KONSERVASI IN VITRO PANILI (Vanilla planifolia Andrews.) MELALUI PERTUMBUHAN MINIMAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

PENGARUH PENURUNAN UNSUR MAKRO DAN PEMBERIAN ABSISIC ACID TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS TAPAK DARA (Vinca rosea) SECARA IN VITRO

Amalia, Nursalam dan N. Nova Kristina Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

PENGARUH RETARDAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) SELAMA KONSERVASI IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN BANGLE (Zingiber purpureum Roxb) DALAM PENYIMPANAN IN VITRO

Mikropropagasi Daun Dewa (Gynura pseudochina) melalui Tunas Adventif

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

MULTIPLIKASI TUNAS DAN AKLIMATISASI PEGAGAN (Centella asiatica L.) PERIODE KULTUR LIMA TAHUN

Penyimpanan Temu Putri (Curcuma petiolata Roxb.) melalui Pertumbuhan Minimal

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

MULTIPLIKASI PROPAGULA PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca L.) DARI BERBAGAI JUMLAH TUNAS, DALAM MEDIA MS YANG DIBERI BAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

MULTIPLIKASI TUNAS, PERAKARAN DAN AKLIMATISASI TANAMAN SAMBANG NYAWA (Gynura procumbens)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA 3 PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO

`PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP INDUKSI TUNAS MIKRO DARI EKSPLAN BONGGOL PISANG KEPOK ( Musa paradisiaca L) SKRIPSI OLEH :

3. METODOLOGI PENELITIAN

KETAHANAN VANILI (Vanilla planifolia) SOMAKLON TERHADAP PENYAKIT BUSUK BATANG VANILI (BBV)

KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

PERBANYAKAN TANAMAN ANIS (Pimpinella anisum L.) SECARA IN VITRO

DAFTAR PUSTAKA. Anonymous. (2007). [Online]. Tersedia: [16 Februari 2008]

Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): ISSN: Agustus 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

STERILISASI DAN INDUKSI KALUS Aglaonema sp PADA MEDIUM MS DENGAN KOMBINASI 2,4-D DAN KINETIN SECARA IN VITRO SKRIPSI

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

ADAPTASI EMPAT KLON HARAPAN VANILI DI KEBUN PERCOBAAN NATAR LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKWENSI PEMBERIAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN PANILI DI PEMBIBITAN

PENGARUH PEMBERIAN ZPT 2,4 D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN METABOLIT KALUS KEDELAI PADA PROSES HYPOXYDA SKRIPSI OLEH:

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS SULUR DAN POSISI RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT VANILI KLON 1 DAN 2 DI RUMAH KACA

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH SUKROSA DAN 2-ISOPENTENILADENINA TERHADAP PEMBENTUKAN DAN PERTUMBUHAN UMBI MIKRO KENTANG (Solanum tuberosum L.)

ABSTRAK. (terima tgl. 06/06/2009 terbit tgl. 06/08/2009)

III. METODE PENELITIAN

Penyimpanan In Vitro Tanaman Obat Daun Dewa melalui Pertumbuhan Minimal

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

RESPONS PEMBERIAN COUMARIN TERHADAP PRODUKSI MIKRO TUBER PLANLET KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA SKRIPSI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

LAPORAN PELAKSANAAN PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDUKSI KALUS VANILI (Vanilla planifolia ANDREW.) DARI EKSPLAN DAUN DAN BUKU

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SETEK BERAKAR TERHADAP PERTUMBUHAN NILAM(Pogostemon cablin Benth)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PERBANYAKAN TUNAS Boesenbergia flava DENGAN PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO SKRIPSI. Oleh :

2012 FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Pemanfaatan Teknologi In-Vitro sebagai Metode Penyimpanan Embrio Kopi (Coffea sp.) Fitria Ardiyani 1)

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

STERILISASI ORGAN DAN JARINGAN TANAMAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

Multiplikasi Tunas Tanaman Melinjo melalui Kultur In Vitro

Perbanyakan pisang raja bulu secara in vitro dengan menggunakan pupuk daun. The in vitro multiplication of raja bulu banana using foliar fertilizer

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN DENGAN TEKNIK KULLTUR JARINGAN

SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang

Pengaruh Sumber Karbon dan Kondisi Inkubasi terhadap Pertumbuhan Kultur In Vitro Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.)

Penyimpanan In Vitro Tanaman Obat Daun Dewa melalui Pertumbuhan Minimal

SKRIPSI RESPON KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L.) TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN BAP SECARA IN VITRO. Oleh Dian Rahmawati H

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Transkripsi:

KONSERVASI IN VITRO PANILI (Vanilla planifolia Andrews.) MELALUI PERTUMBUHAN MINIMAL Deliah Seswita, Amalia dan Endang Hadipoentyanti Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Penelitian mengenai konservasi tanaman panili secara in vitro melalui pertumbuhan minimal telah dilakukan dari bulan April 1998 sampai bulan Oktober 2000 di laboratorium kultur jaringan Kelti Plasma Nutfah dan Pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor. Bahan tanaman yang digunakan adalah setek satu buku dari tanaman panili aseptik klon 1 yang telah tersedia dalam botol kultur. Penelitian penyimpanan ini dilakukan pada media dasar Murashige dan Skoog dengan pengenceran media dasar menjadi 3/4 MS, ½ MS, 1/4 MS serta kontrol yaitu media MS penuh. Ke dalam media ditambahkan zat pengatur tumbuh BA 2,5 mg/l. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap, terdiri dari tiga ulangan dan lima botol setiap ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pengenceran media dasar yang dilakukan mampu menekan pertumbuhan biakan selama periode penyimpanan dan sampai 30 bulan masih mampu tumbuh. Planlet yang telah disimpan selama 24 bulan yang ditumbuhkan kembali pada media dasar (MS + BA 2,5 mg/l ) masih dapat membentuk tunas dengan jumlah tunas terbanyak diperoleh pada perlakuan pengenceran 3/4 MS + BA 2,5 mg/l yaitu sebanyak 7,15 dan tinggi tanaman sebanyak 1,21 cm. Penelitian ini selain mampu mengurangi frekuensi subkultur ke media baru juga dapat menjaga stabilitas kultur. Teknik ini dapat dimanfaatkan untuk pelestarian plasma nutfah yang efisien, disamping sebagai bahan pertukaran dan memudahkan transportasi benih. Kata kunci : Vanilla planifolia, konservasi, pertumbuhan minimal In Vitro Conservation of Vanilla (Vanilla planifolia Andrews.) Through Minimal Growth ABSTRACT The research on in vitro conservation of vanilla was undertaken from April 1998 till October 2000 in the Tissue Culture Laboratory, Breeding and Germplasm Division Research Institute for Spices and Medicinal Crops. Single node of aseptic vanilla cuttings were used as explants. Diluted basic medium from 3/4 MS (Murashige and Skoog) 1/2 MS, 1/4 MS and control (full MS) were used as treatment and supplemented with BA 2,5 mg/l. The treatments were arranged in a completely randomized design with three replication. The results showed that all of the diluted basic medium could suppress the growth of the culture until 30 month after conservation. Plantlet taken from 24 months after conservation could grow on the regeneration medium (MS +BA 2,5 mg/l). The best regeneration capacity was shown by the treatment 3/4 MS + BA 2,5 mg/l with the number and shoots length were 7,15 and 1,21 cm. This results could be used to reduce the frequency of sub culture. Beside for materials and seed transfer, these results could also be used for efficient germplasm condservation. PENDAHULUAN Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews.) merupakan salah satu tanaman industri yang mempunyai peranan penting sebagai sumber pendapatan petani maupun sebagai sumber devisa negara. Di Indonesia perkembangan panili cukup pesat, 1

terutama tahun 1998, pada kurun waktu tersebut penerimaan devisa negara dari komoditas panili sebesar US $ 31,4 juta (Ditjenbun, 2000). Pertanaman berkembang dari 3 586 ha menjadi 12 898 (laju peningkatan areal 26 % tiap tahun). Dengan luas tersebut, Indonesia menjadi produsen ketiga terbesar di dunia, setelah Madagaskar dan Comoro Island (Rusli dan Nurjanah, 1987 ). Kendala utama dalam usaha tanaman panili di Indonesia adalah serangan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. f.sp vanillae. Penyakit ini dapat menggagalkan pertanaman panili sampai 80 % dan telah menyebar keseluruh sentra produksi dan daerah pengembangan panili lainnya. Patogen tersebut menginfeksi seluruh bagian tanaman panili sehingga menyulitkan usaha pengendaliannya (Tombe, 1996). Pemeliharaan koleksi panili selama ini oleh Balittro dilakukan dengan cara memelihara koleksi di rumah kaca dan di lapang. Masalah dalam konservasi di lapang adalah perlu dilakukan rejuvinasi setiap tahun dan selain itu membutuhkan biaya serta tenaga yang banyak, juga menghadapi resiko kehilangan akibat serangan penyakit busuk batang. Pada tanaman lainnya seperti jahe, koleksi plasma nutfah berkurang dari 45 nomor menjadi 18 nomor, diantaranya karena serangan penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum (Bermawie et al., 1997). Dengan demikian perlu dicari teknologi konservasi yang lebih efektif. Salah satu teknik alternatif yang dapat dicoba adalah penyimpanan dengan tehnik kultur jaringan. Menurut Nitche (1983) melalui kultur in vitro biakan dapat disimpan dalam waktu lama, kemudian dapat diperbanyak lagi secara cepat apa bila diperlukan. Gati dan Mariska (1997) telah berhasil melakukan konservasi secara in vitro pada beberapa jenis tanaman obat antara lain Pulepandak (Roufolvia serpentina) dengan menggunakan ABA 1 mg/l, Pulasari (Alexya stellata) dengan menggunakan media dasar ¾ MS + paclobutrazol 5 mg/l dan Inggu (Ruta angustifolia) dengan menggunakan media dasar MS + Manitol 500 mg/l. Begitu juga tanaman lain seperti pisang juga telah berhasil dikonservasi secara in vitro, dengan cara penyim-panan pada suhu rendah sekitar 16 1 O C selama 11 bulan (van de Houwe et al., 1995). Untuk tanaman panili konservasi in vitro dalam keadaan tumbuh telah dilakukan dengan menggunakan media MS + BA 2,5 mg/l namun kultur perlu dipindahkan ke media baru setiap dua sampai tiga bulan sekali, karena biakan sudah memenuhi botol kultur, sehingga kurang efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode konservasi panili secara in vitro melalui pertumbuhan minimal yaitu dengan cara penurunan konsentrasinya dan teknik ini dapat lebih efesien pada pelestarian plasma nutfah dalam pertukaran dan transfortasi benih. 2

BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan, Kelti Plasma Nutfah dan Pemuliaan Balittro mulai bulan April 1998 sampai Oktober 2000. Penelitian terdiri atas dua kegiatan yaitu : 1) perbanyakan bahan tanaman dan 2) penyimpanan. Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman panili steril klon 1 dalam botol koleksi Plasma Nutfah dan Pemuliaan. Bahan pembantu berupa sukrosa, agar swalow, aluminium foil, karet gelang dan label. Media tumbuh yang digunakan adalah media MS yang diperkaya vitamin group B, sukrosa, agar dan zat pengatur tumbuh BA. Media penyimpanan dengan penurunan konsentrasi media dasar MS, ¾ MS, ½ MS dan ¼ MS. Perbanyakan tanaman Eksplan tunas ditanam pada media dasar Murashige Skoog (MS) yang telah ditambah zat pengatur tumbuh BA 0 3,5 mg/l, sukrosa 30 mg/l dan dipadatkan dengan agar 8 g/l. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Kultur disimpan dalam ruangan yang bertemperatur 18 O C dan diberi penerangan lampu 40 watt selama 16 jam per hari. Sub kultur dilakukan setiap 3 sampai 4 minggu pada media yang sama. Parameter yang diamati adalah jumlah dan tinggi tunas serta visual tanaman. Penyimpanan Eksplan yang digunakan adalah hasil dari perbanyakan aseptik, ditanam pada media dasar MS yang diturunkan konsentrasinya menjadi ¾, ½, dan ¼ kemudian ditambahkan sukrosa 30 g/l zat pengatur tumbuh BA 2,5 mg/l dan dipadatkan dengan agar swalow 8 g/l. Kultur disimpan dalam rak kultur, dengan suhu 18 25 o C, R H = 00 lux selama 24 bulan. Perlakuan disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap, 3 ulangan masing-masing ulangan terdiri dari 5 botol. Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh, jumlah dan tinggi tunas. Untuk menguji daya tumbuh setelah penyimpanan selama 24 bulan, biakan dikulturkan pada media regenerasi yaitu media MS + BA 2,5 mg/l. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman Hasil penelitian perbanyakan menunjukkan bahwa faktor perbanyakkan tertinggi diperoleh pada media MS + BA 2,5 mg/l. Pada perlakuan tersebut jumlah tunas yang dihasilkan terbanyak yaitu : 9,66 tunas dan tingginya 1,35 cm (Tabel 1). Dimana pada konsentrasi tersebut pada tanaman telah maksimal kadar auksin dan sitokininnya. Penyimpanan Setelah metode perbanyakan diperoleh maka langkah selanjutnya dilakukan kegiatan penyimpanan melalui cara pertumbuhan minimal, yaitu dengan pengenceran konsentrasi media asal (Tabel 2). 3

Tabel 1. Rata-rata jumlah dan tinggi tunas pada perlakuan media dasar MS dengan zat pengatur tumbuh BA. Table 1. Average of number and length of shoots on. MS media plus BA growth regulator BA mg/l 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 Jumlah tunas Number of shoots 6,00 b 3,50 bc 4,43 b 1,00 c 1,00 c 9,66 a 5,43 b 1,00 c Tinggi tunas (cm) Length of shoot 1,18 ab 0,25 c 0,28 c 1,05 ab 1,01 ab 1,35 a 0,18 c 0,31 bc KK (CV) 17,23 9,29 Keragaan tanaman Plant performance Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak beda nyata menurut uji DMRT taraf 0.1%. Note : Numbers followed by the same letters in each row are not significantly different at 0.1 % DMRT Tabel 2. Jumlah dan tinggi tunas selama periode penyimpanan (14 dan 24 bulan) Table 2. Numbers and length of shoots during conservation periode (14 and 24 months) Media perlakuan Rata-rata (mg/l) Jumlah (Number) Tinggi (Length) (cm) Visual biakan Treatment 14 bln 24 bln 14 bln 24 bln Visual of the culture 1 MS + BA 2,5 ¾ MS + BA 2,5 ½ MS + BA 2,5 ¼ MS + BA 2,5 5,4 a 5,5 a 5,3 a 4,5 a 4,7 a 5,0 a 3,1 c 4,3 b 1,72 a 1,84 a 1,72 a 1,68 a 1,90 a 1,21 a 0,87 b 1,05 a 14 bl - mulai coklat/brownish 24 bl - sebagian mulai mati/partially death 14 bl - mulai coklat/brownish 24 bl - biakan mulai coklat/brownish 14 bl - sebagian mulai mati/partially death 24 bl - sebagian mulai mati/partially death 14 bl - mulai coklat/brownish 24 bl - mulai coklat/brownish Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak beda nyata menurut uji DMRT taraf 0.1%. Note : Numbers followed by the same letters in each row are not significantly different at 0.1 % DMRT 4

Pada Tabel 2 terlihat bahwa penyimpanan selama 14 bulan memberikan rata-rata jumlah dan tinggi tunas terbanyak pada pengenceran media ¾ MS yaitu 5,5 tunas dan tinggi 1,84 cm. Hal ini bisa terjadi karena pada media dengan pengeceran ¾ MS tidaklah terlalu banyak berkurang unsur hara mikronya dari pada pengeceran ½ dan ¼ bagian tanaman masih bertahan hidup walaupun mulai coklat. Kondisi kultur penyimpanan mulai umur 16 bulan pada hampir semua perlakuan mulai terjadi perubahan. Pada penyimpanan 24 bulan bagian tanaman dalam botol mulai mati. Keadaan ini menunjukkan bahwa biakan panili memiliki sifat pertumbuhan dan proliferasi yang agak lambat, sehingga dapat disimpan dalam keadaan normal/tumbuh tanpa adanya tindakan pembaharuan ke media yang baru. Mariska et al., (1996) menyatakan bahwa tanaman yang memiliki sifat pertumbuhan dan proliferasi lambat dapat dikonservasi secara normal seperti halnya planlet tanaman kopi yang berasal dari meristem dapat dipertahankan pada kultur selama beberapa bulan. Penyimpanan dalam keadaan tumbuh kultur harus sering diperbaharui ke media yang baru agar kondisinya selalu segar. Kemungkinan biakan panili tidak diperbaharui atau disubkultur, sehingga tanaman mengalami stres, yang mengakibatkan daun menguning dan akhirnya tanaman jadi mati. Pada Tabel 3 presentase hidupnya dapat dilihat tetapi pada pengenceran ¾ MS pada umur 24 bulan lebih banyak (Tabel 3). Setelah tanaman disimpan tanaman dapat diuji daya tumbuhnya yaitu dengan meregenerasikan pada media semula yaitu media regenerasi (Tabel 4). Gambar 1. Pertumbuhan biakan panili pada berbagai perlakuan media penyimpanan 24 bulan. Figure 1. Growth of vanilla culture on several treatment of conservation media (24 months ) 5

Tabel 3. Persentase pertumbuhan tunas (14 dan 24 bulan) pada masing-masing perlakuan media penyimpanan. Table 3. Percentage of shoot-growth ( 14 and 24 months) on each treatment for conservation media. Perlakuan/Treatment Persentase hidup/live persentage BA 2,5 mg/l 14 bln 24 bln Hijau % (Green) Coklat % (Brown) Hijau % (Green) Coklat % (Brown) 1 MS ¾ MS ½ MS ¼ MS 20 20 30 40 30 50 50 Tabel 4. Respon tumbuh tunas setelah penyimpanan 24 bulan dalam media regenerasi. Table 4. Effect of shoots growth after 24 months conservation in regeneration media 15 80 70 90 80 Media perlakuan asal (mg/l)/ Treatment 1 MS + BA 2,5 ¾ MS + BA ½ MS + BA ¼ MS + BA Jumlah/ Number 7,0 7,15 6,8 6,5 Rata-rata tunas/number of shoots Tinggi (cm)/ Length 1,20 1,21 1,18 1,19 Visual/ Visual Gambar 2. Pertumbuhan biakan panili setelah disimpan 24 bulan di sub kultur pada media regenerarsi terbaik. Figure 2. Growth of vanilla culture after 24 months conservation on the best subsulture for regeneration. 6

Mariska, I., Suwarno dan D.S. Damardjati, 1996. Pengembangan konservasi in vitro sebagai salah satu bentuk pelestarian plama nutfah di dalam Bank Gen. Makalah pada seminar sehari penyusunan konsep pelestarian exsitu plasma nutfah pertanian di Bogor, 18 Desember 1996. 20 hal. KESIMPULAN DAN SARAN Biakan panili dapat disimpan dalam keadaan pertumbuhan minimal sampai 24 bulan. Media yang terbaik untuk penyimpanan panili, adalah media 3/4 MS + BA 2,5 mg/l. Akan dicoba memodifikasi media agar dapat lebih dari 24 bulan untuk menyimpan planlet panili. Konservasi plasma nutfah panili dapat dilakukan dengan cara penyimpanan in vitro. DAFTAR PUSTAKA Bermawie, N., E.A., Hadad, B. Martono, N. Ajijah dan Taryono, 1997. Plasma Nutfah dan Pemuliaan. Dalam Monograf jahe. Penyunting D. Sitepu et al.,balittro. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2000. Statistik Perkebunan Panili Indonesia. Jakarta 30 h. Gati, E. dan I. Mariska, 1997. Kultur in vitro sebagai metode pelestarian tumbuhan obat langka. Buletin Plasma Nutfah Komisi Nasional Plasma Nutfah. Departemen II (1) : 1-8. Nitche. W., 1983. Germplasm presentation. p.282.80 s. In D.A. Evans, W.R. Sharp. P.V. Amisato and Y. Yamada (Eds) Handbook of plant cell culture I. Technicques for Propagation and Breeding. Macnilas Publishing New York. Rusli, S dan N. Nurjanah, 1987. Masalah mutu panili Indonesia. Edsus, Littro. III (2) : 124-130. Seswita, D. dan Amalia, 1999. Koleksi dan konservasi tanaman panili secara in vitro. Laporan Teknis Balittro, Bogor. 4- hal. Seswita, D. E. Hadipoentyanti dan N. Ajijah, 2001. Multiplikasi tunas panili hasil regenerasi kalus secara in vitro. Makalah disampaikan pada Kongres IV dan Simposium Nasional PERIPI, tanggal 23-24 Nopember 2001 di Yogyakarta. Tombe, M. dan D. Sitepu, 1997. Penyakit tanaman panili di Indonesia (Eds). LITTRO. Vol. III (2) : 3-7. Houwe, van de I., D. De Smet, H. Tjenas du Montee and R. Swennen, 1995. Variability in storage potential of banana shoot culture under medium term storage condition. Plant cell, tissue and organ culture 42 : 269-274. 7