 3. (a) Gambar asli (b) Gambar wajah sebelah kanan dicerminkan untuk mendapat simetri (c) Gambar wajah sebelah kiri dicerminkan 14 untuk mendapat simetri. Bentuk wajah tergantung pada pola skeletal dan jaringan lunak. Berdasarkan struktur, asimetri wajah dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu, asimetri dental, asimetri skeletal, asmetri jaringan lunak dan asimetri fungsional. 3,13 Banyak kasus asimetri wajah yang disebabkan karena kombinasi faktor dental, skeletal, jaringan lunak dan fungsional. Oleh karena itu, pada saat menegakkan diagnosis harus dilakukan evaluasi secara hati-hati.

9 2.3.1 Asimetri Dental Asimetri dental merupakan ketidakseimbang gigi geligi dan asimetri tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, ketidakseimbangan yang disebabkan oleh jumlah gigi dengan lengkung gigi yang tersedia, ketidakseimbangan jumlah gigi rahang atas dan bawah pada segmen yang sama, ketidakseimbangan lengkung gigi rahang atas dan bawah secara keseluruhan atau sebagian. 2 Asimetri lengkung gigi biasanya dapat ditemui pada pasien yang mempunyai maloklusi yang berat, misalnya asimetri dental pada pasien maloklusi Klas II (Gambar 4). 4 Gambar 4. Asimetri dental pada pasien maloklusi Klas II 15 Asimetri dentofasial lebih banyak dijumpai pada mandibula daripada maksila. Hal ini disebabkan karena mandibula lebih banyak didukung jaringan lunak dibandingkan maksila yang jaringan lunak di sekitarnya lebih sedikit. Asimetri pada maksila biasanya merupakan akibat dari pertumbuhan mandibula yang tidak seimbang. 10 Struktur gigi berperan dalam mendukung dan membentuk 1/3 wajah bawah. Dalam pemeriksaan klinis perlu diperhatikan relasi lengkung gigi (vertikal, transversal dan sagital), kehilangan gigi, serta bentuk gigi yang abnormal. 16 Asimetri dental dapat disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lokal. Faktor genetik inilah yang mempengaruhi diameter lebar mesiodistal gigi sehingga menyebabkan terjadinya asimetri dental. 1 Faktor lokal yang dipengaruhi oleh

10 lingkungan mencakup premature loss gigi desidui, kebiasaan menghisap atau mengunyah sebelah sisi yang disebabkan karies, ekstraksi atau trauma. 2,3 Penelitian Garn melaporkan bahwa asimetri ukuran gigi tidak melibatkan semua gigi yang terdapat dalam satu lengkung. Gigi pada klas morfologi yang sama biasanya menunjukkan asimetri yang sama, misalnya gigi premolar satu maksila kanan yang lebih besar dari normal biasanya diikuti dengan gigi premolar dua maksila kanan yang juga lebih besar. Hal tersebut juga terjadi pada gigi molar. Namun kelainan yang terjadi pada gigi premolar tidak seharusnya berpengaruh pada gigi molar. Selain itu, asimetri lebih sering dijumpai pada daerah yang lebih distal dari klas morfologi yang sama, misalnya, insisivus lateralis, premolar dua, dan molar tiga. 17 2.3.2 Asimetri Skeletal Asimetri skeletal merupakan asimetri yang terjadi pada tulang pembentukan wajah. Asimetri skeletal dapat terjadi pada satu tulang saja seperti maksila atau mandibula, ataupun melibatkan beberapa tulang pembentukan wajah. Selain itu, asimetri skeletal juga dapat melibatkan beberapa tulang pada satu sisi wajah seperti hemifasial mikrosomia (Gambar 5). 3 Asimetri skeletal dapat dinyatakan sebagai hasil akhir dari semua asimetri baik asimetri dental, fungsional, dan jaringan lunak. Apabila asimetri dental, fungsional dan jaringan lunak tidak dirawat maka akan berkembang lebih parah dan akhirnya akan terjadi asimetri skeletal, seperti deviasi dan perkembangan skeletal yang unilateral. 1,18 2.3.3 Asimetri Jaringan Lunak Asimetri jaringan lunak merupakan ketidakseimbang pembentukan otot pada wajah. Asimetri jaringan lunak biasanya menyebabkan disproporsi wajah dan diskrepansi midline. Asimetri jaringan lunak biasanya juga dapat disertai dengan penyakit seperti hemifasial atrofi atau cerebral palsy. 1 Selain itu, fungsi otot yang abnormal dapat meyebabkan deviasi dental dan skeletal. 3

11 2.3.4 Asimetri Fungsional Asimetri fungsional merupakan suatu keadaan dimana terjadi pengerakan mandibula ke arah lateral atau anterior-posterior yang disebabkan oleh karena adanya gangguan oklusi sehingga menghalangi tercapai oklusi sentrik yang benar. 1 Deviasi fungsional ini dapat disebabkan karena lengkung maksila yang sempit atau faktor lokal seperti malposisi gigi. 3 Gambar 5. Asimetri skeletal disebabkan hemifasial mikrosomia 1 2.4 Diagnosis Diagnosis diperlukan untuk mengetahui apakah pasien tersebut perlu dilakukan perawatan ortodonti atau tidak. Oleh karena itu, pasien yang terdeteksi mempunyai asimetri wajah memerlukan pemeriksaan klinis, fotografi, radiografi dan tomografi 3-D untuk membantu dalam menegakkan diagnosis yang akurat.. 2.4.1 Analisis Foto Frontal Analisis foto frontal bertujuan untuk menilai dimensi wajah dalam arah transversal dan vertikal secara menyeluruh. Hal yang dapat dilihat adalah relasi antara lebar bitemporal, bizygomatic, bigonial dan mentale, serta membandingkan 13

12 ketinggian wajah, menentukan bentuk wajah (lebar atau sempit, panjang atau pendek, segi empat atau segi tiga). 16,19 Pada umumnya pasien tidak menyadari bahwa mereka memiliki asimetri sampai saat diperiksa. Oleh karena itu, pengunaan foto frontal dapat membantu dalam memberikan penjelasan kepada pasien mengenai asimetri wajahnya. Dalam pemeriksaan foto frontal, midline wajah perlu ditentukan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan sebagai dasar untuk membandingkan titik-titik pada sisi kiri dan kanan wajah dalam menganalisis foto frontal (Gambar 6). 14,16 Gambar 6. Titik-titik yang digunakan untuk analisis 14 foto frontal. 2.4.2 Pemeriksaan Klinis Diagnosis asimetri wajah dan dental dapat diperoleh dengan pemeriksaan klinis dan radiografi untuk menentukan penyebab utamanya apakah berkaitan dengan jaringan lunak, skeletal, dental atau fungsional. Pemeriksaan klinis dapat membantu kita dalam mengidentifikasi asimetri secara vertikal, sagital atau transversal.

13 Pemeriksaan klinis dimulai dari keluhan utama pasien dan dilanjutkan dengan pemeriksaan riwayat medis. Pemeriksaan klinis termasuk pemeriksaan visual pada seluruh wajah, palpasi untuk menentukan defek jaringan lunak atau tulang, pemeriksaan midline dental dan midline wajah. 1,7 2.4.2.1 Evaluasi Midline Dental Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan klinis evaluasi midline dental adalah sebagai berikut, saat membuka mulut, relasi sentrik, kontak initial, dan oklusi sentrik. Asimetri yang disebabkan oleh struktur skeletal atau dental yang tidak disertai oleh faktor lain akan menunjukkan diskrepansi midline waktu relasi sentrik dan oklusi sentrik. 1-3 Asimetri yang disebabkan oleh gangguan oklusal dapat menyebabkan pengeseran mandibula. Arah pergeseran boleh sama atau berlawanan dengan arah asimetri dental atau diskrepansi skeletal. Evaluasi kondisi TMJ juga perlu dilakukan untuk mencegah asimetri fungsional. 1,2 2.4.2.2 Evaluasi Oklusi Vertikal Bidang oklusal yang miring menunjukkan adanya perbedaan tinggi condylus dan ramus pada sisi kanan dan kiri. Asimetri ini dapat diobservasi dengan menginstruksi pasien mengigit sebuah tongue blade dan memeriksa relasi berdasarkan dataran interpupil. 1,2 2.4.2.3 Evaluasi Oklusi dalam Arah Transversal dan Sagital Evaluasi dental dalam arah transversal perlu dilakukan untuk mengetahui apakah penyebab asimetri bersifat skeletal, dental dan/atau fungsional. Contoh kelainan yang dapat dijumpai adalah crossbite posterior yang bersifat unilateral. Selain itu dapat ditemukan asimetri lengkung gigi yang disebabkan oleh faktor lokal, misalnya, Prematur loss desidui atau rotasi lengkung gigi dan pendukung basis tulang. Lundstorm menyatakan bahwa penggunaan median maxillary raphe sebagai garis referensi masih kurang reliable untuk mengevaluasi asimetri dalam arah

14 anteroposterior atau arah lateral.(cit, Bishara 1994) 1 Oleh karena itu, lengkung gigi juga harus diperhatikan secara menyeluruh saat pemeriksaan klinis, dengan menggunakan model gigi untuk melihat kesimetrisan posisi molar dan kaninus kiri dan kanan. 1,2 2.4.2.4 Evaluasi Skeletal dan Jaringan Lunak Secara Transversal Asimetri mandibula dapat diobservasi secara klinis dengan melihat dari arah frontal dan memperhatikan relasi titik yang terletak pada dagu dengan struktur wajah yang lain. Perbandingan struktur bilateral, deviasi di dorsum dan ujung hidung dapat dinilai dengan mengevaluasi jaringan lunak. 1,2 2.4.3 Pemeriksaan Radiografi Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dalam diagnosis perawatan ortodonti dan diperlukan sebagai pemeriksaan penunjang, terutama untuk melihat ada tidaknya asimetri skeletal dan jaringan lunak. 1 Radiografi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, intra-oral dan extra-oral. Pemeriksaan radiografi extra-oral seperti sefalometri dan panoramik sering digunakan untuk mengevaluasi asimetri skeletal dan jaringan lunak pada wajah karena dengan foto radiografi tersebut kita dapat melihat perbedaan yang terdapat pada sisi kiri dan sisi kanan. 2.4.3.1 Radiografi Sefalometri Sefalometri merupakan radiografi yang digunakan untuk melihat relasi antara skeletal, dental dan jaringan lunak. Landmark anatomi pada skeletal, dental, dan jaringan lunak akan digunakan untuk membentuk garis, bidang, angulasi dan jarak. Garis, bidang, angulasi dan jarak ini dapat diklasifikasikan menurut morfologi kraniofasial. 20

15 2.4.3.1.1 Sefalometri lateral Sefalometri lateral dapat digunakan untuk mendiagnosis asimetri pada ramus dalam arah vertikal, panjang mandibula, dan angulasi gonial. 15 Namun, sefalometri lateral hanya dapat memberikan informasi yang sedikit. 1,3 Hal ini disebabkan struktur pada kiri dan kanan berlapis menjadi satu, jarak film berbeda dan sumber sinar X menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pembesaran. Selain itu, penggunaan ear rod dapat membuat external auditory meatus kelihatan simetris. 1,3 Oleh karena itu, penggunaan sefalometri lateral untuk membantu diagnosis suatu asimetri sangat terbatas. 2.4.3.1.2 Radiografi Posteroanterior Radiografi posteroanterior digunakan untuk mempelajari struktur kiri dan kanan di kepala. Perbandingan kiri dan kanan dengan menggunakan radiografi posterior-anterior akan lebih akurat daripada menggunakan radiografi yang lain. Hal ini disebabkan karena jarak film dengan sumber sinar X adalah sama dan menyebabkan efek pembesaran yang tidak rata dapat diminimalkan serta distorsi dapat dikurangi. 3 2.4.3.2 Radiografi Panoramik Radiografi panoramik adalah suatu radiografi yang menunjukkan struktur maksila dan mandibula serta lengkung gigi. 20 Biasanya panoramik digunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis. Radiografi panoramik biasanya digunakan mengevaluasi derajat trauma, melokasikan molar tiga, penyakit osseous, lesi periapikal, perkembangan gigi (terutama fase gigi bercampur), sendi temporomandibula (TMJ) dan perkembangan lain yang abnormal. 20 Radiografi panoramik merupakan radiografi yang sangat berguna untuk mendeteksi asimetri yang berkaitan dengan faktor dental dan basis tulang alveolar. Selain itu, radiografi panoramik juga dapat membantu untuk melihat kondisi patologis, resiko kehilangan gigi dan supernumery teeth dengan jelas. 3

16 2.5 Perawatan Berdasarkan Struktur Wajah Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis, kita dapat mengetahui etiologi terjadinya asimetri pada pasien sehingga rencana perawatan disesuaikan dengan diagnosis yang diperoleh. Dalam penilaian asimetri harus dilihat apakah asimetrinya meliputi skeletal, lengkung gigi, diskrepansi antara oklusi sentrik dan relasi sentrik, atau kombinasi. 3 2.5.1 Perawatan Asimetri Dental Asimetri dental seperti kehilangan gigi secara kongenital biasanya dirawat dengan piranti ortodonti. Perawatan asimetri lengkung gigi memperhatikan perawatan symmetric extraction sequence dan asimetri mekanis seperti Klas III angle dirawat dengan elastik pada satu sisi. Bentuk gigi yang asimetri dapat diperbaiki dengan menggunakan komposit untuk mengembalikan bentuknya atau digantikan dengan protesa. 3,7 2.5.2 Perawatan Asimetri Fungsional Asimetri fungsional yang ringan biasanya dapat diperbaiki dengan koreksi oklusi. Pada kasus yang lebih berat, piranti ortodonti dibutuhkan untuk merawat asimetri fungsional. Pada asimetri fungsional yang disebabkan oleh kebiasaan buruk, oklusal splint dibutuhkan untuk mengevaluasi perawatan. Asimetri fungsional yang melibatkan skeletal membutuhkan perawatan yang lebih kompleks seperti ekspansi maksila, pesawat fungsional, bedah ortognatik dan/atau kombinasi. 3 2.5.3 Perawatan Asimetri Skeletal Pada kasus asimetri skeletal yang ringan, penggunaan perawatan ortodonti sudah cukup untuk memperbaiki asimetri tersebut. Tetapi untuk kasus yang lebih parah, perawatan ortodonti hanya dapat memperbaiki sebagian asimetri ini. Sebaiknya asimetri skeletal ditanggulangi sejak awal karena untuk memperbaiki asimetri skeletal dibutuhkan pembedahan. Oleh sebab itu, pemilihan perawatan

17 dengan pesawat ortopedik pada pasien yang memiliki asimetri skeletal pada masa tumbuh kembang dapat mengkoreksi masalah skeletal. 3 2.5.4 Perawatan Jaringan Lunak Deformitas yang disebabkan oleh ketidakseimbangan jaringan lunak dapat dirawat dengan pembedahan augmentasi atau reduksi. Pembedahan augmentasi termasuk pencangkokan tulang dan implant untuk mengembalikan kontur pada daerah yang diinginkan pada wajah. 3