ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

dokumen-dokumen yang mirip
KESALAHAN SISWA SMP MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO DI SMP NEGERI 1 SAMBI

PROSIDING ISSN:

KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPLEKSITAS PERTANYAAN DALAM CONTOH-CONTOH SOAL BUKU TEKS MATEMATIKA KELAS VII SMP/MTs SEMESTER I BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ALJABAR DI KELAS VIII BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA

Nida Milati 23, Sunardi 24, Nurcholif 25

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DENGAN TAKSONOMI SOLO DI SMP NEGERI 1 TERAS

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MELAKUKAN OPERASI ALJABAR. Arini Fardianasari ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. pada materi persamaan kuadrat. Untuk memperoleh gambaran tersebut,

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2016

BAB I PENDAHULUAN. kita semua. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Respon Siswa Terhadap Masalah Matematika

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Oleh: MOH. RIZAL DRI LAKSONO A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. derasnya informasi di era globalisasi ini, merupakan tantangan bagi kita semua.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

RESPON SISWA SMK KELAS X DALAM MENYELESAIKAN SOAL MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

Unnes Journal of Mathematics Education

9. Masalah matematika sintesis adalah suatu soal matematika yang memerlukan. kemampuan dalam menggabungkan unsur pokok ke dalam struktur baru.

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan matematika siswa sekolah menengah. Nana Syaodih

Kompleksitas Pertanyaan Contoh Soal Buku Teks Matematika Kelas VII Berdasarkan Taksonomi SOLO Dian Pratiwi 1, Budiyono 2

BERPIKIR ALJABAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Maharani Dewi Septriana 11, Hobri 12, Arif Fatahillah 13

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini pada kelas X A semester genap tahun ajaran 2014/2015.

BAB III METODE PENELITIAN

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat-tingkat Berpikir Mahasiswa... (M. Andy Rudhito)

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Respon Siswa (Nur Hidayati, Zuliawati) 73

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika pada mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Superitem untuk Meningkatan Kemampuan Analisis dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bandung

PROFIL RESPON SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI KELAS X SMA NEGERI 1 GRATI PASURUAN BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

BAB III METODE PENELITIAN. penalaran adaptif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi

Ika Listiana 17, Sunardi 18, Titik Sugiarti 19

BAB III METODE PENELITIAN. adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa katakata

JURNAL. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS XI IPA SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

Alvi Chusna Zahara 1), Ratri Candra Hastari 2), HM. Farid Ma ruf 3)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Taksonomi SOLO, Literasi Matematika, Grafik Fungsi Trigonometri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adanya proses pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara. menemukan makna yang ada di balik data yang diteliti.

TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DENGAN TAKSONOMI SOLO

PROFIL BERPIKIR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH ALJABAR BERPANDU PADA TAKSONOMI SOLO DITINJAU DARI TINGKAT EFIKASI DIRI PADA SISWA SMP AL-AZHAR PALU

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan/penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

170 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5 Nomor 2, September 2016

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Operasi Hitung Campuran (Perkalian dan Pembagian) di Kelas II SDN Ngaban

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL (UN) MATEMATIKA SMK TAHUN AJARAN 2011/2012 BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

BAB III METODE PENELITIAN

Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO JURNAL Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Yonatan Supra Tri Gumilar 202013045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

2

3

4

5

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO Yonatan Supra Tri Gumilar 1) Tri Nova Hasti Yunianta 2) 202013045@student.uksw.edu 1), trinova.yunianta@staff.uksw.edu 2) Program Studi S1 Pendidikan Matematika 1),2) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 60 Salatiga, Indonesia ABSTRAK Taksonomi SOLO dikategorikan menjadi lima tingkatan yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Taksonomi SOLO merupakan suatu alat evaluasi tentang kualitas jawaban siswa terhadap suatu tugas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas jawaban siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar berdasarkan Taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 3 siswa kelas VIII SMP Kristen Lentera Ambarawa yang dikategorikan berdasarkan perbedaan kemampuan matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pemerikasaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu peneliti, kisi-kisi soal tes, soal tes, dan pedoman wawancara. Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pra lapangan, pelaksanaan penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas jawaban subjek berkemampuan tinggi berada pada level unistruktural sampai relasional, subjek berkemampuan sedang berada pada level unistruktural sampai multistruktural, dan subjek berkemampuan rendah hanya sampai pada level unistruktural saja. Semua subjek tidak dapat mencapai pada level abstrak diperluas maka seorang pendidik perlu menekankan kembali soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar ke dalam bentuk soal cerita terutama pada mengubah soal cerita kedalam bentuk matematikanya. Kata Kunci: operasi hitung pecahan bentuk aljabar, Taksonomi SOLO, kualitas jawaban PENDAHULUAN Menurut Tampomas (2006: 100), aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dapat mempermudah masalah-masalah yang sangat sulit dengan menggunakan huruf-huruf. Aljabar merupakan suatu cabang matematika yang berhubungan dengan variabel dan persamaan baik itu linier maupun non linier seperti persamaan kuadrat dan persamaan pangkat tiga. Materi aljabar meliputi bentuk aljabar dan unsur-unsurnya menggunakan masalah kontekstual, operasi hitung pada bentuk aljabar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian), masalah yang berkaitan dengan bentuk aljabar, masalah yang berkaitan dengan operasi pada bentuk aljabar. Pembelajaran aljabar merupakan hal yang sangat penting karena aljabar sangat mendukung banyak materi lain dalam matematika. Aljabar terdiri dari beberapa konsep dan prinsip dimana konsep aljabar diperlukan sebagai dasar untuk konsep pembelajaran aljabar berikutnya. 6

Berdasarkan hasil wawancara 3 siswa SMP kelas VIII pada tanggal 14 September 2016, aljabar merupakan salah satu materi pada matematika yang sulit untuk di mengerti. Siswa merasa tidak paham saat di kelas VII karena belum dapat beradaptasi dengan materi matematika bab aljabar. Siswa merasa kesulitan karena ada variabel dan notasi perkalian tidak ditulis pada bab aljabar. Kesulitan-kesulitan siswa terutama pada materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar saat duduk di bangku kelas VIII. Hal ini di dukung oleh pendapat Fitria (2014: 2) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kesulitan tersebut adalah sifat objek matematika yang abstrak. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas VIII SMP Kristen Lentera Ambarawa sebagai narasumber pada tanggal 14 September 2016 yang mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan pada operasi hitung pecahan bentuk aljabar karena siswa sering melupakan konsep operasi hitung dalam pecahan. Misalkan pada soal 1 2x + 2 7 4x =..., siswa melupakan konsep penjumlahan dalam pecahan yang seharusnya menyamakan penyebut terlebih dahulu. Siswa cenderung menjawab 1 2x + 2 = 3 4x 6x 2. Senada dengan hasil wawancara terhadap siswa, bahwa siswa kesulitan pada materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar. Hal ini mengakibatkan siswa tidak dapat menjawab dengan benar saat mengerjakan soal-soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar. Jawaban siswa tersebut dapat dianalisis kembali untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal operasi hitung pecahan aljabar berdasarkan taksonomi SOLO. Menurut Kuswana (2012: 98), salah satu alternatif untuk mengidentifikasi tingkat kompleksitas pemahaman siswa tentang subjek melalui tingkat respons adalah taksonomi SOLO. Berdasarkan tingkatannya taksonomi SOLO dikategorikan menjadi lima tingkatan yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Taksonomi SOLO dianggap cocok dalam penelitian ini karena taksonomi SOLO sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas jawaban siswa terhadap suatu tugas. Menurut Asikin (2003: 2), deskripsi tahapan siklus belajar dalam taksonomi SOLO yaitu: 1) prastruktural, memiliki ciri-ciri menolak untuk memberi jawaban, menjawab secara cepat atas dasar pengamatan dan emosi tanpa dasar yang logis, dan mengulangi pertanyaan; 2) unistruktural, memiliki ciri-ciri dapat menarik kesimpulan berdasarkan satu data yang cocok secara konkrit; 3) multistruktural, memiliki ciri-ciri dapat menarik kesimpulan berdasarkan dua data atau lebih atau konsep yang cocok, berdiri sendiri atau terpisah; 4) relasional, memiliki ciri-ciri dapat berpikir secara induktif, dapat menarik kesimpulan berdasarkan data atau konsep yang cocok serta melihat dan mengadakan hubungan antara data atau konsep

tersebut; 5) abstrak diperluas, memiliki ciri-ciri dapat berpikir secara induktif maupun deduktif serta dapat mengadakan atau melihat hubungan, membuat hipotesis, menarik kesimpulan dan menerapkannya pada situasi lain. Berdasarkan penelitian Puspitasari (2016: 9) tentang kesalahan siswa SMP menyelesaikan soal aljabar ditinjau dari taksonomi SOLO di SMP Negeri 1 Sambi menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa paling dominan berada di level unistructural. Jenis kesalahan pada level unistructural meliputi kesalahan konsep dan kesalahan prinsip. Penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada level unistructural adalah kemampuan siswa yang rendah dalam menafsirkan data, lemahnya daya ingat siswa, sikap tergesa-gesa siswa dalam mengerjakan soal, lemahnya siswa dalam memahami konsep metode substitusi dan lemahnya kemampuan siswa menerjemahkan soal ke dalam model matematika. Penelitian tersebut belum memberikan alternatif solusi sehingga masih layak untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas, dipandang perlu untuk mendeskripsikan kualitas jawaban siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar berdasarkan Taksonomi SOLO. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam langkah pembelajaran dan penekanan materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar yang dirasa sulit bagi siswa dilihat dari kualitas jawaban siswa berdasarkan Taksonomi SOLO. Taksonomi SOLO Menurut Kuswana (2012: 94), taksonomi yang dirancang Biggs dan Collis (1982) merupakan cara sistematis dalam menggambarkan bagaimana kinerja pembelajaran dapat tumbuh mulai dari kompleksitas sampai tingkat abstraksi, ketika menguasai banyak informasi yang diterima, khususnya semacam tugas yang dilakukan di sekolah. Menurut Kuswana (2012: 95), taksonomi SOLO (Structure of The Observed Learning Outcome), dapat membantu usaha menggambarkan tingkat kompleksitas pemahaman siswa tentang subjek, melalui tingkat lima respons dan diklaim dapat diterapkan di setiap wilayah subjek. Menurut Kuswana (2012: 96), tidak semua siswa mendapatkannya melalui lima tingkat, demikian pula tidak semua guru dapat melakukannya tanpa pelatihan yang sistemik. Secara garis besar tentang tingkatan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1) prestructural, dalam hal ini para siswa hanya memperoleh potongan-potongan dari informasi yang terlepas satu sama lain yang tidak terorganisasi dan tidak ada artinya; 2) unistructural, koneksikoneksi dibuat, jelas nyata dan sederhana, tetapi maknanya tidak diserap; 3) multistructural, sejumlah koneksi-koneksi bisa dibuat, hanya metaconnections antara mereka menjadi 8

luput/kehilangan, seperti makna untuk keseluruhan informasi; 4) relational, siswa mampu menghargai makna dari hubungan bagian dengan keseluruhan informasi; 5) ringkasan abstrak diperluas (extended abstract), siswa membuat hubungan-hubungan tidak hanya di dalam bidang hal yang diberikan, juga ada yang datang dari luar atau memapu menggeneralisasi dan memindahkan prinsip maupun gagasan-gagasan yang spesifik. Materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan aljabar, dan perkalian, pembagian, serta perpangkatan pecahan aljabar. Biggs dan Collis (Pittalis, 2003) mengemukakan indikator berdasarkan taksonomi SOLO yang disesuaikan dengan materi operasi hitung pecahan aljabar. Tabel 1. Indikator Pencapaian Berdasarkan Taksonomi SOLO Level Taksonomi SOLO Tahap Aktivitas yang dilakukan siswa Prastruktural Data salah atau proses yang 1. Menulis kembali isi soal digunakan dengan cara 2. Menuliskan jawaban yang tidak sederhana yang mengarah ke memiliki makna. kesimpulan tidak relevan. Unistruktural Sebuah proses tunggal atau konsep yang diterapkan setidaknya terdapat satu item data. Sebuah kesimpulan valid dapat ditarik karena data yang dipilih tidak cukup. Multistruktural Proses dan konsep yang digunakan pada satu atau lebih item data, tapi tanpa sintesis informasi atau kesimpulan menengah. Ini Relasional Abstrak Diperluas mungkin menunjukkan kinerja kognitif bawah yang diperlukan untuk solusi menyelesaikan masalah. Respon yang ditandai dengan sintesis informasi, proses dan hasil. Tanggapan secara struktural mirip dengan yang relasional, tetapi konsep data proses yang diambil dari luar domain pengetahuan yang diasumsikan dalam pertanyaan. 1. Menuliskan sepenggal informasi atau menggunakan satu konsep yang ada pada soal. 2. Belum dapat menyelesaikan soal 1. Menuliskan dua penggal informasi atau menggunakan dua konsep yang ada pada soal. 2. Belum mampu menggabungkan informasi yang di dapat dari soal untuk menyelesaikan soal. 3. Belum dapat menyelesaikan soal. 1. Menuliskan dua penggal informasi atau lebih yang ada pada soal. 2. Dapat menyelesaikan soal dengan tepat. 1. Dapat menyelesaikan soal dengan tepat. 2. Dapat menarik kesimpulan. METODE PENELITIAN 9

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan 3 orang subjek yang diambil berdasarkan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII karena telah mempelajari materi aljabar pada semester 1. Perbedaan kemampuan matematika siswa diukur berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian dan ulangan akhir semester. Subyek ditentukan dengan cara mengklasifikasikan pada kemampuan matematika siswa. Pembagian kemampuan matematika dilakukan dengan cara membagi jumlah siswa menjadi lima kategori yaitu 20% tinggi, 20% agak tinggi, 20% sedang, 20% agak rendah, dan 20% rendah. Satu subjek diambil dari kategori tinggi, satu subjek diambil dari kategori sedang, dan satu subjek diambil dari kategori rendah. Penentuan subjek ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Nama Subjek Penelitian Tingkatan Kemampuan Inisial Matematika Tinggi CK Sedang JA Rendah TD Data yang dikumpulkan berupa tulisan-tulisan, gambar-gambar, dokumentasi, ataupun rangkaian kata-kata. Penelitian ini dilakukan dengan memberi tugas tentang operasi aljabar. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 124). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) metode tes, digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok; 2) wawancara untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa; 3) observasi untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran di kelas; 4) dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah yang digunakan untuk penelitian, identitas siswa dan hasil pekerjaan siswa dan dokumentasi pelaksanaan penelitian. Teknik pemerikasaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2010: 127). Teknik ini dilakukan dengan mengkomunikasikan data yang telah diperoleh dari peneliti pada dosen pembimbing, peneliti pada guru yang mengajar matematika di kelas, dan dari dosen pembimbing pada guru yang mengajar matematika di kelas. Selain itu kredibilitas data juga 10

menggunakan bahan referensi. Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2010: 128). Bahan referensi yang digunakan dalam penelitian ini berupa rekaman hasil wawancara. Menurut Miles and Huberman (2009) terdapat 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan: 1) reduksi data yaitu data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk laporan atau uraian yang rinci, kemudian disederhanakan dan difokuskan kepada hal yang penting dan dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan fokus masalah; 2) penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan-kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan; 3) penarikan kesimpulan / verifikasi merupakan proses pengambilan intisari dan makna dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pertanyaan yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang bermakna kemudian membuat kesimpulan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1) peneliti; 2) kisi-kisi soal tes; 3) soal tes; dan 4) pedoman wawancara. Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pra lapangan, pelaksanaan penelitian, pembuatan laporan penelitian. HASIL DAN ANALISIS HASIL Peneliti menyusun instrumen penelitian berupa soal tes operasi hitung pecahan bentuk aljabar yang diuji terlebih dahulu validitasnya dengan bantuan 3 validator yaitu 2 Dosen Pendidikan Matematika dan 1 Guru Matematika SMP. Soal yang diberikan adalah soal berbentuk superitem sebanyak 4 soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar yang sudah diklasifikasikan berdasarkan level pada Taksonomi SOLO. Adapun analisis kualitas jawaban subjek berdasarkan taksonomi SOLO adalah sebagai berikut. 1. Kualitas jawaban tertulis Subjek CK berkemampuan matematika tinggi a. Unistruktural Subjek CK menggunakan satu penggal informasi atau satu konsep pada soal level unistruktural. Kualitas jawaban subjek CK pada nomor 1 sesuai dengan indikator unistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 1 subjek CK dapat dilihat pada Gambar 1. 11

Gambar 1. Jawaban Nomor 1 Subjek CK Pada soal nomor 1a dan 1b, subjek CK mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar dengan menyamakan penyebut terlebih dahulu. Pada soal nomor 1c, subjek CK megkalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Subjek CK telah melewati pada level unistruktural. b. Multistruktural Subjek CK menggunakan dua penggal informasi atau dua konsep pada soal level multistruktural. Kualitas jawaban subjek CK pada nomor 2 sesuai dengan indikator multistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 2 subjek CK dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Jawaban Nomor 1 Subjek CK Pada soal nomor 2a tentang operasi hitung pembagian pecahan bentuk aljabar, subjek CK membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Langkah pengerjaan selanjutnya yang dikerjakan adalah dengan mengkalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Pada soal nomor 2b, subjek CK mengerjakan 12

dengan cara memfaktorkan terlebih dahulu m 2 1 kemudian menyamakan penyebutnya. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek CK telah melewati pada level multistruktural. c. Relasional Subjek CK menggunakan lebih dari dua penggal informasi atau lebih dari dua konsep pada soal level relasional. Kualitas jawaban subjek CK pada nomor 3a sesuai dengan indikator level Relasional pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 3a subjek CK dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Jawaban Nomor 3a Subjek CK Subjek CK pada soal relasional nomor 3a mampu memahami soal dengan benar namun tidak dapat menjawab dengan benar hasil akhirnya. Pada nomor 3a, Subjek CK mengerjakan terlebih dahulu pembagian pecahan aljabar kemudian mengerjakan penjumlahan pecahan. Subjek CK menggunakan beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep operasi hitung, konsep pembagian pecahan, dan konsep penjumlahan pecahan. Kualitas jawaban subjek CK pada nomor 3b juga sesuai dengan indikator level Relasional pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 3b subjek CK dapat dilihat pada Gambar 4. 13

Gambar 4. Jawaban Nomor 3b Subjek CK Subjek CK pada soal relasional no 3b mampu memahami soal dengan benar namun tidak menyederhanakan hasil akhir jawaban nomor 3b. Pada soal nomor 3b, Subjek CK mengerjakan pembagian pecahan aljabar dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Subjek CK menggunakan beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep konsep pembagian pecahan, konsep perkalian pecahan, konsep penyederhanaan pecahan, dan konsep pemfaktoran aljabar. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek CK telah melewati pada level Relasional. d. Abstrak Diperluas Pada level ini subjek CK tidak dapat menjawab soal dengan benar dan hanya menuliskan yang diketahui saja. Subjek CK tidak dapat mengubah soal cerita kedalam bentuk matematika. Pada level ini kualitas jawaban subjek CK tidak sesuai dengan indikator pada level abstrak diperluas. Berdasarkan hasil deskripsi jawaban subjek CK berkemampuan tinggi maka kualitas jawaban subjek CK pada level Taksonomi SOLO yang dicapai adalah Relasional. 2. Kualitas jawaban tertulis Subjek JA berkemampuan matematika sedang a. Unistruktural Subjek JA menggunakan satu penggal informasi atau satu konsep pada soal level unistruktural. Kualitas jawaban subjek JA pada nomor 1a dan 1b belum sesuai dengan indikator unistruktural pada Taksonomi SOLO. Akan tetapi pada soal 1c, kualitas jawaban subjek JA sesuai dengan indikator unistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 1 subjek JA dapat dilihat pada Gambar 5. 14

Gambar 5. Jawaban Nomor 1 Subjek JA Pada soal nomor 1a dan 1b, subjek JA tidak dapat mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. Pada soal nomor 1c, subjek JA mengkalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Subjek JA dapat mengerjakan salah satu soal level unistruktural yaitu perkalian pecahan bentuk aljabar maka Subjek JA telah melewati pada level unistruktural. b. Multistruktural Subjek JA menggunakan dua penggal informasi atau dua konsep pada soal level multistruktural. Kualitas jawaban subjek JA pada nomor 2a sesuai dengan indikator multistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 2 subjek JA dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Jawaban Nomor 2 Subjek JA Pada soal nomor 2a tentang operasi hitung pembagian pecahan bentuk aljabar, subjek JA membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Langkah pengerjaan selanjutnya yang dikerjakan oleh subjek JA adalah dengan mengkalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Akan tetapi saat mengkalikan, subjek JA tidak teliti. Pada soal nomor 2b, subjek JA mengerjakan dengan cara memfaktorkan terlebih 15

dahulu m 2 1 namun tidak dapat menyamakan penyebut. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek JA dapat mengerjakan salah satu soal level multistruktural yaitu pembagian pecahan bentuk aljabar maka subjek JA telah melewati pada level multistruktural. c. Relasional Pada level ini subjek JA tidak dapat menjawab soal dengan benar. Pada level ini kualitas jawaban subjek JA tidak sesuai dengan indikator pada level relasional. Jawaban tertulis nomor 3 subjek JA dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Jawaban Nomor 3 Subjek JA Pada nomor 3a, subjek JA mengerjakan pembagian pecahan terlebih dahulu dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang dengan operasi pembagian yang berubah menjadi perkalian. Akan tetapi, subjek JA tidak dapat mengerjakan penjumlahan pecahan aljabar. Subjek JA kesulitan dalam menyamakan penyebut. Hal yang sama juga terjadi pada nomor 3b, subjek JA mengerjakan pembagian pecahan terlebih dahulu dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang dengan operasi pembagian yang berubah menjadi perkalian. Akan tetapi, subjek JA tidak bisa mengerjakan pada langkah selanjutnya yaitu tidak dapat memfaktorkan dan menyederhanakan bentuk aljabar. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek JA tidak dapat melewati pada level Relasional. d. Abstrak Diperluas Pada level ini subjek JA tidak dapat menjawab soal dengan benar dan hanya menuliskan yang diketahui saja. Subjek JA tidak dapat mengubah soal cerita kedalam bentuk matematika. Pada level ini kualitas jawaban subjek JA tidak sesuai dengan indikator pada level abstrak diperluas. 16

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban subjek JA berkemampuan sedang maka kualitas jawaban subjek JA pada level Taksonomi SOLO yang dicapai adalah Multistruktural. 3. Kualitas jawaban tertulis Subjek TD berkemampuan matematika rendah a. Unistruktural Subjek TD menggunakan satu penggal informasi atau satu konsep pada soal level unistruktural. Kualitas jawaban subjek TD pada nomor 1a dan 1b sudah sesuai dengan indikator unistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 1a dan 1b subjek TD dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Jawaban Nomor 1a dan 1b Subjek TD Pada soal nomor 1a dan 1b, subjek TD mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar dengan menyamakan penyebut terlebih dahulu. Subjek TD menggunakan konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan. Berbeda pada soal 1c, kualitas jawaban subjek TD belum sesuai dengan indikator unistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 1c subjek TD dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Jawaban Nomor 1c Subjek TD Subjek TD pada soal nomor 1c tidak dapat mengerjakan dengan benar dan belum memahami konsep perkalian pecahan. Terlihat dari hasil pekerjaan nomor 1c bahwa subjek TD menggunakan konsep perkalian yang salah yaitu dengan mengganti operasi perkalian menjadi pembagian. Subjek TD dapat mengerjakan salah satu soal level unistruktural yaitu 17

penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar maka Subjek TD telah melewati pada level unistruktural. b. Multistruktural Pada level ini subjek TD tidak dapat menjawab soal dengan benar. Pada level ini kualitas jawaban subjek TD tidak sesuai dengan indikator level multistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 2 subjek TD dapat dilihat pada pada Gambar 10. Gambar 10. Jawaban Nomor 2 Subjek TD Pada nomor 2a dan 2b, subjek TD tidak mampu mengerjakan soal pada level multistruktural. Terlihat pada jawaban nomor 2a, bahwa subjek TD tidak mampu memahami soal dengan benar dan tidak memahami konsep pembagian pecahan. Hal serupa juga terjadi pada soal nomor 2b, bahwa subjek TD kesulitan menyamakan penyebut. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek TD tidak dapat melewati pada level multistruktural. c. Relasional Pada level ini subjek TD tidak dapat menjawab soal dengan benar. Pada level ini kualitas jawaban subjek TD tidak sesuai dengan indikator pada level relasional. Jawaban tertulis nomor 3a subjek TD dapat dilihat pada Gambar 11. 18

Gambar 11. Jawaban Nomor 3a Subjek TD Pada nomor 3a, jawaban subjek TD tidak memiliki makna dan mengerjakan diluar konsep yang telah ada. Hal serupa juga terjadi pada nomor 3b, subjek TD tidak dapat mengerjakan soal dengan benar dan memberikan jawaban diluar konsep yang sudah ada. Jawaban tertulis nomor 3b subjek TD dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Jawaban Nomor 3b Subjek TD Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek TD tidak dapat melewati pada level Relasional. d. Abstrak Diperluas Pada level ini subjek TD tidak dapat menjawab soal dengan benar dan hanya menuliskan yang diketahui saja. Subjek TD tidak dapat mengubah soal cerita kedalam bentuk matematika. Pada level ini kualitas jawaban subjek JA tidak sesuai dengan indikator pada level abstrak diperluas. 19

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban subjek TD berkemampuan rendah maka kualitas jawaban subjek TD pada level Taksonomi SOLO yang dicapai adalah Unistruktural. PEMBAHASAN Pada level prastruktural menunjukkan bahwa siswa belum memahami soal yang diberikan sehingga cenderung tidak memberikan jawaban atau siswa memberikan jawaban yang tidak memiliki makna. Dari hasil analisis kualitas jawaban di atas, semua subjek telah memenuhi indikator pada level prastruktural ini. Subjek berkemampuan matematika rendah dapat menjawab soal dengan benar dan tepat pada soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. Hal ini menunjukkan bahwa subjek berkemampuan rendahpun dapat melewati level prastruktural. Pada level unistruktural menunjukkan bahwa hasil analisis kualitas jawaban subjek berkemampuan matematika rendah dapat mengerjakan soal pada level unistruktural dengan benar dan tepat pada soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar, akan tetapi tidak dapat menyelesaikan soal perkalian pecahan bentuk aljabar. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes dan wawancara bahwa subjek berkemampuan rendah menyelesaikan soal unistruktural dengan sepenggal informasi yaitu konsep penyamaan penyebut. Berbeda dengan subjek berkemampuan sedang, pada level unistruktural subjek berkemampuan sedang dapat mengerjakan soal perkalian pecahan bentuk aljabar dengan benar dan tepat, akan tetapi subjek berkemampuan sedang tidak dapat mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. Subjek berkemampuan sedang menggunakan sepenggal informasi yaitu konsep perkalian pecahan bentuk aljabar. Sedangkan subjek berkemampuan tinggi mampu mengerjakan semua soal pada level unistruktural dengan benar dan tepat. Subjek berkemampuan tinggi menggunakan sepenggal informasi pada soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar yaitu konsep penyamaan penyebut sedangkan pada soal perkalian pecahan bentuk aljabar menggunakan sepenggal informasi yaitu konsep perkalian pecahan bentuk aljabar. Pada level multisturktural menunjukkan bahwa hasil analisis kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah tidak dapat menjawab soal dengan benar dan tepat. Kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah tidak sesuai dengan indikator level multistruktural Taksonomi SOLO. Berbeda dengan subjek berkemampuan sedang, kualitas jawaban subjek berkemampuan sedang telah sesuai dengan indikator pada level multistruktural. Subjek berkemampuan sedang mampu mengerjakan soal pembagian pecahan aljabar. Subjek 20

menggunakan dua penggal informasi yaitu konsep pembagian dan perkalian pecahan bentuk aljabar. Hal serupa juga ditunjukkan oleh subjek berkemampuan tinggi. Kualitas jawaban subjek berkemampuan tinggi telah sesuai dengan indikator pada level multistrukural pada Taksonomi SOLO. Pada level ini subjek berkemampuan tinggi dapat menyelesaikan soal dengan benar dan tepat. Pada soal pembagian pecahan aljabar, subjek berkemampuan tinggi mampu menyelesaikan dengan konsep pembagian dan perkalian pecahan bentuk aljabar. Pada soal penjumlahan pecahan bentuk aljabar, subjek menggunakan konsep penyamaan penyebut dan pemfaktoran. Pada level relasional menunjukkan bahwa hasil analisis kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah dan sedang tidak dapat menjawab dengan benar dan tepat. Kedua subjek cenderung memberikan jawaban yang tidak bermakna. Kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah dan sedang tidak sesuai dengan indikator level relasional pada Taksonomi SOLO. Berbeda dengan subjek berkemampuan tinggi, kualitas jawaban subjek berkemampuan tinggi sesuai dengan indikator level relasional pada Taksonomi SOLO. Pada soal no 3a, subjek berkemampuan tinggi dapat mengerjakan operasi hitung pecahan bentuk aljabar dengan menyelesaikan operasi pembagian pecahan aljabar terlebih dahulu kemudian mengerjakan penjumlahan pecahan. Subjek berkemampuan tinggi menggunakan beberapa informasi berupa konsep pembagian pecahan aljabar, perkalian pecahan aljabar, dan penjumlahan pecahan aljabar. Pada soal no 3b level ini subjek berkemampuan tinggi dapat mengerjakan operasi hitung pecahan bentuk aljabar. Subjek berkemampuan tinggi mengerjakan pembagian pecahan aljabar dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Subjek berkemampuan tinggi menggunakan beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep konsep pembagian pecahan, konsep perkalian pecahan, konsep penyederhanaan pecahan, dan konsep pemfaktoran aljabar. Pada level abstrak diperluas menunjukkan hasil analisis kualitas jawaban semua subjek berbeda kemampuan tidak dapat mencapai pada level abstrak diperluas pada Taksonomi SOLO. Jawaban semua subjek cenderung hanya menuliskan yang diketahui saja. Semua subjek cenderung kesulitan dalam mengubah soal cerita kedalam bentuk matematika. Semua subjek tidak dapat memahami pada soal level abstrak diperluas ini. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas jawaban siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar 21

berdasarkan Taksonomi SOLO pada subjek berkemampuan tinggi hanya berada pada level unistruktural sampai relasional. Berbeda dengan subjek berkemampuan sedang, kualitas jawaban subjek berkemampuan sedang hanya berada pada level unistruktural sampai multistruktural. Pada subjek berkemampuan rendah, kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah hanya berada pada level unistruktural. Semua subjek berbeda kemampuan tidak dapat menyelesaikan soal pada level abstrak diperluas. Semua subjek tidak dapat memahami soal dalam bentuk soal cerita maka seorang pendidik perlu menekankan kembali soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar ke dalam bentuk soal cerita terutama pada mengubah soal cerita kedalam bentuk matematikanya. DAFTAR PUSTAKA Asikin, M. 2002. Pengembangan Item Tes dan Interpretasi Respon Mahasiswa dalam Pembelajaran Geometri Analit Berpandu pada Taksonomi SOLO. Jurnal pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 36(4). Tersedia dihttp://pasca.undiksha.ac.id/images/img_item/643.doc [ diakses 26 Januari 2017]. Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia Manibuy, Ronald., Mardiyana & D. R Sari Saputro. 2014. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Kuadrat berdasarkan TAKSONOMI SOLO pada Kelas X SMA Negeri 1 Plus di Kabupaten Nabire-Papua. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika 2 (9): 933-946. Diakses dari : http://www.e-journal.com/2015/03/analisis-kesalahan-siswa-dalam.html (1 Januari 2017 ) Moleong, Lexy, J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Musfiqon. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Presentasi Pustakaraya Puspitasari, Nandya. 2016. Kesalahan Siswa SMP Menyelesaikan Soal Aljabar Ditinjau dari Taksonomi Solo di SMP Negeri 1 Sambi. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta Pittalis, Marios. 2003.Students Ability In Solving Proportional Problems. University Of Cyprus Putri, Dyta Aprilia Kurnia. 2014. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal yang Berhubungan dengan Konstruksi Statis Tertentu Berdasarkan Taksonomi Solo Plus pada Kelas X Tgb Smk Negeri 3 Surabaya.Surabaya:Universitas Negeri Surabaya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Tampomas, Husein. 2006.Matematika Plus 1A. Jakarta: Yudhistira. 22