c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Lampiran 1 Formulir organoleptik

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODE. Penghancuran kelopak bunga rosella. dilarutkan dalam air 1:4. Ekstraksi dengan perbedaan suhu (50 o C distirer selama dua jam)

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Bab III Bahan dan Metode

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODA. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

Lampiran 1.Diagram alir penelitian proses produksi bioetanol dari hidrolisat fraksi selulosa pod kakao

MATERI DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat B. Metode Penelitian 1. Penentuan Kombinasi Gula Merah dan Gula Pasir 2. Formulasi Minuman Instan Coro

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cheddar digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989)

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Bahan Baku Cat

Kadar air (basis kering) = b (c-a) x 100 % c-a

Lampiran 7 Persentase bumbu berdasarkan berat daging (Resep Standar) Lampiran 8 Rekap Data Uji Beda Sie Reuboh pada Penelitian Pendahuluan

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

Lampiran 1 Prosedur analisis fisik

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

4. Total Soluble Carbohydrate (Metode Phenol-AsamSulfat)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

Transkripsi:

Lampiran 1. Prosedur Analisis a. Kadar Air (AOAC, 1995) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Sebelum digunakan, cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu 100 o C selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan yang sudah kering ditimbang (a gram). Sekitar 5 gram sampel ditimbang dengan cepat dalam cawan (x gram), kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 o C selama 5 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan (y gram). Selanjutnya kadar air dihitung dengan cara berikut: Kadar air (%wb) = x y 100 x a Kadar air (%db) = x y 100 y a Keterangan : x = bobot sampel basah y = cawan dan bobot kering a = bobot cawan kering b. Kadar Abu (AOAC, 1995) Cawan porselen dikeringkan dengan tanur pada suhu 500 o C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator. Cawan ditimbang dengan neraca analitik (a gram). Sekitar 2 gram sampel ditimbang dalam cawan porselen (w gram). Sampel diarangkan diatas hot plate selama 30-60 menit sampai tidak berasap, kemudian sampel diabukan dalam tanur bersuhu 600 o C selama 2 jam dan ditimbang (x gram). Kadar abu dihitung dengan rumus berikut: x a 100 Kadar abu (% wb) = w a Keterangan: x = bobot cawan dan abu w = bobot sampel a = bobot cawan kering c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

dikeringkan dalam oven kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (a gram). Sebanyak ± 5 gram (x gram) sampel kering ditimbang pada kertas saring yang sesuai dengan ukuran kemudian ditutup dengan kapas-wool yang bebas lemak. Kertas saring yang berisi sampel tersebut dimasukkan dalam alat ekstraksi soxhlet kemudian alat kondensor dipasang diatasnya dan labu lemak dibawahnya. Pelarut dietil eter dituangkan dalam labu lemak secukupnya. Proses refluks dilakukan selama 5 jam sampai pelarut yang turun ke labu lemak berwarna jernih. Labu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada 105 o C. Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, ditimbang labu beserta lemaknya (b gram). Kadar lemak dihitung dengan rumus berikut: Keterangan: x = bobot sampel Kadar lemak (% wb) = a = bobot labu lemak kering b = bobot labu lemak dan lemak b a x 100 d. Kadar Serat (AOAC, 1995) Bahan sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan dengan 100 ml H 2 SO 4 0.325 N. Bahan selanjutnya dihidrolisis di dalam otoklaf bersuhu 105 o C selama 15 menit. Bahan yang telah dihidrolisis kemudian didinginkan dan ditambahkan 50 ml NaOH 1.25 N. Hidrolisis bahan dilakukan kembali di dalam otoklaf bersuhu 105 o C selama 15 menit. Bahan disaring menggunakan kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Setelah itu, kertas saring dicuci berturut-turut dengan air panas+25 ml aceton/alkohol. Kertas saring dan bahan kemudian diangkat dan dikeringkan dalam oven bersuhu 110 o C selama ± 1-2 jam. Kadar Serat (%) = (Berat kertas saring + bahan) Berat kertas saring Berat awal bahan x 100%

e. Kadar Protein Sekitar 0.1 0.5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. Sebanyak 2 gram campuran selenium atau satu butir Kjeltabs dan 25 ml H 2 SO 4 pekat ditambahkan ke dalam labu, dididihkan dalam digestion system hingga dingin. Larutan dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml. Labu dibilas 2-3 kali dan larutan diencerkan sampai tanda tera. Sebanyak 10 ml larutan dipipet kedalam alat penyuling, ditambah 10 ml NaOH 30% dan 3-5 tetes indikator PP dan dilakukan destilasi selama 10 menit. Destilat ditampung dalam 25 ml asam borat 2% yang telah dicampur dengan 5 tetes indikator BCG-MM kemudian larutan dititrasi dengan HCl 0.01N dan dibuat juga blanko. Berikut ini adalah rumus perhitungan kadar protein: ( VHCL Vblanko) NHCL 14.007 FK FP 100 Kadar Protein (%wb) = Wsampel Keterangan: FK = Faktor Konversi (6.25) FP = Faktor Pengenceran f. Kadar Karbohidrat (Winarno, 2002) Kadar karbohidrat dapat dihitung dengan metode by difference menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar Karbohidrat (% wb) = 100 - (% air + % abu + % lemak + % protein) g. Kadar Antosianin (Boyko et al., 2006) Penentuan total kadar antosianin dilakukan dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Boyko et al. (2006) yang dimodifikasi. Mulamula sebanyak 500 mg ekstrak dilarutkan ke dalam 9 ml metanol kemudian disaring menggunakan kertas saring dan dipisahkan antara filtrat dengan solidnya. Filtrat yang terbentuk kemudian diencerkan sebanyak 10 kali menggunakan metanol sehingga didapatkan larutan ekstrak dengan konsentrasi 5000 ppm. Setelah dilakukan pengenceran, sebanyak 9 ml ekstrak tersebut masing-masing dicampur dengan 0.25 M buffer KCl (ph 1,0;1ml) dan 4M buffer asetat (ph 4.5;1ml)

A x M x DF x 10 3 Total antosianin (mg/ g sample) = ε x W Keterangan: A = Selisih absorbansi ph1.0 dengan ph4.5 pada 515 M = Bobot molekul sianidin 3-Oglukosida (445 g/mol) DF = Faktor Pengenceran Ε = Absorbansi molar sianidin 3-O-glukosida (29.600 L mol -1 cm -1 ) W = Bobot kering ekstrak yang digunakan (gram) h. Kadar Tanin (AOAC, 2005) a. Reagen 1. Larutan asam oksalat-0.1n. 1 ml = 0.006235 gram asam quercitannic atau 0.0008 gram O diserap 2. Larutan potassium permanganate standar- Larutkan 1.33 gram KMnO 4 dalam 1 L H 2 O dan distandarisasi sesuai 1). 3. Larutan indigo- Larutkan 6 gram Na indigotin disulfonat dalam 500 ml H 2 O dengan dipanaskan, kemudian didinginkan dan ditambahkan 50 ml H 2 SO 4, encerkan hingga 1 L dan saring b. Penentuan Kadar Tanin Ekstrak 2 gram sampel, 20 jam dengan anhidrit eter. Residu direbus selama 2 jam dengan 300 ml H 2 O, dan didinginkan. Kemudian encerkan hingga 500 ml dan saring. Ukur 25 ml dari infusi ke dalam 2L cawan petri serta tambahkan 20 ml larutan indigo dan 750 ml H 2 O. Tambahkan larutan KmnO 4 hingga larutan berwarna kuning emas. Dengan cara yang sama, titrasi campuran 20 ml indigo dan 750 ml H 2 O. Multiplekan perbedaan antara kedua titrasi dengan faktor desire, 30.018 (1), untuk mendapatkan asam quetri tannic atau O yang diserap. Kadar Tanin (%) = FP x (a-b) x N x 0.006235 bobot contoh

Keterangan: FP = Faktor Pengenceran a = ml KMnO 4 untuk contoh B = ml KMnO 4 untuk blanko N = Normalitas KMnO 4 1 ml KmnO 4 (0.1N) setara dengan 0.006235 gram tanin i. Kadar Xanthone Penentuan total xanthone dilakukan dengan menggunakan prinsip metode Boyko (1982) dengan menggunakan nilai estimasi -mangostin. Mulamula sebanyak 10 ml sampel diekstrak menggunakan 10 ml etil asetat sebanyak tiga kali. Hasil ekstraksi tersebut kemudian diuapkan menggunakan rotavapor pada suhu 60 C hingga diperoleh padatan kuning. Padatan tersebut kemudian dilarutkan ke dalam 10 ml metanol untuk kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 320 nm. Perhitungan yang digunakan dapat dilihat di bawah ini. Keterangan: C= Jumlah xanthone (mg/ml sampel) = A = Absorbansi b = Lebar kuvet (mm) ε = emisifikasi -mangostin (3.16 x 10 3 liter/mol) C = konsentrasi ekstrak (mol/liter) BM = A ε x b C x BM x 10 x FP ml sampel massa molekul relatif -mangostin (410.47 gr/mol) j. Nilai ph (Apriyanto et al., 1989) Pengukuran derajat keasaman (ph) dilakukan dengan phmeter. Sebelumnya alat dikalibrasi dengan buffer ph 7 dan ph 4. Kemudian 25 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala. Elektroda siap ditempatkan dalam sampel, sehingga dapat dibaca nilai ph yang terukur.

k. Total Gula (Modifikasi Apriyantono et al) 1. Pembuatan Kurva Standar Pipet sebanyak 2 ml larutan fruktosa standar yang mengandung 0, 10, 20, 30, 40, dan 60 µ glukosa yang masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml larutan fenol 5%, kocok dan secara cepat masukkan 5 ml larutan asam sulfat pekat. Ukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 490 nm setelah larutan dirasa dingin. 2. Penetapan Sampel Masukkan 2 ml sampel ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 1 ml larutan fenol dan 5 ml larutan asam sulfat pekat. Hitung absorbansi pada panjang gelombang 490 nm setelah larutan dingin. Sampel yang digunakan untuk pengujian harus berwarna bening. Gunakan pengenceran jika sampel berwarna keruh. Hitung nilai total gula berdasarkan kurva standar. l. Kadar Vitamin C Sebanyak 10 gram bahan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, dan ditepatkan hingga tera. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 25 ml dan ditambahkan dengan 1 ml larutan kanji 10% dan kemudian titrasi dengan cepat memakai larutan yod 0.01 N sampai timbul perubahan warna. Setiap ml yod 0.01 N sebanding dengan 0.88 mg asam askorbat, sehingga kadar asam askorbat (vitamin C) dari bahan dapat dihitung dengan rumus: A= ml yod 0.01 N x 0.88 x P x 100 bobot contoh Keterangan: A= miligram asam askorbat per 100 gram bahan P= Jumlah pengenceran

m. Total Mikroba Sebanyak 1 ml sampel diambil dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengencer. Selanjutnya dilakukan pengocokan hingga homogen. Pengenceran dan pemupukan dilakukan hingga tingkat 10-3. Dari pengenceran 10-2 dan 10-3, dipipet secara aseptis 1 ml untuk dimasukkan ke dalam cawan petri steril (pemupukan) secara duplo dan ditambahkan media PCA (Plate Count Agar) steril sebanyak 15-20 ml. Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan melingkar atau angka delapan. Setelah medium membeku, cawan petri diinkubasikan dengan posisi terbalik pada inkubator suhu 37 o C selama 2 hari (48 jam).

Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Karakterisasi Ekstrak Kulit Manggis Parameter yang diamati Perlakuan Ulangan Ethanol:Air K. Xanthone K. Antosianin K. Serat K. Tanin (mg/100 ml) (mg/g) (%) (%) 1:2 1 99.62 6.08 0.18 0.70 2 99.24 5.17 0.21 1.18 Rata-rata 99.43 5.63 0.19 0.94 1:3 1 97.03 4.90 0.15 1.18 2 98.33 4.07 0.16 1.18 Rata-rata 97.68 4.49 0.16 1.18 1:4 1 55.46 4.17 0.11 1.18 2 57.54 3.80 0.12 1.65 Rata-rata 56.50 3.99 0.18 1.42

Lampiran 3. Tabel Analisa Keragaman Kadar Xanthone Sumber Keragaman df SS MS F Hitung Rata-Rata 1 42878.69 42878.69 F Tabel (α=0.05) Perlakuan 2 2361.23 1180.61 1149.79 9.55 Error 3 3.08 1.03 Total 6 45242.99 Kesimpulan: Fhitung > Ftabel maka terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan Uji Lanjut Duncan Pengaruh Perbandingan Ethanol-Air terhadap Kadar Xanthone Perlakuan Rata-Rata Pengelompokan Duncan 1:2 99.43 a 1:3 97.68 a 1:4 56.50 b Kesimpulan: pengelompokan Duncan dengan huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 4. Tabel Analisa Keragaman Kadar Antosianin Sumber Keragaman df SS MS F Hitung F Tabel (α=0.05) Rata-Rata 1 132.45 132.45 Perlakuan 2 2.83 1.41 5.13 9.55 Error 3 0.83 0.28 Total 6 136.09 Kesimpulan : F hitung < F tabel maka tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan

Lampiran 5. Tabel Analisa Keragaman Kadar Serat Sumber Keragaman df SS MS F Hitung F Tabel (α=0.05) Rata-Rata 1 0.14 0.14 Perlakuan 2 0.01 0.00 17.46 9.55 Error 3 0.00 0.00 30.82 Total 6 0.15 Kesimpulan : Fhitung > Ftabel maka terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan Uji Lanjut Duncan Pengaruh Perbandingan Ethanol-Air terhadap Kadar Serat Perlakuan Rata-Rata Pengelompokan Duncan 1:2 0,19 a 1:3 0,16 a b 1:4 0,12 b Kesimpulan: pengelompokan Duncan dengan huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 6. Tabel Analisa Keragaman Kadar Tanin Sumber Keragaman df SS MS F Hitung F Tabel (α=0.05) Rata-Rata 1 8.33 8.33 Perlakuan 2 0.23 0.11 1.50 9.55 Error 3 0.23 0.08 Total 6 8.78 Kesimpulan : F hitung < F tabel maka tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan

Lampiran 7. Rekapitulasi Nilai Hedonik Aroma Sirup Xanthone Panelis Kode Perlakuan A1 A2 A3 1 7 7 7 2 4 5 5 3 3 6 3 4 5 3 4 5 6 7 5 6 3 4 5 7 6 7 6 8 5 6 4 9 5 5 5 10 3 6 6 11 6 5 6 12 6 6 6 13 5 4 6 14 6 6 5 15 5 6 5 16 4 4 6 17 6 6 6 18 7 6 7 19 5 4 3 20 6 6 6 21 3 3 6 22 2 6 2 23 5 5 6 24 2 6 5 25 6 6 6 26 5 6 4 27 6 6 6 28 4 5 5 29 5 5 6 30 6 6 6 Total 147 163 158 Rata-Rata 4.90 5.43 5.27 Keterangan: A1: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:2 A2: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:3 A3: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:4

Lampiran 8. Tabel Analisa Keragaman Aroma Sirup Xanthone Sumber Keragaman df SS MS F Hitung F Tabel (α=0.05) Rata-Rata 1 2433.60 2433.60 Perlakuan (Ai) 2 4.47 2.23 2.33 3.15 Kelompok (Bj) 29 55.53 0.96 Error 58 72.40 1.25 Total 90 2493.60 Kesimpulan : F hitung < F tabel maka tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Hedonik Rasa Sirup Xanthone Panelis Perlakuan A1 A2 A3 1 2 5 4 2 5 6 2 3 3 6 3 4 6 7 5 5 4 6 4 6 3 2 5 7 6 7 7 8 5 7 5 9 5 5 5 10 5 6 5 11 2 2 2 12 4 4 4 13 6 6 6 14 5 5 5 15 5 6 5 16 5 6 5 17 5 5 6 18 7 6 7 19 6 5 3 20 3 5 6 21 5 6 4 22 3 2 7 23 6 6 6 24 2 5 3 25 5 7 4 26 3 3 5 27 7 5 6 28 6 5 6 29 5 5 6 30 5 6 6 Total 139 157 147 Rata-Rata 4.63 5.23 4.90 Keterangan: A1: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:2 A2: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:3 A3: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:4

Lampiran 10. Tabel Analisa Keragaman Rasa Sirup Xanthone Sumber Keragaman df SS MS F Hitung F Tabel (α=0.05) Rata-Rata 1 2180.54 2180.54 Perlakuan (Ai) 2 5.42 2.71 2.21 3.15 Kelompok (Bj) 29 71.24 1.23 Error 58 99.79 1.72 Total 90 2257.21 Kesimpulan : F hitung < F tabel maka tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan

Lampiran 11. Rekapitulasi Nilai Hedonik Warna Sirup Xanthone Panelis Perlakuan A1 A2 A3 1 2 3 2 2 3 5 6 3 3 6 2 4 2 6 2 5 5 6 5 6 5 4 4 7 5 7 4 8 6 6 4 9 5 6 5 10 5 6 4 11 4 5 4 12 4 5 6 13 5 6 6 14 4 6 4 15 6 5 6 16 5 6 5 17 6 7 6 18 7 6 7 19 5 4 2 20 4 4 4 21 4 3 5 22 3 6 2 23 5 5 6 24 5 6 3 25 4 6 4 26 6 5 2 27 5 5 6 28 5 6 3 29 6 7 5 30 2 6 2 Yi 136 164 126 Rata-Rata 4.53 5.47 4.20 Keterangan: A1: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:2 A2: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:3 A3: Sirup dari hasil ekstrak kulit manggis 1:4

Lampiran 12. Tabel Analisa Keragaman Rasa Sirup Xanthone Sumber Keragaman df SS MS F Hitung F Tabel (α=0.05) Rata-Rata 1 2016.40 2016.40 Perlakuan (Ai) 2 25.87 12.93 10.90 3.15 Kelompok (Bj) 29 68.80 1.19 Error 58 80.93 1.40 Total 90 2111.07 Kesimpulan : F hitung > F tabel maka terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan Uji Lanjut Duncan terhadap Rasa Sirup Xanthone Perlakuan Rata-Rata Pengelompokan Duncan A2 5.47 a A1 4.53 b A3 4.20 b Kesimpulan: pengelompokan Duncan dengan huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

Lampiran 13. Grafik Kurva Standar Fenol Total Gula (ppm) 70 60 50 40 30 20 10 0 y = 67.046x + 0.2409 R 2 = 0.999 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Absorbansi Total Gula Sirup Xanthone Ulangan Absorbansi Pengenceran Total Gula Total Gula (ppm) (%) 1 0.084 10-5 587,276.40 58.72 2 0.089 10-5 620,799.40 62.07 Total 604,037.90 60.40