Jurnal Penelitian Pendidikan (JPPI) Vol. 1, No. 1, Januari 2016 ISSN2477-2240 SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas metode latihan atau drill dengan bermain kartu pengurangan dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam mengurangkan bilangan dua angka dalam proses pembelajaran Matematika. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, dalam penelitian tersebut dilakukan dalam siklus-siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 4 bagian yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode drill dengan bermain kartu pengurangan dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam mengurangkan bilangan dua angka dalam pembelajaran Matematika kelas I. Terbukti dari peningkatan proses pembelajaran dengan nilai rata-rata ulangan pada setiap siklus yaitu pada siklus I 64,62 dan siklus II 73,08 kemudian pada siklus III 81,79. Selain itu peningkatan ketuntasan belajar juga terlihat pada setiap siklusnya : siklus I 3,89 %, siklus II 1,28 % dan siklus III 87,17 %. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan metode drill dengan bermain kartu pengurangan dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam mengurangkan bilangan dua angka dalam pembelajaran Matematika kelas 1. 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Kata Kunci:Metode Drill, Bermain Kartu, Hasil Belajar PENDAHULUAN Tujuan pendidikan nasional dijelaskan dalam Permendiknas no 22 tahun 2007 bahwa untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani rohani. Kenyataan menunjukkan tidak semua materi pelajaran dapat dituntaskan dalam setiap kali proses pembelajaran. Terutama kegiatan pembelajaran Matematika sering tidak tuntas. Terbukti dari rendahnya daya serap siswa, hal tersebut dapat diketahui dari hasil analisis nilai ulangan. Siswa dinyatakan tuntas atau belum tuntas suatu materi pelajaran diukur dari taraf serapnya. Tuntas berarti seorang anak mampu menyerap 7 % materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru atau pada proses evaluasi mendapat nilai 7. Fakta dilapangan hasil evaluasi belajar Matematika kelas 1 menunjukkan siswa kelas 1 SD Negeri 02 Wiradesa UPT Pendidikan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2009/2010 materi mengurangkan bilangan dua angka dengan cara bersusun pendek tanpa teknik meminjam, yang mendapat nilai kurang dari 7 ada 2 orang siswa dari 39 siswa keseluruhan kelas 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa 6 % siswa kelas 1 belum tuntas untuk materi mengurangkan bilangan dua angka dengan cara bersusun pendek tanpa teknik meminjam. 70 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti berusaha melakukan perbaikan pembelajaran dengan Penggunaan metode drill dengan bermain kartu pengurangan untuk meningkatkan ketrampilan mengurangkan bilangan dua angka dengan cara bersusun pendek tanpa teknik meminjam dalam proses pembelajaran Matematika kelas 1 semester 1 di SD Negeri 02 Wiradesa UPT Pendidikan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Dari berbagai masalah yang dikemukakan pada latar belakang masalah tersebut, fokus penelitian ini adalah apakah penerapan metode latihan (drill) dengan bermain kartu pengurangan dapat meningkatkan ketrampilan dan ketuntasan belajar siswa dalam mengurangkan bilangan dua angka pada pembelajaran Matematika kelas 1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode latihan (drill) dengan bermain kartu pengurangan untuk meningkatkan ketrampilan dan ketuntasan siswa mengurangkan bilangan dua angka dalam proses pembelajaran Matematika kelas 1. Matematika adalah apa yang kita lakukan sehari-hari yang berkenaan dengan pola-pola, urutan, struktur atau bentuk-bentuk dan relasi-relasi di antara mereka. Matematika berkembang dari hal-hal yang konkret dan abstrak. Dan sekarang ini Matematika menjadi lebih abstrak lagi. Penilaian masyarakat terhadap Matematika sangat bergantung pada kegunaannya untuk memecahkan problem-problem nyata. Oleh karena itu hubungan Matematika dengan dunia nyata menjadi cukup penting. Ketepatan (eksak) penting dalam matematika. Sedangkan keketatan (rigor) Matematia dalam penalaran adalah persyaratan untuk menjadi tepat secara logis. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Untuk melaksanakan hal tersebut perlu memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengajarkan Matematika kepada siswa kelas 1, diantaranya metode ceramah plus diskusi dan tugas. Kemudian metode ceramah digabung dengan demonstrasi dan latihan juga dapat dilakukan, hal tersebut harus dilakukan dengan tertib. Urutan metode ceramah plus diskusi dan tugas adalah guru menguraikan materi pembelajaran, kemudian mengadakan diskusi dan akhirnya memberi tugas kepada peserta didik. Adapun urutan pelaksanaan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan adalah guru menguraikan materi pembelajaran dengan memperagakan dan kemudian latihan (drill). Metode latihan atau Drill Method adalah suatu metode mengajar dimana peserta didik diajak sering melakukan latihan. Dengan sering latihan peserta didik dapat memperoleh kecakapan motoris seperti menulis, menghitung dan menghafalkan huruf. Melalui metode ini peserta didik juga dapat memperoleh kecakapan mental seperti dalam penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan perkalian. Selain itu metode latihan juga dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan, meningkatkan ketrampilan dalam menjumlah, mengurangi, membagi dan mengalikan bilangan. Penerapan metode drill pada pembelajaran Matematika, siswa diharapkan dapat memperoleh kecakapan mental, seperti terampil dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. Menerapkan metode drill pada pembelajaran juga dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Kelebihan metode latihan ketrampilan atau drill sebagai berikut : 1) bisa digunakan untuk memperoleh kecakapan motoris seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat; 2) bisa digunakanmemperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya; 3) dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. 71
Untuk menghindari hal yang monoton dan membosankan. Maka penerapan metode latihan ketrampilan atau drill ini dikombinasikan dengan metode bermain kartu model arisan. Pengkombinasian ini dilakukan agar terjadi variasi dalam proses pembelajaran. Penggunaan kartu pengurangan ini merupakan inovasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Kartu pengurangan ini adalah sebuah kertas karton atau kertas manila berbentuk persegi panjang yang berukuran 1 cm x 30 cm. Kertas yang digunakan diusahakan berwarna-warni, dengan harapan siswa lebih tertarik terhadap alat tersebut dan proses pembelajarannya. Pada kertas tersebut dituliskan soal-soal pengurangan dua angka. Materi soal diambilkan dari materi kelas 1. Langkah langkah pembelajaran metode latihan ketrampilan atau drill dengan menggunakan kartu pengurangan adalah sebagai berikut : a) Kegiatan awal, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah tanya jawab tentang materi yang telah lalu, yang berkaitan dengan materi sekarang; b) Kegiatan Inti, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara menyelesaikan masalah; mengerjakan latihan soal yang tertulis dipapan tulis; siswa dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari siswa paling banyak. Setiap kelompok berlatih mengerjakan soal latihan dengan bermain kartu pengurangan. Kemudian siswa dalam kelompok tersebut berdiskusi dan mengerjakan soal tersebut di buku masing-masing; kartu pengurangan diambil oleh guru kemudian ditukar dengan kartu pengurangan milik kelompok lain. Siswa berlatih lagi mengerjakan soal dengan bermain kartu pengurangan yang berbeda; beberapa siswa dari kelompok berbeda mengerjakan soal dipapan tulis; c) Kegiatan akhir, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa mengerjakan evaluasi; diskusi bersama-sama tentang hasil evaluasi; guru memberi PR dikerjakan di rumah. Berdasarkan uraian di atas hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran drill dengan bermain kartu pengurangan dapat meningkatkan ketrampilan dan ketuntasan belajar siswa dalam pengurangan dua angka tanpa teknik meminjam pada proses pembelajaran Matematika kelas 1 semester 1 di SD Negeri 02 Wiradesa UPT Pendidikan Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2009/2010. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri 02 Wiradesa, UPT Pendidikan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, tahun pelajaran 2009/2010. Waktu penelitian antara bulan Juli sampai dengan Desember 2009 (1 semester). Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD Negeri 02 Wiradesa, UPT Pendidikan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, tahun pelajaran 2009/ 2010. Siswa kelas 1 berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes ulangan harian, observasi dan dokumentasi. Tes berupa ulangan harian digunakan untuk mendapatkan data tentang yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang kualitas dan proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa, sebelum, sedang dan setelah siswa menggunakan metode drill dengan bermain kartu. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah butir soal tes (formulir/ ulangan akhir RPP), lembar pengamatan (check list), serta tabel. Butir soal ulangan harian berupa beberapa pertanyaan digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Lembar pengamatan digunakan untuk mengukur tingkat kualitas pembelajaran yang menggunakan metode drill dengan bermain kartu. Validasi data dilakukan dengan cara observasi, menganalisis lalu membandingkan hasil evaluasi pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Observasi berguna untuk mengamati perubahan 72 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi dalam hal ini data dianalisis secara kualitatif. Hasil evaluasi untuk menentukan seberapa aktif siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis komparatif dilakukan untuk membandingkan prestasi belajar melalui tes hasil belajar antar siklus. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Dalam menentukan indikator keberhasilan peneliti melihat berbagai sudut seperti lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat sekitar, latar belakang keluarga siswa dan tingkat kemampuan siswa. Indikator keberhasilan juga disusun oleh peneliti berdasarkan refleksi pembelajaran 2 tahun terakhir. Peneliti menetapkan indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini akan dicapai apabila ketuntasan minimal hasil belajar 7 %. Hal tersebut berarti siswa dikategorikan berhasil apabila mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 7. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1 Setelah penulis melaksanakan proses penelitian dari pra siklus, siklus 1 dan siklus II ternyata ada peningkatan hasil belajar siswa dan nilai ketuntasan siswa kelas 1 SD Negeri 02 Wiradesa, UPT Pendidikan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan dalam pembelajaran Matematika materi pengurangan bilangan dua angka dengan cara bersusun pendek tanpa teknik meminjam. Hal tersebut terlihat pada analisis hasil belajar siswa sebagaimana disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Analisis Nilai Pembelajaran Matematika Pra Siklus dan Siklus I Nilai Pembelajaran Jumlah Siswa Pra Siklus Siklus 1 10 0 0 20 1 1 30 1 0 40 0 1 0 4 1 60 4 4 70 3 3 80 1 90 1 8 100 1 1 Jumlah 39 39 Rata rata 64,62 73,08 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hasil pada kegiatan pra siklus, dan siklus 1, materi pengurangan bilangan dua angka dengan cara bersusun pendek tanpa teknik meminjam kelas 1, mengalami peningkatan dari pra siklus 64,62 menjadi 73,08. Apabila dihitung peningkatan itu sebesar 13,09 %. Hasil klasikal dinyatakan cukup bagus. 73
30 2 2 20 1 10 2 7 0 Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Gambar 1. Grafik tingkat keaktifan siswa pada siklus I Siklus I Hasil observasi keaktifan siswa (descriptive graphic rating scale) pada siklus 1 dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut. Pada siklus I terjadi peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan pra siklus, keaktifan siswa dalam pembelajaran dari hasil pengamatan guru mitra dan peneliti, 2 orang siswa yang sangat aktif (,1 %), orang siswa cukup aktif (12,82 %), 7 orang siswa aktif mengikuti pembelajaran (17,94%), dan orang 2 orang siswa kurang aktif (64,1 %). Penelitian ini pada siklus II ternyata terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa kelas 1 SD Negeri 02 Wiradesa, UPT Pendidikan Wiradesa, dalam pembelajaran Matematika materi pengurangan bilangan dua angka dengan cara bersusun pendek tanpa teknik meminjam dibandingkan dengan hasil penelitian pra siklus maupu siklus I. Tabel 2. Analisis Nilai Pembelajaran Matematika Siklus I dan II Nilai Pembelajaran Siklus I Jumlah Siswa 10 0 0 20 1 0 30 0 1 40 1 1 0 1 0 60 4 1 70 3 2 80 1 4 90 8 100 1 6 Jumlah 39 39 Rata rata 73,08 81,79 Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa hasil pembelajaran siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas meningkat, pada siklus I sebesar 73,08 pada siklus II berubah menjadi 81,79. Secara klasikal peningkatan tersebut dinyatakan bagus. 74 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)
30 28 2 20 1 10 0 4 2 Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Gambar 2. Grafik tingkat keaktifan siswa pada siklus II Hasil observasi keaktifan siswa (descriptive graphic rating scale) pada siklus II terjadi peningkatan cukup signifikan jika dibandingkan pada siklus I, keaktifan siswa dalam pembelajaran dari hasil pengamatan guru mitra dan peneliti, orang siswa sangat aktif (12,82%), 4 orang siswa cukup aktif (10,2%), 28 orang siswa aktif mengikuti pembelajaran (71,79%), dan 2 orang siswa kurang aktif. Pembahasan Perbandingan Hasil Evaluasi Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan Berikut merupakan histogram perbandingan nilai rata-rata siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II, ditunjukkan pada gambar 3. 90 80 70 64,62 73,08 81,79 60 0 40 30 Pra Siklus Siklus I 20 10 0 Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus 1 dan Peningkatan rata-rata hasil evaluasi belajar ini disebabkan karena para siswa mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan baik dan tekun. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II mencapai peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan ketuntasan belajar pada pra siklus maupun siklus I, seperti terlihat pada gambar 3. Hal tersebut menunjukkan perbaikan pembelajaran siklus II dinyatakan berhasil. Akan tetapi keberhasilan pembelajaran pada siklus I, siklus II, tidak diikuti oleh semua siswa kelas I, ternyata terdapat 6 siswa yang tidak mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Penyebabnya siswa tersebut mengalami kesulitan belajar, sehingga pada tahap selanjutnya siswa tersebut dimasukkan pada program bimbingan khusus. 7
Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 dan Berikut ini merupakan grafik perbandingan aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II, ditunjukkan pada gambar 4 30 2 28 2 20 1 10 2 7 4 2 Siklus I 0 Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Gambar 4. Perbandingan aktivitas belajar siklus I dan siklus II Peningkatan aktivitas belajar siswa secara umum terlihat adanya perubahan positif tentang perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi pelajaran. Siswa yang kurang memperhatikan, pada pra siklus meningkat menjadi memperhatikan dan mau mencatat pada kegiatan siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II, yaitu siswa yang diam saja ketika diberi pertanyaan, kurang aktif dalam pembelajaran semakin berkurang pada siklus I, bahkan sudah tidak muncul pada siklus II. Perbandingan antara kegiatan sebelum proses perbaikan pembelajaran (pra siklus), siklus I, dan siklus II. Terdapat peningkatan yang signifikan sehingga proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dinyatakan berhasil meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran secara umum. Observasi atau pengamatan terhadap kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran diawali pada proses perbaikan pembelajaran siklus I, kemudian dilanjutkan pada proses perbaikan pembelajaran siklus II. Apabila dibandingkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan tren positif. Pada pendahuluan proses perbaikan pembelajaran siklus I, guru belum memotivasi siswa, lupa menyampaikan tujuan pembelajaran, kurang menggali pengetahuan awal siswa, hal tersebut langsung diperbaiki pada proses pembelajaran siklus II. Pada siklus II, guru memberi contoh fenomena untuk memotivasi siswa, mengarahkan siswa sesuai dengan tujuan yang dicapai, efisien waktu dan menggali pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil membawa perubahan positif, hal tersebut terlihat dari penyerapan materi pelajaran, keaktifan perbuatan belajar siswa, serta peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran. Meski demikian masih terlihat beberapa aspek agak sulit untuk ditingkatkan seperti kemampuan siswa mengajukan pertanyaan dan ketrampilan mengeluarkan pendapat secara lisan di depan kelas. Untuk melatih serta meningkatkan hal tersebut memerlukan waktu yang cukup lama serta bimbingan yang insentif dari guru pada waktu-waktu yang akan kedatangan awal siswa. 76 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 1 (2016)
SIMPULAN Penggunaan metode drill dengan bermain kartu pengurangan bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu 64,62 pada pra siklus, kemudian meningkat menjadi 73,08 pada siklus 1, dan meningkat lagi menjadi 81,79 pada siklus II. Selain itu, pengunaan metode drill dengan bermain kartu pengurangan bilangan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada proses pembelajaran, hal ini terbukti ketuntasan belajar pra siklus sebesar 3 % kemudian meningkat menjadi 1 % pada siklus I, berikutnya pada siklus II berubah menjadi 96 %. DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2010. MetodePenelitianPendidikan. Bandung:Alfabeta. Yamin, Martinis. 2013.Strategi dan MetodedalamModelPembelajaran. Jakarta: GP PressGroup 77