3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran mengenai karakteristik bentuk maupun fungsi dari setiap jenis tari. Pada sub ini, marilah kita temukan bersama-sama karakteristik bentuk maupun fungsi tari. a. Karakteristik bentuk dan fungi tari primitif Berdasarkan pengertian tari primitif, maka karakteristik bentuk tari primitif apabila tema tarinya berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya magis dan religius. Secara umum ciri tari jaman prasejarah digunakan untuk ekspresi masyarakat, bukan ekpresi individu, para penari mementingkan kekuatan dari dalam dan konsentrasi tinggi dalam menari; teknis tari tidak jelas; koreografinya lugas; dan ritme gerak tari monoton. Secara khusus, sumber gerak tari dari langkah kaki, hentakan kaki, gerak tangan dan gerak kepala yang terlihat lugas belum mengalami proses penghalusan atau perombakan dari gerak aslinya. Iringan tari primitif berasal dari dalam tubuh penari yaitu pukulan-pukulan ritmis tepukan tangan, hentakan kaki, tepukan perut atau suara dari mulut penari. Bendabenda atau peralatan yang digunakan untuk iringan tari pada masa tersebut biasanya berasal dari lingkungan sekitar contohnya genta yang terbuat dari kulit buah-buahan dan kerang atau peralatan yang dibuat oleh masyarakat setempat. Rias dan busana tari menggunakan rias dan busana sesuai adat budaya masyarakat setempat. Tari primitif biasanya dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok dengan meggunakan pola lantai yang sederhana garis lurus atau melingkar. Pola melingkar banyak digunakan dalam tari primitif dan dengan pola tersebut situasi magis akan mudah diperoleh. Sesuai dengan alam pemikiran masyarakat primitif. Tarian ini dilaksanakan untuk peristiwa dan keperluan (a) menyembah, meminta perlindungan dketika terjadi bencana dan wabah kepada dewa atau kepada sesuatu yang dianggap memiliki sumber kekuatan sesuai keyakinannya; (b) meminta keselamatan ketika berperang; (c) menyembuhkan penyakit; (d) meminta hujan; (e) ungkapan
terima kasih; (f) upacara siklus kehidupan manusia, diantaranya kelahiran bayi, pendewasaan anak (masa akhil balik), upacara perkawinan dan upacara kematian; dan (g) ungkapan kegembiraan dan merayakan keberhasilan merayakan panen. dalam berburu, b. Karakteristik bentuk dan fungsi tari rakyat Tari rakyat merupakan tari yang tumbuh dan berkembang dikalangan rakyat pedesaan atau masyarakat yang berada di luar istana. Maka, karakteristik tari ini mencerminkan pemikiran serta kebiasaan hidup rakyat yang dapat dilihat dari beberapa aspek. Ciri tema tari primitif adalah tema yang menggambarkan religi maupun kebiasaan hidup masyarakat yang bersahaja, masih tergantung kepada alam dan kebiasaan gotong royong. Maka, ciri bentuk tari rakyat, gerak tarinya sederhana, tekniktari tidak jelas, rias dan busananya seperti yang dikenakan sehari-hari, iringan tarinya menggunakan peralatann sederhana, tidak lengkap dan kompleks seperti di dalam tari klasik. Tari rakyat biasanya ditarikan dalam bentuk berpasangan atau secara berkelompok tergantung dengan fungsi tarinya. Jenis tari rakyat untuk tujuan magis yang berhubungan dengan harapan kesuburan, umumnya ditarikan oleh dua orang berpasangan. Tari rakyat untuk fungsi hiburan ditarikan secara berpasangan atau berkelompok. Sesuai dengan alam pemikiran rakyat, maka tari rakyat diselenggarakan pada saat peristiwa atau keperluan yang berhubungan (1) upacara magis dan keyakinan; (2) upacara yang berhubungan dengan adat setempat; dan (3) hiburan atau ekspresi kegembiraan maupun keperluan interaksi sosial. c. Karakteristik bentuk dan fungsi tari klasik Konsep dalam Brahmanisme dalam Hinduisme tentang Shivanatharaja atau Shiwa raja penari dan raja sebagai penguasa dunia yang eksistensinya sebagai pengemban kekuasaan dewa di dunia, sehingga eksistensi raja perlu didukung dengan aspek ritual yang wujudnya
berupa upacara, benda-benda maupun seni, memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tari klasik di Indonesia. Tari klasik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan istana. Alam pemikiran istana yang filosofis dan simbolik, serta kehidupan yang banyak aturan tercermin di dalam bentuk tari klasik yang terpola oleh aturan aturan yang standar. Teknis melakukan gerak tari, urutan gerak tari, pengaturan ritme dan irama gerak tari kaitannya dengan iringan, cara mengekpresikan tari, pola iringan, rias dan busana, teknis pementasan, tempat bahkan waktu pementasan, semua memiliki aturan dan standar yang harus ditaati. Maka, efek dari pola dan aturan-aturan yang standar dalam tari klasik. Tari klasik terlihat artistik dan estetis. Pada masa keemasan pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia terutama di Jawa, karya sastra yang sangat digemari oleh masyarakat adalah wiracarita Ramayana dan Mahabarata. Kedua wiracarita tersebut pada akhirnya menjadi tema dan materi yang paling banyak untuk tari klasik yang dinyatakan dalam bentuk (1) tari tunggal; (2) tari berpasangan; dan (3) tari berkempok tergantung temanya. Bentuk tari klasik (1) dramatari yaitu tari yang memiliki cerita, tokoh dan dialog dengan kata-kata; dan (2) sendratari yaitu tari yang memiliki cerita, tokoh dan tanpa dialog juga tumbuh pesat di istana. Ketika pengaruh kebudayaan Islam masuk di Indonesia, tema tari klasik di Jawa bertambah ragamnya. Tidak hanya tema dari wiracarita Ramayana dan Mahabarata. Numun, juga bertema filosofi hidup di masyarakat istana setempat. Demikian halnya dengan tari klasik di luar Jawa, tema tari filosofi hidup di masyarakat istana setempat lebih banyak dipilih untuk materi dramatik tari klasik yang mereka miliki. Contoh tari Pakarena yang mengambarkan perempuan Gowa di Sulawesi Selatan yang lembut, setia dan hormat kepada suami. Sesuai dengan alam pemikiran masyarakat istana maka tari klasik diselenggarakan untuk keperluan (1) upacara keagamaan; (2) upacara kenegaraan; dan (3) tontonan yang dinikmati dari sisi keindahan korografi yang memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh istana. d. Karakteristik bentuk dan fungsi tari kreasi baru Telah dijelaskan dalam sub bab jenis tari bahwa tari kreasi baru pada dasarnya adalah tari tradisional yang diberi bentuk baru. Maka, ciri bentuk tari kreasi baru adalah modifikasi tari tradisional. Pola gerak tari tradisional, pola rias busana, properti, pola iringan tetap dipertahankan. Namun, pada bagian bagian tertentu diberi ornamen baru.
Modifikasi bentuk biasanya terlihat pada susunan urutan gerak, durasi waktu tarian yang lebih pendek, ritme dan tempo iringan tari yang lebih dinamis, tata rias dan busana yang terlihat lebih indah atau modifikasi unsur tari tradisional yang lainnya. Bentuk tari kreasi baru berupa (1) tari tunggal; (2) tari berpasangan; dan (3) tari berkempok tergantung tema tarinya. Tarian ini, diselenggarakan untuk media tontonan, dinikmati dari aspek keindahan koreografi yang menggabungkan pola tari tradisional dengan modifikasi baru yang indah dan kreatif. Lihat tari Saman dan Rato Jaro dalam tautan http://m.youtube.com/watch?v=vtxd66sjyg e. Karakteristik bentuk dan fungsi tari modern Tari modern merupakan tari yang dapat mencerminkan ciri pemikiran modern yang logis untuk memperoleh pengetahuan yang objektif, teoritis dan analitis, karya seni dianggap sebagai kreasi unik dari seniman, dan karya seni tidak lagi dianggap memiliki satu makna yang unik, seperti dalam tari tradisional. Inovatif merupakan ciri utama dari tari modern. Maka, ciri bentuk tari modern adalah (1) adanya inovasi tema, hasil dari kebebasab koreografer dalam memberikan makna terhadap sesuatu; (2) adanya inovasi media tari dan teknik tari, sehingga gaya pribadi koreografer terlihat kuat dalam koreografinya; dan (3)mementingkan estetika bentuk tari.tari diciptakan untuk kepentingan ekspresi artistik dan estetis masing-masing koregrafer, sehingga gaya tarinya khas mewakili gaya pribadi koreografernya. Bentuk tari modern berupa (1) tari tunggal; (2) tari berpasangan; dan (3) tari berkelompok tergantung tema tari yang ditentukan oleh koreografer. Tarian ini, diselenggarakan untuk media tontonan, dinikmati dari aspek keindahan koreografi yang menampilkan kebaruan dari aspek tema, media ekspresi yang tidak hanya gerak tubuh, teknik gerak, tata pentas atau inovasi unsur tari lainnya. f. Karakteristik bentuk dan fungsi tari postmodern Tari postmodern merupakan reaksi koreografer terhadap gerakan postmodernisme yang keluar dari modernisme menuju masa baru melalui cara berpikir kritis, mencoba memecahkan berbagai masalah kehidupan. Maka, ciri bentuk tari tidak mementingkan bentuk yang estetis. Bentuk tari postmodern berupa (1) tari tunggal; (2) tari berpasangan; dan (3) tari berkelompok tergantung tema tarinya. Elemen tari tidak diolah secara detail memenuhi standar keindahan bentuk tari, tetapi lebih mementingkan isi tari yang bertema kritik
sosial atau tema yang menggambarkan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung berfungsi untuk memecahkan masalah kehidupan sosial budaya. g. Karakeristik bentuk dan fungsi tari kontemporer Tari kontemporer merupakan tari yang menggambarkan jiwa jaman yang sedang terjadi. Maka, ciri bentuk tarian ini mengikuti bentuk yang sedang populer atau tren yang sedang terjadi. Seperti contoh pada sub bab jenis tari kompetmporer, pada masa 1990 an bentuk tari kontemporer di Indonesia bersumber kepada unsur-unsur budaya lokal yang diberi bentuk baru. Ciri bentuk tari 1990 an tersebut, berbeda dengan ciri bentuk tari kontemporer pada dekade pertama tahun 2000 an yang menggabungkan unsur budaya lokal dan unsur budaya lokal, dan pada dekade kedua tahun 2000 an tari kontemporer mengarah kepada adaptasi bentuk K-Pop. Tari kontemporer berupa (1) tari tunggal; (2) tari berpasangan; dan (3) tari berkelompok tergantung tema tarinya. Fungsi tari kontemperor dapa dasarnya digunakan untuk ekpresi media ekspresi pemikiran kreatif untuk pemecahan masalah yang sedang terjadi, berdasarkan hasil pendalaman atau riset dari berbagai sudut pandang keilmuan serta media ekspresi gaya hidup dan selera masyarakat yang sedang terjadi.