BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data Kementerian Kesehatan mencatat kasus DBD mencapai angka 117.830 di Indonesia dengan angka kematian sebesar 953 jiwa pada 2008. Pada 2010, angka ini meningkat menjadi 156.086 kasus dengan 1.358 jiwa kematian. DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DEN) yang mempunyai gejala seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia, trombositopenia, ruam dan diatesis hemorhagik. Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue yang dapat menyebabkan menurunnya jumlah trombosit pada penderitanya (Kristina, 2004). Penderita DBD mengalami perubahan pada sifat dinding pembuluh darahnya yaitu jadi mudah ditembus cairan (plasma) darah. Perembesan ini terjadi sebagai akibat reaksi imunologis antara virus dan sistem pertahanan tubuh. Akibatnya, plasma masuk ke dalam jaringan berongga/longgar yang akan menimbulkan gejala, misalnya rasa tidak enak di rongga perut jika terjadi penumpukan plasma di organ lambung. Perembesan cairan darah secara normal akan berhenti pada fase penyembuhan. Perembesan plasma yang terus-menerus menyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Trombosit adalah komponen darah yang berfungsi dalam 1
2 proses penggumpalan darah jika pembuluh kapiler pecah. Penurunan trombosit terjadi di hari keempat sampai kelima setelah gejala DBD muncul dan berlangsung selama 3-4 hari, Jika jumlah trombosit terus menurun hingga tidak dapat menghentikan rembesan plasma akibat bocornya pembuluh kapiler, maka terjadilah perdarahan. Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah perdarahan. Pada proses hemostasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit, dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan otot. Perdarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem pembekuan darah. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vascular, trombosit, dan koagulasi (Rakhmatul, 2013). Peran vascular adalah vaso konstriksi untuk mempersempit aliran darah, sehingga perdarahan berkurang. Peran trombosit adalah membentuk sumbat trombosit sedangkan sistem koagulasi berperan dalam membentuk fibrin yang akan memperkuat sumbat trombosit. Jumlah trombosit yang dikatakan turun adalah < 100.000/ µl. Keadaan ini mengakibatkan adanya gangguan fungsi trombosit. Penderita DBD yang mengalami perdarahan meluas, maka penggunaan trombosit (utility) dalam upaya
3 penghentian perdarahan menjadi meningkat, sehingga jumlahnya akan menurun. Pemeriksaan terhadap trombosit pada DBD dianjurkan untuk tidak hanya menilai jumlah trombositnya saja, tetapi dilanjutkan dengan pemeriksaan fungsi trombosit (kualitatif). Pemeriksaan Laboratorium yang menunjang perubahan koagulasi ini adalah pemeriksaan rumple leed, pemeriksaan CT dan BT, pemeriksaan trombosit, pemeriksaan faktor-faktor koagulasi, pemeriksaan kadar fibrinogen maupun penghambat faktor koagulasi. Hitung jumlah trombosit dapat digunakan sebagai alat bantu untuk diagnosis dengue karena menunjukkan sensitivitas yang tinggi mulai dari hari ke- 4 demam sebesar 67,7 %, bahkan pada hari ke-7 menunjukkan angka 100% (Bima Valentino, 2012). Salah satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit adalah rekalsifikasi. Terjadi fibrinolisis dan gangguan koagulasi pada penderita DBD, yang tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan atitrombin III. Pemeriksaan rekalsifikasi dilakukan untuk mengetahuinya. Terjadinya penurunan trombosit juga mempengaruhi hasil pemeriksaan rekalsifikasi, semakin sedikit trombosit semakin panjang waktu rekalsifikasinya. Waktu mulai terjadinya perdarahan hingga terbentuk sumbat trombosit dan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga darah berhenti mengalir, disebut sebagai waktu perdarahan (bleeding time). Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk menilai kuantitas trombosit adalah masa pendarahan (bleeding time).
4 Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi (pemeriksaannya dengan menusukkan jarum ke lobus telinga atau tangan) menunjukkan fungsi dari kapiler dan trombosit. BT memanjang pada gangguan fungsi trombosit. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka disimpulkan suatu masalah bagaimana hubungan jumlah trombosit terhadap bleeding time dan rekalsifikasi pada C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah trombosit terhadap bleeding time dan rekalsifikasi pada penderita DBD. 2. Tujuan Khusus : a. Menghitung jumlah trombosit pada sampel b. Mengukur lama waktu pemeriksaan bleeding time pada sampel c. Mengukur lama waktu pemeriksaan rekalsifikasi pada sampel d. Menganalisis hubungan jumlah trombosit dengan bleeding time dan rekalsifikasi pada
5 D. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Memperkaya pengetahuan dalam bidang hematologi, terutama mengenai hubungan jumlah trombosit terhadap bleeding time dan rekalsifikasi pada b. Bagi masyarakat Memberikan informasi bagi dunia kesehatan berupa data ilmiah mengenai adanya hubungan jumlah trombosit dengan bleeding time dan rekalsifikasi pada E. Originalitas Penelitian Tabel 1. Originalitas Penelitian Penelitian Judul Hasil Ignatius Faizal Yuwono, 2007 Penurunan Jumlah Trombosit sebagai Faktor Risiko Terjadinya Perdarahan pada Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa di RSUP Dr.Kariadi Semarang Penurunan jumlah trombosit mempunyai hubungan yang signifikan dengan risiko terjadinya perdarahan berat pada pasien DBD Perbedaan penelitian yang akan saya lakukan dengan penelitian tersebut adalah bahwa penelitian tersebut menjelaskan tentang penurunan jumlah trombosit sebagai faktor risiko terjadinya perdarahan pada pasien DBD, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah mengetahui hubungan jumlah trombosit dengan pemeriksaan perdarahan, dengan menambahkan 2 variabel terikatnya yaitu bleeding time dan rekalsifikasi untuk mengukur
6 penurunan jumlah trombosit sebagai faktor risiko terjadinya perdarahan pada