1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha yang mengembangkan usahanya dibidang ternak perah khususnya sapi perah. Saat ini produksi susu nasional Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Banyak faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya produksi susu nasional, salah satunya produktivitas susu dari setiap ekor sapi yang masih rendah. Produksi susu Indonesia pada tahun 2013 adalah sebanyak 604,57 ribu ton (BPS, 2013). Produksi susu nasional tersebut sangat jauh dari angka permintaan susu segar yang sudah mencapai 3,3 juta ton per tahun. Kondisi tersebut menjadi faktor pendorong dalam upaya peningkatan produksi susu dan sekaligus memberikan peluang kepada para peternak sapi perah untuk mengembangkan usahanya. Rendahnya produksi susu di Indonesia salah satunya disebabkan oleh masih kurangnya penggunaan teknologi pengolahan pakan. Padahal penggunaan teknologi pengolahan pakan ini sangat erat kaitannya dengan ketersediaan pakan (stok) dan kualitas pakan. Pakan yang diberikan pada sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan utama sebagai sumber serat kasar, sedangkan konsentrat diberikan sebagai pakan tambahan sumber protein.
2 Konsentrat dan hijauan saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sapi. Saat ini tidak stabilnya kualitas, kuantitas, dan harga pakan membuat peternak perlu memberikan perlakuan lebih untuk menjaga pakan tetap memiliki kualitas baik dan disukai ternak. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode pemberian pakan secara complete feed dengan campuran probiotik. Metode pemberian dengan complete feed ini yaitu mencampurkan hijauan dan konsentrat sehingga pekerjaan peternak dalam pemberian pakan lebih efisien. Pemberian pakan dengan metode complete feed memang memiliki keuntungan dalam efisiensi tenaga kerja, akan tetapi complete feed masih memiliki kelemahan dari segi ketahanan pakan yaitu mudah rusak karena memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Air tersebut berasal dari rumput sehingga membuat kondisi complete feed sedikit basah. Selain itu rumput yang memiliki kualitas buruk juga dapat mempengaruhi kualitas dari complete feed itu sendiri. Maka untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dari complete feed, diperlukan penambahan probiotik. Probiotik ini dapat membantu proses fermentasi bahan-bahan pakan yang ada pada complete feed. Kualitas pakan yang baik dan kuantitas yang sesuai kebutuhan dapat meningkatkan produksi susu. Semakin tinggi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi khususnya pakan akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada peternak. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan efisiensi faktor-faktor
3 produksi diperlukan kajian mendalam tentang pengaruh penambahan probiotik pada complete feed sapi perah. UPTD Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah (BPPIB TSP) Bunikasih adalah lembaga pemerintah yang membantu pengembangan peternakan sapi perah pada sektor perbibitan sapi perah. BPPIB - TSP sangat cocok digunakan dalam melaksanakan penelitian dikarenakan memiliki fasilitas yang memadai yang dapat dijadikan sebagai komponenkomponen penelitian. Berdasarkan faktor-faktor pendukung tersebut balai ini dijadikan sebagai tempat pelaksanakan penelitian. 1.2. Identifikasi Masalah Penelitian Dari uraian pada latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh penggunaan probiotik pada complete feed terhadap konsumsi pakan sapi perah laktasi? 2. Adakah pengaruh penggunaan probiotik pada complete feed terhadap kuantitas dan kualitas produksi susu sapi perah laktasi? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh penggunaan probiotik pada complete feed terhadap konsumsi pakan pada sapi perah laktasi.
4 2. Mengetahui pengaruh penggunaan probiotik pada complete feed terhadap kuantitas dan kualitas produksi susu. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian yang dilakukan yaitu dapat memberikan pengetahuan secara ilmiah tentang bagaimana pengaruh penggunaan probiotik pada complete feed terhadap konsumsi dan produksi susu sapi perah. Mendapatkan inovasi dalam pemberian pakan sapi perah sehingga diharapkan dapat meningkatkan konsumsi dan produksi susu. 1.5. Kerangka Pemikiran Susu merupakan salah satu komponen pangan dalam empat sehat lima sempurna. Susu penting bagi tubuh manusia karena memiliki kandungan gizi yang sempurna diantaranya protein, laktosa, vitamin, lemak esensial, kalsium, dan mudah dicerna oleh tubuh. Produksi susu nasional hanya mampu memenuhi sekitar 19% dari kebutuhan nasional akan susu segar, hal ini membuat pemerintah terus melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan produksi susu nasional. Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh 70% faktor lingkungan dan 30% faktor genetik. Pengaruh faktor lingkungan terdiri dari pemberian pakan, teknis pemeliharaan, kesehatan ternak dan iklim. Faktor pemberian pakan sangat berpengaruh sekitar 60% terhadap produksi susu. Produktivitas sapi yang rendah bisa disebabkan karena pemberian pakan yang kurang baik. Produksi susu sapi perah akan optimal dengan kuantitas yang tinggi dan kualitas susu yang baik apabila ransum yang diberikan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Oleh
5 karena itu untuk memperoleh ransum yang efisien dan ekonomis, pakan yang diberikan harus diperhitungkan dengan cermat berdasarkan kebutuhan ternak untuk tumbuh, hidup pokok, produksi susu dan reproduksi. Usaha peternakan sapi perah sangat bergantung kepada ketersediaan hijauan. Hijauan adalah sumber serat kasar yang nantinya akan dirombak menjadi energi. Rasio untuk hijauan dalam bahan kering ransum harus berkisar 40-70%, jika rasio kurang dari 40% maka kadar lemak susu akan turun, sedangkan jika rasio lebih dari 70% produksi susu yang akan menurun. Pemberian yang baik harus tetap memperhatikan kesesuaian antara produksi dan kualitas susu. Kendala yang dihadapi oleh peternak yaitu produksi hijauan yang tidak stabil setiap musimnya. Pada musim hujan produksi hijauan sangat tinggi dengan kandungan bahan kering yang rendah, sedangkan pada musim kemarau produksi hijauan rendah tetapi kandungan bahan keringnya tinggi. Selain itu rendahnya kualitas hijauan yang biasa diberikan membuat peternak harus memberikan pakan tambahan atau pelengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah yakni konsentrat. Konsentrat adalah pakan yang mengandung energi, protein, dan zat makanan yang memiliki nilai kecernaan tinggi akan tetapi kandungan serat kasarnya rendah. Konsentrat berfungsi melengkapi kebutuhan nutrisi untuk produksi susu maksimum yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan, sehingga komposisi nutrisi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak.
6 Hijauan pada umumnya memiliki kandungan nutrisi yang rendah dibandingkan dengan konsentrat. Sapi perah yang diberikan hijauan tanpa adanya tambahan konsentrat maka kondisinya akan kekurangan nutrisi, begitupun sebaliknya sapi yang hanya diberikan konsentrat tanpa diberikan hijauan maka akan kekurangan serat kasar. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam satu waktu pemberian diperlukan metode pemberian pakan secara complete feed. Complete feed merupakan sistem pemberian pakan dalam bentuk tunggal dari hasil pencampuran bahan-bahan pakan untuk menghindari seleksi pakan oleh ternak, meningkatkan nilai nutrisi, palatabilitas, efisiensi pakan, serta memudahkan pemberian pakan di lapangan (Owens, 1979). Saat ini metode pemberian pakan pada peternakan sapi perah rakyat masih menggunakan cara pemberian terpisah antara hijauan dan konsentrat. Hal ini menyebabkan pekerjaan peternak lebih banyak sehingga kurang efisien. Padahal faktor tenaga kerja ini sangat berperan dalam proses produksi. Pemberian pakan dengan cara complete feed dapat dilakukan untuk mengefisienkan pekerjaan peternak, artinya peternak lebih sedikit mengeluarkan tenaga dalam pemberian dan pembersihan sisa pakan. Complete feed memiliki kondisi yang lembab dengan kadar air yang cukup tinggi, maka kondisi tersebut membuat pakan lebih cepat rusak. Kekurangan dari complete feed dapat diantisipasi dengan dua cara. Pertama dengan memberikan complete feed sesegera mungkin setelah pembuatan, dan kedua dengan cara menambahkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen
7 dalam complete feed. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen adalah probiotik. Pakan tambahan diperlukan berupa bahan yang mengandung koloni mikroba tertentu yang disebut probiotik untuk meningkatkan daya cerna sehingga produktivitas meningkat (Sarwono dan Arianto, 2003). Sistem pencernaan sapi perah sangat bergantung kepada aktivitas degradasi mikroba pada rumen karena sistem pencernaannya tidak secara khusus memproduksi enzim untuk mencerna serat kasar. Proses pencernaan dalam rumen ini merupakan gabungan antara proses mekanik, enzimatik, dan proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Peranan probiotik dalam sistem pencernaan sapi yaitu akan menstimulasi bakteri rumen yang akan berpengaruh terhadap peningkatan perombakan asam laktat menjadi asam asetat, asam propionat dan asam butirat sehingga mengakibatkan stabilisasi ph rumen, peningkatan penggunaan amonia yang berperan dalam sintesis protein, dan peningkatan populasi mikroba yang berperan terhadap peningkatan kecernaan. Hasil dari peranan mikroba tersebut membuat konsumsi pakan akan meningkat, dan daya cerna juga akan semakin meningkat. Probiotik secara umum adalah bahan feed additive berupa jasad hidup mikrobial yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi inangnya dengan meningkatkan keseimbangan mikrobial pada sistem pencernaan ternak tersebut. Probiotik yang terdapat pada saluran pencernaan dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen dengan mencegah kolonisasi di dinding usus, mempengaruhi
8 enzim dalam usus, dan meningkatkan performa ternak. Artinya dengan kualitas dan kuantitas pakan yang sama penambahan probiotik akan mempertahankan kualitas pakan selama penyimpanan dalam bentuk complete feed, meningkatkan palatabilitas ternak terhadap complete feed, dan meningkatkan daya cerna. Beberapa laporan hasil penelitian penggunaan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi pakan, kecernaan, dan penyerapan gizi, yang akhirnya akan meningkatkan produksi susu (Newbold, 1990; Wallace, 1994; Le Xuang Cuong, 1994). Berdasarkan uraian tentang complete feed, dengan kualitas pakan yang terjaga, palatabilitas ternak yang tinggi, dan peningkatan daya cerna, maka konsumsi pakan juga semakin banyak. Artinya dengan semakin banyak pakan yang dimakan, semakin banyak pula nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Dengan demikian banyaknya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh terhadap produktifitas ternak. Dapat diambil hipotesis penambahan probiotik pada complete feed dapat meningkatkan konsumsi dan produksi susu pada sapi perah laktasi. 1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Teknis Dinas Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah (BPPIB-TSP) Bunikasih, Cianjur. Penelitian dilaksanakan selama 10 minggu dari tanggal 23 Juni 2015 1 September 2015.